Tiga hari kemudian, The Fat Man menyusul di Nagasaki dan memakan 74.000 korban jiwa.
Belum ada tanda-tanda akan terjadi seri lanjutan dari Perang Dunia, namun kekuatan nuklir yang berkembang saat ini, membuat bom atom Hiroshima dan Nagasaki terlihat seperti petasan kanak-kanak.
Bagaimana tidak, senjata nuklir terbesar di dunia, B83Â yang dimiliki oleh Amerika Serikat, memiliki kekuatan sebesar 1,200 kilo ton atau setara hampir setara dengan 80 kali kekuatan dari The Little Boy.
Bayangan Perang Nuklir bergentayangan di seluruh dunia. Pertanyaan seperti, bagaimana jika kota New York, London, atau Paris yang diluluh lantakkan, apakah yang terjadi?
Penulis pun mempunyai pertanyaan yang sama, andaikan (amit-amit) kota Jakarta lah yang menjadi korban bom nuklir, seperti apakah dampaknya?
Dilansir dari kompas.com, sebuah aplikasi interaktif yang bernama Nukemap yang dikembangkan oleh Alex Wellersetin, sejarawan sains dari Instititut Teknologi Stevens, New Jersey, AS berhasil mengidentifikasi dampak kerusakan nuklir B83 yang dijatuhkan di Monumen Nasional (Monas), Jakarta.
Korban tewas diperkirakan mencapai 2.338.520 jiwa. Sementara korban luka tidak kurang dari 4,5 juta jiwa.
Warga di sekitar Monas, Kebon Sirih, Tugu Tani menjadi yang paling terdampak, sementara kawasan Kelapa Gading, Rawamangun, hingga sekitar Daan Mogot akan mengalami hantaman ledakan udara berkekuatan 5 psi yang akan menghancurkan pemukiman dan menimbulkan korban luka parah.
Radiasi panas yang bisa menyebabkan luka bakar tingkat tiga akan mencapai warga di sekitar Bandara Halim Perdanakusumah, Ciledug, Pondok Indah hingga perairan Teluk Jakarta yang berjarak rata-rata 13 kilometer dari pusat ledakan.
Dampak lain yang tidak kalah mengerikan adalah sebaran radiasi nuklir yang mencapai radius 1.390 kilometer persegi dan mencakup wilayah selatan Jakarta, Tangerang Selatan, Kota Tangerang, hingga Bekasi.