Bagi masyarakat Jepang, kisah ini memiliki dua sisi. Tidak hanya menyoroti kedurhakaan sang anak, namun juga pengorbanan sang ibu yang tetap memikirkan keselamatan anaknya, di saat genting sekalipun.
Kisah humanis menyampaikan pesan yang mendalam. Sang anak dituntut untuk melakukan hal besar bagi orang banyak, meskipun sampai harus mengorbankan orangtua sendiri. Sang ibu yang tahu diri, bersedia untuk berkorban demi anaknya yang tercinta.
Kelihatan sadis, namun tanpa disadari, kita telah banyak melakukan hal ini bagi orang-orang yang kita sayangi. Bekerja bagaikan kuda, tanpa memedulikan istri dan anak-anak kita yang sangat membutuhkan perhatian.
Sementara orangtua yang telah merawat kita sedari kecil, tidak akan pernah putus asa dengan pengorbanan demi pengorbanan yang telah dilakukan, hingga hayat menutup mata. Â
Nah, bagaimana dengan pembaca sendiri, apakah kita sering berada dalam dua sisi berbeda dalam cerita ini? Atau apakah kisah ini sebenarnya mewakili apa yang telah kita lakukan?
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H