Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ungkap 5 dari 60 Ramalan "Tu Bei Tu" Zaman Dinasti Tang yang Belum Terjadi, Adakah Mengenai Pandemi?

7 Agustus 2020   11:01 Diperbarui: 7 Agustus 2020   11:07 1422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Puisi ke-54 Den Xiaoping (sumber; euro-tongil.org)

Penah mendengarkan ramalan Nostradamus (1503-1566) yang menggemparkan dunia? Ternyata dari zaman Dinasti Tang, Tiongkok Kuno (abad 7M), ada juga dua peramal terkenal yang bernama Li Chunfeng dan Yuan Tiangang.

Baca juga: Puisi Sang Peramal Nostradamus yang Bikin Dunia Kalang Kabut. 

Sama seperti Nostradamus yang menyusun ramalan dalam bentuk puisi kuatrain (puisi empat baris) pada bukunya 'Les Propheties', Li dan Yuan, juga menciptakan sejumlah karya puisi yang dirangkumlan dalam buku berjudul 'Tu Bei Tu' atau arti harafiahnya adalah 'gambar menggosok punggung.'

Sama halnya dengan puisi Nostradamus yang sering dihubungkan dengan kejadian penting dunia, buku yang berisikan 60 puisi yang dipadukan dengan lukisan sederhana tersebut, oleh banyak ahli metafisika, disebutkan mampu meramal masa depan Tiongkok.  

Menariknya, disebutkan bahwa dari 60 karya puisi tersebut, sudah sebanyak 55 telah menjadi kenyataan. sementara Puisi ke-56 hingga ke-60 disebut sebagai ramalan akhir zaman.

Nah, sebelum kita membahas mengenai ke-lima puisi yang belum terjadi, penulis akan memberikan beberapa contoh puisi yang telah berhasil diprediksikan;

Puisi ke-54: Pembantaian Massal di lapangan Tianmen.

"Kekacauan menghasilkan kematian, namun berakhir damai. Manusia tertawa tapi menangis. Mereka tidak berpikir secara logika. Mencukur rambutnya, mengupas kulitnya, dan tetap bersikap perkasa. Pada insiden ini, naga sejati telah lahir. 9 kelokan air sungai kuning tidaklah kuning."

Lukisan Puisi ke-54 Insiden Tianmen (sumber; euro-tongil.org)uro
Lukisan Puisi ke-54 Insiden Tianmen (sumber; euro-tongil.org)uro
Penjelasan: Puisi ini meramalkan sekumpulan anak muda yang memrotes pemerintah (tidak berpikir secara logika). Protesnya membawa (kekacauan menghasilkan kematian, namun berakhir damai).

Pada insiden lapangan Tianmen, sekitar 300 mahasiswa terbunuh. (Mencukur rambutnya, mengupas kulitnya, dan tetap bersikap perkasa), mengartikan para pemrotes hanya mengenakan piyama dan berpuasa selama seminggu, dan masih bertahan disana.

(Pada insiden ini, naga sejati telah lahir) yang mengatakan pemimpin baru akan muncul setelah insiden ini. (9 kelokan air sungai kuning tidaklah kuning) merujuk kepada nama sang pemimpin.

Sebelum insiden Tianmen ini, Den-XiaoPing sebenarnya telah menunjuk Zhao-Zeyang sebagai penggantinya, namun Zhao yang lebih berpihak kepada mahasiswa kemudian ditangkap, dan Jiang-Zeming lah yang menjadi pemimpin selanjutnya.

Puisi ke-53: Deng-Xiaoping

"Lahir sebagai raja, ia adalah seorang terpelajar yang lembut. Ia percaya pada kehidupan yang alami. Seorang anak setia yang datang dari barat. Ia memegang kekuasaan dan membawa kedamaian ke dataran Tiongkok. Dua bendera indah mengapung ke istana. Keturunan lebih bagus dari sang leluhur."

Lukisan Puisi ke-54 Den Xiaoping (sumber; euro-tongil.org)
Lukisan Puisi ke-54 Den Xiaoping (sumber; euro-tongil.org)
Penjelasan: (Ia percaya pada kehidupan yang alami), yang berarti Deng tidak memercayai cara hidup komunisme. Ia telah berhasil mengubah China menjadi negara superpower dalam bidang ekonomi dengan mengadaptasi sistem kapitalis.

(Seorang anak setia yang datang dari barat) yang merujuk kepada Deng yang bersekolah di Prancis dan akhirnya kembali ke China untuk mengabdi. (Dua bendera indah mengapung ke istana) yang berarti Deng berhasil menggabungkan eksistensi komunisme dan kapitalisme. (Keturunan lebih bagus dari sang leluhur) yang berarti zaman pemerintahan Deng lebih bagus daripada Mao-Zedong.

Puisi ke-43: China dan Taiwan.

"Raja bukanlah raja. Bangsawan bukanlah bangsawan. Pada awalnya terasa susah, pada akhirnya semua terselesaikan. Kelinci hitam melarikan diri ke gua naga hijau. Ingin mengakhiri, tapi terasa bukanlah akhir. Ranting telah bertumbuh di luar pagar. 30 tahun keturunan akan kembali."

