Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Daeng Rewa yang Takut Pilih, dan Daeng Malla yang "Pappili-pilih"

28 Juli 2020   18:28 Diperbarui: 28 Juli 2020   18:18 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Woiii, pakeko ini masker," Daeng Malla berteriak dari balik pagarnya yang bersebelahan dengan rumah Daeng Rewa.

"Tumben ko pake masker, Daeng, saya kira ko bilang dak apa-apa ji tidak pake masker?" Daeng Rewa terheran-heran dengan perubahan sikap tetangganya yang bebal ini.

"Ini to, ada pilihanku, dia mi ini, walikotaku, cess," Daeng Malla membalas dengan semangat 45 nya yang tak pernah padam. Ternyata Daeng Malla yang pappili-pilih (serba perhitungan), punya motif tersendiri.

Masker yang digunakan adalah alat kampanye salah satu calon Walikota pilihannya.

**

Daeng Rewa sudah tidak punya nafsu untuk memilih lagi, meskipun perhelatan akbar Pilkada 2020 sebentar lagi akan datang menghampiri.

Ia masih ingat, bagaimana dirinya yang dulu perkasa, selalu menjadi salah satu pendukung calon gubernur atau walikota. Terakhir terjadi pada tahun 2018, ketika calon walikota andalannya dikalahkan oleh kotak kosong.

"Bagaimana caranya, kotak kosong saja menang lawan calonku, bisa-bisanya itu orang lebih suka kaleng Khong-guan daripada Walikota." Daeng Rewa kesal, sebabnya ia telah terlanjur taruhan dengan Daeng Tojeng, pendukung kotak kosong.

Taruhannya sih, tidak berat-berat amat. Janjinya yang kalah harus membersihkan WC sang pemenang selama 3 hari berturut-turut. Jadilah Daeng Rewa yang rapih, harus rela menjadi tukang bersih kakus di rumah Daeng Tojeng.

Namun nafsunya terhadap Pilkada hilang, bukanlah karena kemenangan kotak Khong-guan, namun karena pandemi yang belum kunjung selesai. Halifah anak semata wayangnya, telah dinyatakan negatif Covid, namun kini giliran Siti Khadijah istrinya, yang terserang batuk dan flu.

Daeng Rewa yang sudah tidak lagi berani, bingung antara membawa istrinya tes covid, atau tetap meminum air ramuan akar bahar. Masalahnya, sudah dua hari Halifah yang ngotot meminta ibunya diperiksa, tidak berbicara lagi dengannya.

Bagi Daeng Rewa, siapapun yang jadi pemimpin, sudah tidak masalah lagi. Toh dalam kurun waktu 3 bulan terakhir, telah tercatat 3 kali pergantian pejabat sementara Walikota Makassar.

"Coba tong liat mi, kayak tong ganti walikota bisa kasih hilang covid."

**

Di saat seperti ini, semua hal dapat membuat Daeng Rewa gemetar. Ia masih ingat bagaimana Halifah anaknya yang tidak tidur berhari-hari, karena menemani Adam, pacarnya yang jatuh sakit akibat perhelatan Pilwalkot 2018 yang melelahkan.

Adam adalah calon suami Halifah yang juga anggota KPU. Mereka sudah terlalu sering bersama, sehingga Daeng Rewa dan Siti Khadijah pun sudah menganggapnya sebagai anak sendiri.

Bagi mereka, Adam yang sopan dan terpelajar adalah suami ideal bagi Halifah yang cantik dan baik budi. Namun jika perhelatan akbar ini kembali diadakan, maka bisa-bisa Adam akan menjadi sasaran amukan covid.

**

"Ini kukasih ko masker gratis e," suara Daeng Malla yang ngos-ngosan kembali terdengar.

"Gak usah, ada ji punyaku." Sambut Daeng Rewa yang sudah mulai emosi. Daeng Malla yang pada dasarnya penakut pun urung mengampanyekan calon andalannya.

Daeng Rewa sebenarnya sadar betul, bahwa ia harus memilih. Gol-put adalah haram adanya, karena pengacuhan atau bersikap cuek terhadap siapa yang akan memimpin bangsa ini sama saja dengan membiarkan tirani bersemayam di dalam Nurani.

Namun, ia memiliki alasan untuk tidak dulu menjadi pemilih, karena baginya Gol-put sekarang memiliki nama baru, yaitu Gerombolan Penakut. Iyaaa.... Daeng Rewa yang dulunya berani, kini merasa takut harus berada di TPS bersama puluhan orang yang tak dikenal.

Ia menghadapi dilema, diantara kesehatan dan kewajiban berbangsa. Akankah ia akan mati dalam menjalankan tugas negara?

**

Lamunannya buyar, ketika Halifah datang mendekatinya, "Ayah, Adam mau melamarku, ia sudah berjanji untuk setia menemaniku dan akan menjadi ayah yang baik bagi anak-anakku."

Bagaikan petir yang menyambar di siang bolong, Daeng Rewa tidak tahu harus berkata apa-apa. Dirinya yang terlalu khwatir membuatnya meneteskan air mata yang tak bisa ditahan lagi.

Mulutnya ingin mengatakan, "bagaimana pestanya nanti?, bagaimana kalau banyak orang kesini?, bagaimana kalau..." Namun mulutnya terdiam bagai dikunci, semuanya agar tiada kekecewaan di hati sang putri.

Akhirnya ia pun memeluk Halifah, sadar bahwa apa yang menjadi kekhwatirannya selama ini adalah ilusi. Tentu keputusan tersebut adalah yang terbaik bagi Halifah.

Covid tidak akan menghalangi Halifah menikah dengan Adam, pun halnya dengan perhelatan akbar Pilwalkot Makassar. Covid adalah bagian dari hidup ini, tidak akan dapat mencegah siapapun dan apapun untuk menjalankan kehidupan ini.

Suasana menjadi hening, ketika ayah dan anak tersebut masih saling berpelukan. Sayup-sayup dari tembok sebelah, terdengar suara. "Woiii, pakeko ini masker, tapi pilih tong calong-ku cess."

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun