Pandemi memang menakutkan, takut sakit dan takut tidak punya uang. Tapi melihat kenyataan yang ada, virus corona sudah membuat KTP di WHOÂ sejak 31 Desember 2019.
Tidak bisa ditumpas lagi, ia sudah sah menjadi bagian dari penduduk bumi, dan akan hidup berdampingan dengan diri kita, selamanya!
Jadi pilihan yang harus ditempuh adalah menjaga kesehatan diri sambil tetap bekerja untuk mengisi perut yang keroncongan. Adapun dampak yang ditimbulkan, sudah seharusnya dilihat dari perspektif yang berbeda.
"Hidup berdamai dengan Corona" adalah jargon yang tidak bisa lagi dipandang sebelah mata.
Pun dengan apa yang dilakukan di Indonesia, membubarkan Gugus Tugas Penangangan Covid-19 yang dipimpin oleh Achmad Yurianto, dan digantikan dengan Satuan Tugas Penangangan Covid-19.
Satgas Penanganan Covid-19Â ini akan jalan beriringan dengan Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional, di bawah naungan Komite Penangangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Pesannya jelas, masalah kesehatan dan problema perut harus bergandengan tangan.
Sebuah Warung Tegal (warteg) di jalan Madrasah, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta yang bernama Warteg Ellya, berhasil membuat omzetnya bangkit kembali dari rata-rata 600,000 rupiah per hari menjadi 1,200,000 rupiah.
Hal yang ia lakukan hanyalah menetapkan protokol kesehatan. Pelayan menggunakan masker, sarung tangan, dan pelindung wajah (faceshield).
Selain itu, ia juga mewajibkan pengunjung menggunakan masker, menyediakan wadah untuk cuci tangan, membatasi jarak duduk, serta membuat sekat diantaranya.
Bukannya keberatan, ternyata pelanggan pun ikut merasa nyaman dengan aturan yang diterapkan oleh Ibu Ellya. Mereka tidak keberatan dengan beberapa aturan tambahan yang diterapkan, bahkan merasa nyaman karena tidak lagi khwatir akan terjangkit Corona di warung ini.