Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sputnik-1 atau K-19, Kunci Keberhasilan (Kegagalan) Vaksin Corona Pertama Rusia

15 Agustus 2020   18:36 Diperbarui: 15 Agustus 2020   18:24 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sputnik-1 adalah nama satelit buatan pertama buatan Rusia yang diluncurkan pada tahun 1957. Pada saat itu, badan angkasa luar Uni-Soviet berada di puncak kejayaan dengan mempermalukan Amerika Serikat dan NATO pada saat Perang Dingin sedang berlangsung.

Sepertinya di tahun Pandemi 2020 ini, Rusia ingin mengulangi kejayaan masa lalunya dengan menjadi negara yang meluncurkan Sputnik-V, vaksin Covid-19 pertama di dunia.

Kabar ini diumumkan langsung oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Menteri Perindustrian Rusia Denis Manturov dalam sebuah wawancara, berkata, "Kami tengah memperhitungkan untuk mulai memproduksi massal pada September."

Vaksin yang dikembangkan oleh Gamaleya Research Institute dan Kementerian Pertahanan Rusia ini menuai pro-kontra.

Menurut pihak Rusia, vaksin ini telah memasuki tahap uji klinis, dimana putri dari Presiden Rusia sendiri bertindak sebagai relawan dalam pengujian. Pihak otoritas Rusia juga mengatakan bahwa sudah ada 20 negara yang bersiap-siap untuk memesan vaksin ini, termasuk di antaranya adalah Filipina dan Vietnam.

Namun banyak ilmuwan yang skeptis terhadap keputusan Rusia yang terkesan buru-buru dalam mendaftarkan vaksin, karena tahap pengujian yang seharusnya melibatkan ribuan orang, baru saja dimulai pada tanggal 12.08.2020.

Para ahli juga mengatakan kurangnya data yang dipublikasikan tentang vaksin Rusia ini membuat otoritas kesehatan dunia dan publik meragukan efektivitas vaksin tersebut.

Francois Balloux, seorang ahli di Institut Genetika Universitas College London, mengatakan itu adalah 'keputusan yang sembrono dan bodoh'. "Vaksinasi massal dengan vaksin yang diuji secara tidak tepat tidak etis," sebut Balloux.

WHO sendiri belum mengeluarkan pernyataan resmi atas klaim vaksin pertama Covid-19 dari Rusia tersebut, namun juru bicara WHO, Tarik Jasarervic, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi yang intens dengan pihak Rusia.

Amerika Serikat yang sudah menjadi pesaing Rusia sejak Perang Dingin, tidak kalah garangnya. Menteri Kesehatan AS, Alex Azar, meragukan kebenaran klaim dari pihak Rusia tersebut.

Ia mengatakan, "Sangat penting bagi kita untuk menyediakan keamanan, efektivitas vaksin dan data yang transparan... Ini bukan soal perlombaan siapa yang lebih dulu,"

Wajar saja pemerintah AS kebakaran jenggot, selain karena virus ini telah menginfeksi sekitar 5 juta warganya, Presiden Donald Trump juga sedang bersibuk ria menyiapkan kampanye nya dalam melawan Joe Biden untuk memperebutkan kursi Presiden AS, periode 4 tahun ke depan.

Namun, apakah Sputnik-V memang sudah layak 'terbang', atau memang masih meragukan, seperti kata para ahli dari dunia barat?

Satelit Sputnik-1 adalah contoh keberhasilan teknologi dari negeri Beruang Merah ini, namun dalam sejarah, ada sebuah insiden yang cukup memalukan bagi Rusia (ex Uni Soviet) yang terkait dengan perang 'cepat-cepatan' dengan pesaingnya, Amerika Serikat.

Adalah kapal selam bertenaga nuklir pertama buatan Uni Soviet yang dilengkapi rudal balistik nuklir, bernama K-19. Pada tahun 1961, perlombaan senjata dengan pihak Amerika menjadi dasar diluncurkannya kapal selam ini.

