Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenal Enny Arrow, Mengenang Literasi Esek-esek Zaman Bapakmu

9 Agustus 2020   16:40 Diperbarui: 15 Agustus 2020   05:07 8471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Enny Arrow | Ilustrasi: Majalah Hai Via intisari.grid.id

Pada era 1980an, ia memulai menulis novel-novel erotis yang bergaya stensilan. Ia termasuk sangat produktif, karena selama satu dekade, ia mampu menelurkan ratusan judul di bawah Penerbit Mawar yang misterius.

Lucunya, Penerbit Mawar yang menjadi satu-satunya identitas pada buku, hadir tanpa alamat, dan tanpa nomer telpon. Pun para penjual dan loper koran, semuanya bungkam jika ditanyakan, darimana asal novel picisan yang dijualnya.

Meskipun nama Enny Arrow baru terkenal sejak tahun 1980an, namun sebenarnya pada tahun 1965, ia telah menggukanan nama samaran ini pada karangannya yang berjudul "Sendja Merah di Pelabuhan Djakarta."

Kata "Arrow" sendiri diambil dari toko penjahit di Kalimalang, karena ia pernah bekerja sebagai penjahit di sana. Banyak yang bertanya, apa motivasi Enny Arrow menelurkan novel-novel seputaran seks dan selangkangan ini?

Menurut sumber, Eni memiliki idealisme yang tinggi terhadap dunia literasi. Pandangannya yang luas tentang sastra barat yang bebas, membuat dirinya bergelut dengan gayanya sendiri untuk mengkritik sastra Indonesia yang dianggap terlalu normatif.

Enny Arrow jelas adalah seorang yang "anti-mainstream". Ia tidak memikirkan royalti, apalagi ketenaran. Pun harga bukunya yang dibanderol dari 3000 hingga 5000 rupiah tergolong murah. Bahkan diragukan dapat menutup ongkos kertas dan cetak untuk 40 halaman stensil pada saat itu.

Namun sepertinya Eni tidak peduli, karena siapapun berhak untuk membacanya, dari segala usia dan berbagai kalangan. Covernya yang terbilang berani dengan isi yang luar biasa vulgar, meskipun judulnya lebih banyak terbalut dengan metamorphosis kata, seperti Selembut Sutra, Malam Kelabu, dan Gairah Cinta.

Kekuatan Enny Arrow berada pada deskripsi yang detail dan hiperbola. Pembacanya yang setia selalu menantikan bagaimana Eni mendeskripsikan kisah persenggamaan yang sangat dahsyat dan jarang ditemukan pada karya novel lain di negeri ini.

Namun demikian, buku-buku ini tidak melulu membahas mengenai seks saja. Kelebihan dari karya Eni adalah selalu menitipkan pesan moral pada akhir cerita.

Sebagai contoh, tokoh protagonis dalam ceritanya selalu mendapatkan kebaikan melalui pengorbanan, dan sebaliknya, tokoh antagonis akan mendapatkan ganjaran yang setimpal.

Satu hal yang pasti, meski jati dirinya yang sebenarnya masih tersembunyi hingga wafat, ia telah berhasil mengklaim dirinya sebagai penulis esek-esek Indonesia terbesar sepanjang masa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun