Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penemuan Terbaru dari Dunia Medis: 6 Tipe Virus Corona!

19 Juli 2020   11:29 Diperbarui: 19 Juli 2020   11:35 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Corona memiliki julukan "virus 1000 wajah". Sebabnya, simtom dan gejala yang muncul bagi para penderita, seringkali berbeda-beda.

Meskipun, flu, demam, dan sesak nafas menjadi simtom yang utama, namun ada pula pasien yang mengeluh telah kehilangan daya perasa (ageusia) serta daya penciuman (anosmia).

Baca juga: Kenali Anosmia dan Ageusia, Sebelum Silent Carrier Berubah Menjadi Silent Killer.

Penemuan terakhir, juga menyebutkan bahwa diare, nyeri otot bahkan kebingunan juga termasuk salah satu simtom. Ditenggarai kecepatan mutasi virus ini-lah yang membuat munculnya berbagai simtom berbeda.

Namun, sekarang para ilmuwan dari King's College London telah menemukan fakta bahwa gejala yang berbeda-beda, ternyata berhubungan dengan tingkat keparahan penderita.

Penemuan ini, termasuk langkah besar dalam dunia kedokteran, karena berguna bagi tim medis untuk menentukan, simtom yang mana, yang membutuhkan prioritas utama.

Nah, kesimpulannya, ada 6 tipe gejala (disebut dengan cluster) Corona yang dialami oleh penderita:

Cluster 1: "Seperti Flu" tanpa demam -- Simtom: sakit kepala, anosmia, nyeri otot, batuk, sakit tenggorokan, sakit pada dada, dan tidak demam.

Cluster 2: "Seperti Flu" dengan demam- Simtom: sakit kepala, anosmia, batuk, sakit tenggorokan, suara serak, demam dan kehilangan nafsu makan.

Cluster 3: Gangguan pada saluran pencernaan -- Simtom: sakit kepala, anosmia, kehilangan nafsu makan, diare, sakit tenggorokan, sakit dada, tidak batuk.

Cluter 4: Level Parah Tingkat 1, Kelelahan -- Simtom: sakit kepala, anosmia, batuk, panas, suara serak, nyeri pada dada dan kelelahan.

Cluster 5: Level Parah Tingkat 2, Kebingunan -- Simtom: sakit kepala, anosmia, kehilangan nafsu makan, batuk, panas, suara serak, sakit tenggorokan, nyeri pada dada, nyeri otot, kelelahan, dan kebingunan.

Cluster 6: Level Parah Tingkat 3, perut dan pernapasan -- Simtom: sakit kepala, anosmia, kehilangan nafsu makan, batuk, panas, suara serak, sakit tenggorokan, nyeri pada dada, nyeri otot, kelelahan, kebingunan, kesulitan bernafas, diare, dan nyeri pada perut.

Keenam level ini didefenisikan berdasarkan urutan tingkat keparahan penderita Covid. Penderita Covid juga memiliki opsi yang luas untuk penyembuhan, mulai dari karantina mandiri, istirahat yang cukup hingga harus dirawat di rumah sakit.

Umumnya, mereka yang sudah parah lah yang yang membutuhkan penanganan rumah sakit. Jika pasien sudah berada dalam masa kritis, maka perhatian penuh dari tim medis sangatlah diperlukan, khususnya jika pasien tersebut menderita sesak nafas yang memerlukan alat bantuan pernapasan (respirator).

Dari hasil penelitian atas 1600 orang penderita Covid, ternyata ditemukan hanya 1.5% dari cluster 1 saja yang memerlukan bantuan respirator. Pun halnya dengan cluster 6 yang merupakan kasus terberat, ternyata hanya 19.8% saja dari penderita yang merasakan sesak nafas akut.

Selanjutnya, para periset juga mengatakan bahwa Cluster 4,5, dan 6 kebanyakan merupakan pasien dengan usia lanjut, obesitas, atau memiliki riwayat penyakit lainnya.

Dr. Claire Steves dari King's College London mengatakan, "penemunan ini memiliki implikasi penting untuk merawat dan memonitor manusia yang sangat rentan terhadap infeksi Covid-19 ini."

Apa yang dilakukan oleh para peneliti adalah menyelidiki pasien pada setiap cluster dan mengkorelasikannya dengan usia, jenis kelamin, Body Mass Index (BMI), dan riwayat penyakit yang diderita selama 5 hari.

Dengan demikian, mereka dapat membuat model perawatan yang paling tepat, akurat dan krusial. Keputusan seperti, apa yang harus dilakukan penderita isolasi mandiri, waktu-waktu kritis, hingga kapan mereka memerlukan perawatan rumah sakit.

Menurut penulis, sebelum dunia medis menemukan vaksin dan obat Corona, model perawatan ini sangat berguna, untuk mencegah penularan masif, mengidentifikasi pola perawatan intensif, hingga membuat kerja tim medis menjadi lebih praktis.

Hal yang sama juga berada pada penyakit DBD yang hingga kini belum juga ditemukan obat maupun vaksinnya.  

"Jika anda dapat mempredikisi perkembangan kondisi pasien pada hari ke-lima, maka anda dapat memberikan bantuan lebih dini sesuai dengan kebutuhan, seperti, kapan harus menambah oksigen darah dan kadar gula untuk memastikan mereka tetap dalam kondisi terhidrasi baik." Ujar dr. Steves, lebih lanjut

Perawatan sederhana dapat dilakukan di rumah, dan mengurangi intervensi tenaga medis dan rumah sakit, akan menyelamatkan banyak nyawa.

Namun demikian, meskipun beberapa gejala di atas telah teridentifikasi sebagai gejala Covid-19, namun belum tentu berarti, jika seseorang flu, batuk, dan demam, maka ia terinfeksi Corona.

Oleh sebab itu, jika sedang sakit, janganlah terlalu mudah panik atau putus asa. Kendala terbesar saat ini, adalah ketakutan dari masyarakat terhadap dokter dan rumah sakit. Padahal jika dipikir, tenaga medis bukanlah musuh.

Corona yang sudah menyerang dunia adalah musuh bersama yang harus disikapi secara bijak, bukan untuk diharapkan lenyap dari permukaan. Semoga penemuan ini dapat membuat perubahan atas cara kita untuk "berdamai dengan Corona."

Semoga bemanfaat.

Referensi: 1 2

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun