Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Thoeng Liong Hoei, Mayor Pertama Kota Makassar yang Terlupakan

15 Agustus 2020   06:46 Diperbarui: 15 Agustus 2020   07:25 2112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pecinan Kota Makassar jaman dulu (sumber: sulsel.idntimes.com)

Mayor di Zaman Kolonial Belanda adalah sebuah gelar yang diberikan oleh Ratu Belanda kepada seorang  tokoh masyarakat Tionghoa. Gelar ini bukan hanya sekedar penghargaan saja, namun juga wewenang bagi dirinya untuk mengatur warganya.

Gubernur Hindia Belanda sebagai penguasa di zaman kolonial memiliki aturan tertulis dengan Mayor ini. Mereka tidak boleh asal mengintervensi keputusan dari sang Mayor.

Selain sang tokoh yang terpilih, biasanya sudah memiliki pengaruh yang kuat di masyarakat, anugrah yang diberikan juga disertai dengan sebuah tongkat komando yang didapatkan langsung dari Ratu Belanda, melalui sebuah acara resmi.

Keberadaan para Mayor ini juga memiliki hubungan 'simbiosis mutualisme' dengan pihak Belanda. Di satu sisi, mereka bertindak sebagai kaki tangan dalam memungut pajak, dan di sisi lain, para Mayor yang memiliki kuasa penuh atas urusan adminsitratif perdagangan setempat, seringkali diuntungkan dengan berbagai fasilitas lebih dari pemerintah Hindia Belanda. 

Pun halnya di kota Makassar, adalah seorang tokoh yang mungkin tidak banyak diketahui, bernama Mayor Thoeng.

Pria yang bernama resmi Thoeng Liong Hoei ini berasal dari dari Provinsi Hokkian, China. Konon kabarnya, keluarganya masih memiliki garis keturunan langsung dari keluarga kerajaan Dinasti Shang (1600-1046SM).

Sebagai Mayor pertama di Kota Makassar, Thoeng sangat bangga dengan kekuasaan yang diberikan langsung oleh pemerintah Hindia Belanda. Tak disangka, pada saat Jepang menduduki Indonesia dan meringsek masuk ke Kota Makassar, Mayor Thoeng menolak untuk dijadikan kaki tangan penjajah Jepang.

Sebagai akibatnya, tentara Jepang, Tokketai membunuh sang Mayor dan keluarganya. Untungnya istri dan beberapa anaknya selamat karena masih sempat melarikan diri ke daerah Barombong.

Tidak banyak literasi yang menceritakan mengenai sepak terjang sang Mayor ini, namun salah satu kisahnya sudah pernah dimuat di majalah Warta Inti Sul-sel Edisi 2/2016, yang ditulis oleh M. Dahlan Abubakar, wartawan senior.

Warta Inti Sul-sel sebuah majalah komunitas untuk PD INTI (Indonesia Tionghoa) Sul-sel. Penulis yang tergabung dalam tim redaksi, pernah berkesempatan untuk menulusuri jejak-jejak peninggalannya yang dikutip dari wawancara eksklusif langsung dengan cucu sang Mayor yang masih hidup.

Freddy Thoeng Cucu Sang Mayor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun