- Q: Apa itu jimat?
- A: Barang (tulisan) yang dianggap mempunyai kesaktian dan dapat melindungi pemiliknya, digunakan sebagai penangkal penyakit dan sebagainya. (KBBI)
- Q: Mengapa manusia memerlukan jimat
- A: Untuk melindungi pemiliknya dari segala macam ketidakpastian dan sekaligus kesaktian bagi yang menggunakannya.
Nah kedua Q&A ini sudah mewakili judul, mengapa Kompasianer memerlukan jimat. Kompasiana terdiri dari ratusan ribu umat (konon kabarnya), sementara tulisan yang sudah dibuat 7 hari 7 malam, pada umumnya akan berakhir tragis tanpa pembaca.
Ramai tulisan berseliweran di laman 'beyong blogging' ini berisikan tuduhan dan asumsi. Yang centang biru mengatakan "pilih kasih", yang masih milenial, mengatakan "no-wei bisa dilirik."
Suasana pun akhirnya menjadi semakin hangat dengan munculnya tulisan dari Mr. Spiderman XXX (bukan judul film bokep) yang mengatakan "akankah kompasiana bubar?"
Apapun itu, semua adalah bentuk ketidakpuasan hati, atas usaha yang tidak kena dihati.
Nah, seringkali saya menitipkan komen di laman sahabat Kompasianer. Isinya hanyalah pesan singkat, "butuh jimat? Japri ya ke nomer 123456789" Untungnya Mang Mimin kurang jeli melihat bahasa promosi ini.
Namun sayangnya, dari hari ke hari, orderan jimatku sudah semakin sepi pembeli. Daripada melewati masa kadaluwarsa, saya pun memutuskan untuk mempromosikannya via tulisan ini.
Namun sebelum membeli, jangan berharap tulisan anda akan dengan instan mendapatkan label AU, Pilihan, NT, atau Terpopuler. Jimat ini bukanlah mi instan murahan, semuanya butuh proses.Â
Jangan pula berharap jimat "all-in-one." Batu akik sakti untuk kebal diri pun, tidak dapat membuat anda kaya bersemi. Kecuali batu akik itu digunakan untuk nge-garong, hingga kebal dari tembakan polisi.
Jika anda ingin jimat, sesuaikanlah apa kebutuhan anda. Kebal diri, Penglaris, atau Penggaet daun muda. Bahasa landonya adalah "spesialisasi." Pun halnya dengan jimat bagi Kompasianer, masing-masing memiliki spec-nya sendiri-sendiri.
Nah, beberapa Kompasianer yang sudah menikmati jimat ini, memiliki ceritanya masing-masing.
Sebagai salah satu pemilik jimat tertua, yang pasti Om Tjiptadinata dan Bu Rose selalu menempati peringkat tertinggi di Kompasiana. Menjadi salah satu penulis terlama dan terkonsisten, semua tulisan beliau adalah nasihat dalam esai storytelling.
Pengaruh jimat ini mampu menyihir pembaca serasa mendengarkan cerita dari orangtua sendiri, dan mampu memberikan kehangatan di malam hari. Pengaruh jimat ini kepada kedua beliau adalah rajin berkunjung. Coba lihat, adakah lapak yang tak terkunjungi?
Gaya storytelling juga ditemukan di pengguna jimat yang lain. Gaya penulisan yang mengalir seperti air, berbentuk fiksi dan juga friksi, menarik atensi dengan campuran pengalaman sehari-hari, mampu menyihir para pembaca, seolah-olah sedang berada dekat melalui tulisannya.
Pemiliki jimat ini antara lain Mas Budi Susilo, Sigit Eka Pribadi, Bung Pical Gadi, Mba Yana Haudy, Indria Salim dan Bro Johannis Malingkas.
Storytelling dengan gaya yang paling unik adalah Kompasianer Amel Widya. Belum pernah penulis melihat adanya tokoh fiksi yang sekonsisten Denniz dan Mehrin dalam sebuah tulisan, seperti karya Mba Amel ini.
Gaya penulisan Mba Amel yang lugas juga menambah kekuatan dalam karakter Denniz dan Mehrin. Membuat hati penasaran, bagaimakah kelanjutan kisah dari dua sejoli ini. Hanya saja saya bingung, apakah tokoh Denniz dan Mehrin didapatkan dari hasil semedi di "Mentari Peradaban Alandika" ya?
Nah, bagai para milenial yang masih jomblo, anda juga bisa mendapatkan jimat pelek penarik cinta. Dijamin, semua artikel yang ditulis, pasti bertemakan cinta dan bikin pembaca klepek-klepek. Dua Kompasianer tersangkanya adalah Lusy Mariana Pasaribu dan Mba Fatmi Sunarya.
