Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jika Fadli dan Fahri Tidak Layak Dapat Bintang, Begitu pula Felix Tani

12 Agustus 2020   18:31 Diperbarui: 12 Agustus 2020   19:20 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Fadli dan Fahri minus Felis (sumber: abadkini.com)

Aktivitas sehari-hari di dunia Kompasiana dapat dilihat dari artikel-artikel baru yang muncul setiap detik. Label Pilihan atau Artikel Utama adalah wewenang para penguasa, tetapi tingkat keterbacaan, nilai tertinggi, dan terpopuler adalah suara dari rakyat. Kedua belah pihak saling bersinergi disini.

Nah, karena dunia Kompasiana adalah sebuah dunia mini dengan ratusan ribu penggemar, maka wajarlah jika aturan sosial politik juga berlaku disini.

Ada yang ingin hidup aman-aman dengan bersikap adem ayem, ada yang pro-penguasa dengan membela setiap aturan yang diterbitkan, tapi tidak sedikit juga yang anti peraturan dengan melantunkan kisah-kisah sedih di hari minggu.

Mereka yang tidak mau biasa-biasa saja, seringkali menebarkan artikel yang mendebarkan jantung. Mulai dari teriakan Kompasiana sepi pengunjung, adanya fasilitas premium yang tidak berdengung, hingga bikin kakek-kakek sakit jantung.

Khusus yang terakhir ini, saya langsung saja menembak rekan Kompasianer Felix Tani. Tanpa tendeng aling-aling, ia bergerilya kesana kemari menyebarkan ideologi 'kenthir' yang dianutnya. Tulisan-tulisannya sering muncul dalam bentuk sindiran keras kepada apapun yang masih berbau umum.

Sang kakek yang sudah tidak berdaya karena sakit jantung pun masih dihasut; "Kalau menulis di Kompasiana itu rugi. Duitnya gak seberapa!"

Sang kakek yang sudah mulai patah hati kemudian dihibur oleh istri tercintanya.

"Eh..." giliran sang nenek yang dibuli; "Masa sih usia 77 tahun bisa bikin 'gigit jari' dan 'banting setir.' Mau taruh dimana tuh wajah Kompasianer Milenial dan Kolonial?" Ini mah provokasi ke seluruh warga Kompasiana namanya.

Sekarang tampaknya beliau sudah sadar, karena sudah menyerempet ke masalah spiritual. Tuduhan nabi kecil kepada seorang Daeng Khrisna yang kebetulan badannya juga kecil, pun dilantunkan dengan keras!

Belum lagi gelar baru Humoris Causa yang dianugrahkan kepada si Poltak, tokoh fiktif buatannya yang gemar jilat-jilat ingus.

Udah stop caci-maki, dasarnya emang saya sakit hati ama si Prof. Felix ini. Mosok "Numerolog dibilang kalah dengan Kuntilanak yang tuna angka."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun