Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penelitian Berkata, "Tjiptadinata Effendi" adalah Nama yang Hoki

12 Juli 2020   06:25 Diperbarui: 12 Juli 2020   06:35 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hoki (Sumber: Independent.ie)

Pak Tjiptadinata dan Bu Roselina termasuk manusia yang "menolak sial." Kegagalan demi kegagalan yang diraihnya, membuat mereka bertekad untuk membangun rumah permanen dan menyekolahkan anak di luar negeri.

Mereka berprinsip bahwa "You Are What You Think." Apapun yang diucapkan akan menumbuhkan semacam keyakinan dalam diri, ibarat tanah, tanaman akan bertumbuh sesuai dengan bibit yang ditanam.

"Jadikan kegagalan cambuk diri", hinaan dan olokan tidak untuk menghancurkan semangat.

"Jangan pernah mengutuki diri sendiri," kegagalan adalah anak tangga untuk menggapai kesuksesan.

Hari ini, penulis bersyukur telah mengenal kedua beliau melalui artikel-artikel inspiratif yang setiap hari mengisi Kompasiana. Menapaki kerasnya kehidupan bukanlah sebuah perkara mudah.

Mungkin ada yang mengatakan, apa yang telah mereka capai tak lepas dari kerja keras. Namun disisi lain, keberuntungan (hoki) juga diperlukan bukan?

Sesuai judul artikel Pak Tjip yang menginspirasi tulisan ini: Apakah Benar Ada Orang Ditakdirkan Bernasib Sial? Kita sering bertanya, darimana sih datangnya Hoki dan Sial?

Apakah dengan menolak sial, hoki akan datang dengan sendirinya?

Apakah hoki memerlukan simultan dan sial membutuhkan jimat penolak?

Atau jangan-jangan hoki dan sial memang "ditakdirkan?"

Menurut penulis, hoki dan sial memang ditakdirkan, sudah ada sejak manusia dilahirkan, dan selalu jalan beriringan dalam diri setiap pribadi.

Namun mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa hoki dan sial ini, sebenarnya adalah sebuah ilusi yang tidak nyata. Bobot kadarnya, sangat bergantung kepada persepsi.

Secara sederhana, sial adalah sebuah keadaan yang tidak sesuai ekspektasi, sementara hoki adalah keadaan di atas ekspektasi.

Dengan demikian, ekspektasi adalah hal yang menentukan apakah seseorang bernasib sial atau hoki, atau dengan kata lain, bukan takdir, bukan nasib, hokki  berasal dari pikiran dan perilaku diri sendiri.

Ternyata hal ini juga diakui oleh Richard Wiseman, seorang psikolog asal Inggris yang telah mengadakan penelitian mengenai ilmu hoki selama 10 tahun.

Ia mengumpulkan 400 partisipan yang mengaku dirinya sangat hoki dan sangat sial. Ia meminta orang-orang tersebut untuk melihat sebuah koran dan menghitung jumlah foto di dalamnya.

Orang yang mengaku sial, rata-rata membutuhkan waktu 2 menit untuk menghitungnya, sementara mereka yang merasa hoki, hanya membutuhkan beberapa detik saja.

Mengapa bisa? Karena pada halaman kedua, ada pesan yang bertuliskan "Berhenti menghitung, ada 43 foto di koran ini."

Pada percobaan lain, Wiseman juga melakukan penelitian mengenai pola berpikir dari mereka yang hoki dan sial. Ia memberikan skenario:

"Bayangkan jika kamu sedang berada di sebuah bank, dan ada perampok bersenjata yang masuk dan menembakkan satu peluru yang melukai lengan anda. Apakah kamu menganggap peristiwa itu hoki atau sial?"

Dapat diduga, mereka yang menganggap diri mereka sial tentu mengatakan hal tersebut adalah sial, sebaliknya yang selalu hoki mengatakan "untung aku tidak mati."

Secara ilmiah, Richard Wiseman kemudian menyimpulkan, bahwa ada 4 karakteristik yang membuat seseorang lebih hoki dibandingkan yang lainnya.

Pertama, Selalu Melihat Peluang.

Sebagaimana mereka yang menemukan tulisan "Berhenti menghitung, ada 43 foto di koran ini," karena mereka lebih santai dalam menanggapi suatu masalah, selalu memaksimalkan peluang yang ada, dan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan.

Kedua, Memercayai Firasat yang Baik.

Bagi mereka, setiap kejadian adalah keberuntungan, termasuk "peluru yang menembus lengan." Intuisi yang ditimbulkan, selalu dihubungkan dengan kondisi yang lebih baik. Sebagai akibatnya, mereka lebih mampu berpikir jernih.

Ketiga, Selalu Menumbuhkan Harapan.

Hal ini penulis dapatkan dari hampir setiap tulisan Pak Tjip dan Bu Rose. Semua hal dianggap "baik-baik saja." Serumit apapun itu, setiap kegagalan hanya akan berakhir dengan harapan. Hal ini kemudian membantu mereka mencapai apa yang dimiliki saat ini.

Keempat, Mengubah Sial Menjadi Hoki.

Merupakan yang terakhir, namun juga yang terpenting. Sepeti kata pak Tjip, "Jangan pernah mengutuki diri sendiri." Menurut Wiseman, orang yang hoki tidak pernah menghabiskan energi untuk meratapi nasib.

Mereka termasuk tipe orang yang suka membuang jauh-jauh pikiran buruk, dan tidak menyerah kepada nasib.

Wasana Kata.

Hoki dan Sial adalah dua energi yang ada dalam diri. Bagaikan kisah kecil sang Malaikat dan Setan yang selalu berada di sisi kita dan membisikkan rayuan masing-masing.

Kalau kita berbuat jahat, maka setan akan ketawa dan malaikat pun lenyap. Demikian juga dengan hoki dan sial. Hanya kia sendiri-lah yang dapat memilih, ke arah mana kita akan berkiblat.

Penulis memang adalah seorang Numerolog, yang suka mengulik nama seseorang hingga menjadi lebih "hoki", namun dalam kasus ini, untuk menumbuhkan hoki, maka nama yang terbaik adalah Tjiptadinata Effendi.

Mengapa? Karena artikel ini dibuat atas inspirasi dari tulisan-tulisan beliau yang mengagumkan.   

Referensi: 1 2

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun