Si Abeng (nama samaran), terinfeksi virus corona, namun tak menampakkan gejala sama sekali, Si Bong (nama samaran), nampak sehat, demam sedikit, langsung meninggal keesokan harinya.
Mengapa ada dua jenis pasien corona yang secara umum berbeda kondisi? Analisis paling umum adalah imunitas tubuh. Tubuh yang masih sehat masih memiliki peluang untuk menahan serangan virus yang sudah bersemayam.
Pun halnya dengan pasien yang sudah memiliki riwayat penyakit kronis (pre-morbid), pada umumnya rentan terhadap efek mematikan dari virus ini.
Akhirnya, saran hidup sehat dan menjaga imunitas tubuh menjadi sangat utama dan terutama di masa pandemi. Analoginya, adalah dunia sedang diserang oleh bangsa barbar dari negara antah berantah.
Pertahanan yang paling bagus adalah membangun benteng di perbatasan. Benteng ini adalah analogi imun tubuh. Namun bayangkan, jika serangan bangsa barbar ini datang secara masif. Sampai kapankah benteng pertahanan nan kekar akan bertahan?
Dalam istilah kedokteran, serangan bangsa barbar ini diistilahkan dengan Viral Load, atau jumlah kuantitaif partikel virus yang masuk ke sistem tubuh, terutama darah atau cairan tubuh lainnya.
Sebenarnya istilah Viral Load ini mulai dikembangkan untuk melihat rasio fatalitas dari penderita penyakit HIV, namun sekarang kembali terasa relevansinya pada kasus pandemi Covid-19.
Yang pasti, pasien dengan kondisi pre-morbid, adalah benteng yang paling lemah. Namun dalam beberapa kasus, ada beberapa orang yang masih sehat, namun akhirnya meninggal dunia juga.
Hal ini terjadi seperti pada kasus dokter Li Wen-liang, sang whistleblower dari Wuh-han, dan juga para tenaga medis yang berjibaku melawan covid selama ini.
Dikutip dari tulisan dokter Nikolas Wanahita, MD,MHA,FACC,FSCAI Internist; General and Interventional Cardiologist Mount Elizabeth Novena Hospital, Singapore, ada dua skenario yang ditunjukkan untuk menjelaskan konsep Viral Load ini.
Skenario A :
Pak Fery dan Pak David bertemu di restoran tanpa masker dan duduk berdekatan. Pak Fery ternyata mempunyai virus Covid-19, akibatnya jumlah transmisi viral load yang masuk ke badan Pak David sangat tinggi.
Skenario B:
Pak Fery dan Pak David bertemu di restoran akan tetapi mereka menjaga jarak sedikitnya 1 meter, dan menggunakan masker.
Dengan skenario sama dimana Pak Fery mempunyai virus di badan, viral load yang masuk ke badan Pak David jumlahnya jauh lebih sedikit.
Apa perbedaan yang dapat diberikan terhadap banyak-sedikitnya jumlah virus yang masuk dalam tubuh?
Fase-1 [Innate Immune Repsone].
Pada saat virus masuk ke dalam tubuh, maka ia akan mengambil alih fungsi sel untuk berkembang biak. Tubuh akan mengeluarkan protein seperti sitokin dan interferon untuk berperang melawannya.
Tentunya peperangan akan dimenangkan oleh mereka yang lebih banyak mengumpulkan pasukan secara cepat. Viral Load kemudian menandakan jumlah pasukan musuh yang berhasil menembus benteng pertahanan yang dijaga oleh imun tubuh.
Nah, imun tubuh yang kalah akan menjadi berantakan dan memproduksi reaksi immunitas berlebihan yang akan kembali menyerang organ tubuh yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebut dengan badai sitokin (cytokine storm)
Jika Viral Load yang memasuki tubuh tidak terlalu banyak, maka tinggi kemungkinan imun tubuh akan memenangi peperangan yang masuh ke tahap berikutnya.
Fase-2 [Acquired Immune Response].
Dengan memenangkan peperangan pada fase-1, maka tubuh akan memproduksi B-Cell dan T-Cell untuk melawan virus. Sel tubuh yang diproduksi pada fase kedua ini, akan lebih kuat dibandingkan dengan imunitas fase pertama.
Secara teori, tubuh kita sudah mengenal jenis virus yang pernah singgah ke tubuh, sehingga secara teori, akan lebih mudah membunuh musuh yang sama, jika berkunjung kembali.
Nah, konsep vaksin yang sedang dikembangkan mengikuti teori imunitas fase-2 ini.
Untuk saat ini, virus corona sudah berada di sekitar kita, dan dapat menyerang benteng pertahanan diri di setiap saat.
Dengan memahami konsep ini, maka jalan terbaik adalah dengan mencegah kuantitas Viral Load. Caranya adalah dengan menjaga imun tubuh agar pasukan pertahanan dapat menjadi semakin kuat, dan hindari pertemuan tidak penting, agar kelak nantinya, Viral Load tidak akan mematikan.
Namun jangan lupa, dalam peperangan ada juga strategi yang disebut spionase. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari membocorkan rahasia kepada pihak lawan, hingga menyebarkan berita bohong, sehingga pertahanan menjadi lengah.
Begitu pula halnya dengan peperangan melawan Covid ini, namun sayangnya spionase yang muncul, tidaklah datang dari pihak virus yang menyerang, namun justru terjadi dari sesama manusia.
Masih ada saja beberapa orang, atas nama ketenaran atau keuntungan pribadi semata, tega melakukan penghianatan terhadap sesama umat manusia dengan meyakini apa yang tidak mereka yakini.
Kasus professor abal-abal Hadi Pranoto yang menyebarkan banyak informasi yang tidak benar, hanyalah salah satu contoh dari penghianatan kemanusiaan yang terjadi.
Selanjutnya, kita masih akan mendapatkan hal yang sama berulang-ulang kali nanti. Kondisi sudah semakin prihatin, tidak ada salahnya untuk membantu memberikan informasi, namun pertempuran ini bukanlah untuk melawan virus yang berpandemi.
Corona sudah menjadi bagian dari kehidupan, hal yang diuji adalah bagaimana kita sebagai manusia menyikapi hal ini. Dari kondisi ini, kita akan dapat menemukan siapa kawan sesungguhnya atau siapa yang hanya ingin mengambil keuntungan dari sebuah situasi sulit.
Semoga Bermanfaat
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H