Belakangan Om Ketraradjawen, pun ikut-ikutan jadi romantis, karena keseringan membaca artikel dari dua bintang cinta Kompasianer ini.
Jimat ini juga masih sakti, meskipun telah menyeberangi lautan. Dua orang wanita yang baik hati, Mbak Gaganawati dan Hennie Triana, sekarang telah menjadi informan dari negeri seberang (Jerman). Setiap tulisannya, selalu membocorkan rahasia negara kepada pemirsahhh Indonesia. Apalagi yang kurang menarik tuh?Â
Spesialisasi memang sulit, belum pernah ada yang pernah menuliskan satu tema secara konsisten dalam setiap tulisannya. Namun, beberapa pemilik jimat mampu menyihir pembacanya untuk sebuah tema khusus.
Hadi Santoso secara konsisten menuliskan berita olahraga yang keren banget. Yohannes Christanto tentan film, Bang Reba Lomeh yang spesialisasi di cerita alam, Ozy Alandika yang dikenal sebagai bapak guru yang lagi modus, dan kisah Johannes Krisnomo yang santai melantai. Namun mengapa tidak ada yang spesialis di gosip selebriti ya? Ini kan juga ladang basah! Info saja.Â
Bicara mengenai melantai, harus hati-hati juga atas efek samping dari penggunaan jimat ini. Jangan sampai kejadian seperti kasus Kompasianer I Ketut Suweca yang saking getolnya menulis, hingga pohon beringin pun tumbuh dari bokongnya. Namun tulisannya mengenai literasi tak perlu diragukan lagi.
Bang Tonny Syahriel, sebagai konsultan travel, mampu mengeluarkan mantra pada tulisannya, hingga pembaca serasa seperti terhipnotis. Belum lagi foto-foto menawan yang mampu membuat pembaca serasa berada di sana.
Urusan foto-memfoto juga sering kita temui pada lapak Mbah Ukik. Nah, si Mbah yang satu ini memiliki aliran yang sama denganku di bidang mistis. Bedanya, ia memang memiliki ilmu, hingga jimat akupun ditolaknya.
Kalau mendengar nama Mbah Ukik, maka kita akan merasa tenang, karena tulisannya tidak jauh-jauhlah dari kehidupan desa yang tenang.
Dugaanku, nama Mbah Ukik sendiri sudah memiliki mantra yang sakti. Kompasianer dapat mencontohi penamaan singkat ini untuk menciptakan karakter kuat bagi para pembaca.
Masih banyak nih pelanggan jimat yang jika kubuatkan ceritanya, bisa menjadi satu seri Kho-Ping-Ho yang tak berakhir. Kang Win, Mas Nawir, Irwan Rinaldi Sikumbang, Elang Salamina, Himam Miladi, Susy Haryawan, Agil S Habib, Mochammad Syafei, Adjat R Sudrajat, hingga ke Ruang Berbagi yang penuh misteri. Pokoknya mereka jelas lebih mudah dikenal, daripada nama Rudy Gunawan yang pasaran.
Intinya, jika anda sudah menggunakan jimat ini, maka ketenaran akan datang menghampiri. Caranya adalah dengan menjadi semakin pede, sapa sana-sini, bagai Om Gege (ini menurut pengakuan Bang Khrisna Pabichara, lho).
Kalau sudah menyapa sana-sini. Dijamin! Kompasianer yang sudah termakan efek jimatku, pasti akan membalas sapaanmu, atau miminal ngevote balik tulisan kamu. Dengan demikian, maka kamu akan menjadi lebih terkenal karena sudah semakin banyak Kompasianer yang berkunjung ke lapakmu.
Namun sayangnya, sebagaimana obat pada umumnya, kadang ada juga yang overdosis. Salah satunya adalah Prof. Felix Tani, yang sekarang sudah menjadi "kenthir" akibat efek penggunaan jimat berlebihan.
Bagaimana dengan saya sendiri? Kalau di Kompasiana, tentu saya menggunakan jimat edisi terbatas yang tak akan dijual dong. Spesialisasinya adalah hal ghoib dan mistis yang tak tertandingi oleh siapapun, termasuk Mbah Ukik.
Terakhir, malah saya mendapatkan wangsit untuk mulai mencicipi menu Kamasutra, semuanya demi kebaikan bersama agar para milenial macam Kompasianer Abdul, bisa memahami dunia dewasa dengan lebih waspada lagi.
Nah bagaimana caranya mendapatkan jimat ini? Mari kita mulai dengan membaca mantra untuk jimat penglaris di Kompasiana. (bacanya dalam hati saja... Selesai).
Untuk selanjutnya, silahkan japri ya ke nomer 123456789 ya (untuk mencegah semprit Mang Mimin yang angker).
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H