Foto kapal selam K-19 buatan Rusia (sumber: jejaktapak.com)
Foto kapal selam K-19 buatan Rusia (sumber: jejaktapak.com)
Dibawah komando Kapten Zateyev, misinya cukup sederhana, yaitu melakukan perjalanan dari Laut Norwegia ke Atlantik Utara, dan kembali ke wilayah Soviet, sebagai ajang pertunjukan kepada NATO dan dunia.

Akan tetapi yang membuat misi ini sulit untuk dilakukan, karena kapal selam ini diluncurkan dengan menghilangkan sejumlah prosedur penting, akibat desakan dari Perdana Menteri Soviet kala itu, Nikita Khrushcev.

Sebelum diluncurkan saja, pembangunan kapal selam telah menewaskan 10 pekerja dan seorang pelaut akibat kecelakaan dan kebakaran. Namun, atas nama gengsi, semuanya harus berjalan sesuai tenggat waktu.

Apa yang dikhwatirkan terjadi pada tanggal 4 Juli 1961, ketika tekanan dalam sistem pendingin reaktor nuklir turun menjadi 0, dekat pantai Greenland. Hal tersebut akibat adanya kebocoran besar dalam sistem pendingin akibat kegagalan fungsi pompa pendingin yang rusak.

Dalam kepanikan, Zateyev membuat keputusan penting untuk melakukan perbaikan secara manual, sehingga para teknisi harus berada dalam lingkup radiasi yang tinggi untuk waktu yang lama.

Kecelakaan ini membuat misi tidak boleh dijalankan, sehingga Zateyev memutuskan untk menuju ke selatan menemui kapal selam bertenaga diesel S-270 yang berada disana.

Namun ternyata sinyal transmisi S.O.S dari kapal selam K-19 juga ditangkap oleh sebuah kapal perang Amerika Serikat yang kemudian menawarkan bantuan.

Namun demi keamanan rahasia militer Soviet ke pihak musuh, dan memilih untuk menghancurkan kapal selam. Untungnya Zateyev berhasil naik ke permukaan dan berhasil selamat di perairan aman tanpa tersentuh pihak Amerika.

Foto Kapten Zeteyev dan kapal selam K-19 (sumber: jejaktapak.com)
Foto Kapten Zeteyev dan kapal selam K-19 (sumber: jejaktapak.com)
Peristiwa tersebut menjadi salah satu catatan terburuk militer Soviet. Seluruh bagian kapal dan kru terpapar radiasi. Tujuh anggota teknisi meninggal akibat paparan radiasi dalam bulan berikutnya, dan dalam dua tahun ke depan, sebanyak 15 pelaut tewas.

Dari hasil penyelidikan, kecelakaan tersebut disebabkan karena metode pengerjaan yang salah akibat buru-buru dan juga pengabaian prosedur kerja yang seharusnya tidak boleh dihilangkan.

59 tahun telah berlalu, dan seharusnya  dari pelajaran ini, Rusia harus lebih jujur, apakah peluncuran vaksin Covid 19 pertama di dunia telah melalui prosedur yang benar.

Memang betul, perkembangan teknologi Rusia sudah sangat jauh berbeda dari zaman dulu. Namun tetap saja, kesalahan terbesar di sini adalah bilamana politik 'jago-jagoan' telah menjadi motivasi utama dalam menjadi yang pertama di dunia.

Gengsi bukanlah alasan yang tepat untuk mempermainkan nyawa manusia. Bagaimana dengan pembaca jika seandainya Sputnik-V diiizinkan untuk digunakan di Indonesia?

Apakah keberhasilan Satelit Pertama, Sputnik-1 ataukah kegagalan kapal selam nuklir, K-19 yang menjadi alasan bagi anda untuk menggunakan vaksin Covid-19 pertama di dunia buatan Rusia ini?

Referensi: 1 2 3 4 5

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun