Klepon yang membumi, kini menjadi klepon yang terzalimi. Kurma yang bersemi, kini ikut-ikutan tersakiti.
Menjadi viral dalam beberapa hari terakhir, sedikit banyak memengaruhi psikologi penulis. Bukan saja tergoda untuk menulis tulisan ini, namun bayang-bayang klepon yang gurih, kini menempati seisi lobus frontal.
Menulis resep klepon, rasanya bukanlah kapasitas penulis. Makanan yang sudah ada sebelum Republik ini berdiri, pasti sudah menjadi makanan sehari-hari.
Namun ide tak pernah ada matinya, sebuah candaan pada kolom komentar senior Kompasianer Mas Susy Haryawan, penulis menitipkan sebuah pesan,
"Bang, ada resep klepon yang isinya rawit gak? Bagi dong." Dasar si senior yang emang pedis ini, hanya menjawab "Hiik hiik hiijlk" (pake typo lagi).
Nah, ini serius, apakah bisa klepon diisi sambel rawit? Bukannya sekarang emang lagi jaman-jamannya kreatif? Bagi pencinta sambel Nusantara, apapun disikat pake rawit. Pisang goreng yang seharusnya manis pun kini tersambet rawit. Mengapa klepon tidak pantas?
Permintaan penulis hanya satu, jika ternyata ada Kompasianer yang sukses membuat klepon berisikan rawit, berilah nama "Klepon Susy" atas penghargaan kepada Mas Susy Haryawan terhadap ide ini.
Oke, mumpun masih hangat, yuk kita kembangkan ide-ide apa saja yang bisa diisi dalam klepon.
Siapa tahu saja tulisan ini jadi viral, dan mengilhami banyak orang, sehingga masalah agama tidak lagi menjadi perdebatan pada si hijau kecil berbintik putih ini.
Mari kita mulai dengan memahami klepon dengan lebih dekat dulu.
Klepon adalah, makanan nusantara yang berisikan gula merah dan dibalur dengan kelapa parut. Keunikan kue ini adalah sensasi muncratnya gula merah dalam mulut ketika mengigitnya.