Lukisan Puisi ke-43 Hubungan China dan Taiwan (sumber; euro-tongil.org)
Lukisan Puisi ke-43 Hubungan China dan Taiwan (sumber; euro-tongil.org)
Penjelasan: (Raja bukanlah raja. Bangsawan bukanlah bangsawan) yang berarti Ciang-Kaishek telah melarikan diri ke Taiwan, tidak lagi menjadi pemimpin China, tapi juga tidak tunduk pada Mao.

(Kelinci hitam melarikan diri ke gua naga hijau). Kelinci hitam merujuk kepada Ciang dan dalam astrologi China, daerah timur yang juga lokasi dari Taiwan, dilambangkan sebagai daerah kekuasaan naga hijau.

(Ingin mengakhiri, tapi terasa bukanlah akhir) yang berarti Ciang menolak mengakui pemerintahan resmi dari partai komunis. (Ranting telah bertumbuh di luar pagar. 30 tahun keturunan akan kembali), yang berarti putusnya hubungan China dan Taiwan, hingga pemerintah China mengizinkan rakyat Taiwan memasuki wilayah China, 30 tahun kemudian.

Nah, apa saja 5 ramalan puisi yang belum jadi kenyataan, mari kita simak bersama.

Puisi ke-56

"Yang terbang bukanlah burung, yang berenang bukanlah ikan. Peperangan tidak lagi bergantung kepada prajurit. Ini adalah permainan teknologi. Asap mematikan kelihatan sejauh jutaan mil, di atas dari jamur dan dibawah air mancur. Pandangan berada di luar imajinasi manusia. Masalah besar tak akan terselesaikan, namun masalah yang lebih besar akan datang menghampiri."

Lukisan Puisi ke-56 (sumber; euro-tongil.org)
Lukisan Puisi ke-56 (sumber; euro-tongil.org)
Apakah ini menandai perang besar yang akan dilakoni China di Laut Cina Selatan?

Puisi ke-57

"Dalam situasi yang sulit, semuanya akan berbalik. Seorang anak dengan tinggi badan satu meter akan membuat seluruh orang asing menunduk. Ketika 'Biru Barat' dan 'Merah Timur' kesulitan, anak Tuhan muncul, seorang lelaki yang membawa perdamaian dan menghentikan pembunuhan. Sang jenius berasal dari dua sisi yang akan menghentikan seluruh peperangan untuk kebaikan."

Lukisan Puisi ke-57 (sumber; euro-tongil.org)
Lukisan Puisi ke-57 (sumber; euro-tongil.org)
Biru Barat melambangkan bendera Uni-Eropa atau NATO, sementara Merah Timur tentu melambangkan China. Apakah anak kecil yang dimaksud adalah sang penyelamat?

Puisi ke-58

"Masalah besar terselesaikan, dan seluruh orang asing menyerah. Enam atau Tujuh negara menjadi saudara, sahabat, hingga suasana damai kembali. Bahaya hanya tersisa di sebelah Barat Laut, yang membuat kita tidak dapat menyanyikan lagu perdamaian dunia."

Lukisan Puisi ke-58 (sumber; euro-tongil.org)
Lukisan Puisi ke-58 (sumber; euro-tongil.org)
Apakah area Barat Laut China yang dimaksud adalah Rusia dan Amerika?

Puisi ke-59

"Tak ada kastil, tak ada tembok. Bukan punyaku, bukan punyamu. Seluruh dunia menjadi satu saudara, kemakmuran menghampiri seluruh negeri. Satu orang untuk seluruh kebahagiaan dunia. Mengikuti Tuhan dan akan memberikan kemakmuran bagi seluruh dunia. Merah, kuning, hitam, putih, semuanya bersatu. Utara, Timur, Selatan, dan Barat bersama-sama dalam harmoni."

Lukisan Puisi ke-59 (sumber; euro-tongil.org)
Lukisan Puisi ke-59 (sumber; euro-tongil.org)
Puisi ke-60

"Satu negatif, satu positif, sebuah siklus yang tak pernah berakhir. Pengakhir akan mengakhiri, Pemula akan memulai. Angka Tuhan (The Number of God) akan dipelajari pada tahap ini. Konsep alami dari kemanusiaan akan diakhiri. Terlalu banyak hal yang akan dikatakan, mendorong seseorang untuk beristirahat, sesungguhnya adalah hal yang bagus."

Lukisan Puisi ke-60 (sumber; euro-tongil.org)
Lukisan Puisi ke-60 (sumber; euro-tongil.org)
Buku ini dibuat oleh Li dan Yuan dengan menggunakan konsep Astrologi China dan Numerologi China (I-Ching). Banyak kalangan yang memercayai buku ini, dikarenakan 55 puisi telah dapat dihubungkan dengan kejadian besar di China dan dunia.

Namun apakah puisi ke-56 hingga ke-60 perlu dikhwatirkan? Adakah di antara kita yang memiliki kemampuan untuk menerjemahkannya?

Tidak ada yang pernah tahu, hingga kejadian besar akan datang menghampiri dan dihubungkan dengan karya sastra ini. Dimanakah letak pandemi pada deretan puisi ini? Atau jangan-jangan serangan virus corona bukanlah hal besar, hingga tidak pantas masuk ke dalam ramalan Tu Bei Tu?

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun