Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki meninggalkan banyak kisah humanis. Para korban mengisahkan kehidupan mereka sebagai saksi hidup salah satu sejarah manusia yang paling kelam.
Hingga kini, terdapat sekitar 136.700 Eniijuu Hibakusha atau para penyintas yang berada di bawah program perawatan kesehatan pemerintah.
Salah satunya adalah Tsutomu Yamaguchi yang berhasil selamat dari dua serangan bom atom Hiroshima dan Nagasaki sekaligus.
Ia adalah seorang insinyur perkapalan di Mitsubishi Heavy Indrusties. Pada pertengahan tahun 1945, perusahannya mengirimnya ke Hiroshima beserta dua rekannya.
Pagi tanggal 6 Agustus, seharusnya merupakan pagi terakhir bagi Yamaguchi di Hiroshima. Ia akan segera pulang ke Nagasaki tempat kelahiran dan sekaligus rumah bagi keluarga besar, istri, dan anaknya yang baru berusia beberapa bulan.
Naas bagi dirinya, suara mesin pesawat udara yang didengarnya pagi itu adalah pesawat pengebom B-29Â milik Amerika Serikat. Tidak sampai hitungan menit, kilatan cahaya membutakan matanya. Bom atom pertama Hiroshima meledak di depan matanya.
Saat sadar setelah jatuh tersungkur, Yamaguchi merasakan sakit yang teramat sangat. Untungnya ia masih bisa bergerak dan segera pergi meninggalkan tempat itu, menuju ke arah reruntuhan galangan kapal Mitsubishi tempatnya bekerja. Di sana ia menemukan dua rekan kerjanya yang masih hidup.
Setelah menghabiskan malam yang penuh ketegangan di tempat penampungan, keesokan paginya ia memutuskan untuk pergi ke stasiun kereta api. perjalanan yang ia lalui penuh dengan kengerian.
Api masih berkobar, bangunan hancur, dan mayat-mayat bergelimpangan di jalan. Bentuk mayat tidak karuan, dan Yamaguchi menggambarkan kulit mereka bagaikan "lelehan plastik yang bergantung."
Ia harus berenang di sebuah sungai yang penuh dengan tumpukan mayat yang mengambang agar bisa sampai ke stasiun, karena jembatan-jembatan di Hiroshima telah hancur.
Hari itu Yamaguchi naik kereta malam ke kampung halaman di Nagasaki dan berharap bisa mendapatkan rasa aman setelah berkumpul bersama keluarganya di sana.
Ia sama sekali tidak tahu, apa yang akan menimpanya disana.
Setibanya di Nagasaki pada tanggal 8 Agustus 1945, Yamaguchi langsung menuju rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Kulitnya yang menghitam dan wajahnya yang penuh perban, membuat keluarganya tidak mengenal dirinya.
Tanggal 9 Agustus, Yamaguchi memutuskan untuk melapor ke kantor cabang Mitsubishi, kendati luka-lukanya belum sembuh. Kecepatan informasi yang lamban pada zaman itu membuat orang-orang di Nagasaki belum mengetahui apa yang menimpa Hiroshima beberapa hari lalu.
Sekitar puku 11 pagi, ia bertemu dengan seorang direktur yang meminta laporan mengenai kejadian Hiroshima. Sang direktur pun masih kelihatan ragu karena meragukan kekuatan sebuah bom yang dapat menghancurkan seluruh kota dalam hitungan menit.
Yamaguchi tidak perlu menjelaskan terlalu detail, karena pada saat itu, cahaya yang sempat membutakan matanya kembali terlihat dari jendela kantornya.
Kejadian yang sama dua kali menimpa dirinya membuat dirinya berpikir, "apakah awan jamur tersebut mengikuti dirinya?"
Setelah berhasil mengumpulkan tenaga, ia langsung pulang menuju rumahnya untuk mencari istri dan anaknya. Beruntung bagi Yamaguchi, karena meskipun rumahnya hancur berantakan, istri dan anaknya yang baru berusia 5 bulan hanya menderita luka ringan.
Lolos dua kali dari maut yang sama, membuat Yamaguchi menjadi satu-satunya penyintas yang mengalami dua kali kejadian bom atom. Setelah perang usai, ia kembali hidup normal.
Pada akhir-akhir tahun hidupnya, Yamaguchi tergerak untuk memperingatkan bahaya penggunaan senjata nuklir pada peperangan. Ia selalu tampil dengan menceritakan kisah traumatis yang ia alami selama hidupnya.
Suatu saat di markas PBB di New York tahun 2006, Yamaguchi mengatakan bahwa dalam pepatah Jepang ada ungkapan "Yang terjadi dua kali, akan terjadi tuga kali. Tapi bom atom ketiga kali tidak boleh terjadi."
Empat tahun kemudian, Tsutomu Yamaguchi meninggal pada usia 93 tahun. Namun sebelumnya, ia banyak mengeluarkan karya-karya puisi sebagai ungkapan dirinya melawan trauma yang menghantuinya seumur hidupnya.
Bom atom adalah tragedi kemanusiaan yang tak akan pernah terlupakan. Seperti kata Kahlil Gibran, "Rasa sakit dan kebodohan hanya akan menuntun kamu menuju kebahagiaan dan pengetahuan yang penuh, karena kebijaksaan yang sebenarnya tidak akan menciptakan apapun di bawah sinar matahari."
Untungnya Vladimir Putin, pada saat ditanya apakah sanksi yang berkepanjangan kepada Rusia akan memicu Perang Dunia ke3?Â
Salah satu tokoh dunia yang berpengaruh menekan tombol nuklir ini, setuju dengan pendapat Albert Einstein, sang fisikawan penelur teori bom atom;
"Saya tak tahu senjata apa yang akan digunakan pada Perang Dunia III, namun jika Perang Dunia IV sampai terjadi, manusia akan bertempur dengan menggunakan kayu dan batu."
Salam Angka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H