Orang yang mengaku sial, rata-rata membutuhkan waktu 2 menit untuk menghitungnya, sementara mereka yang merasa hoki, hanya membutuhkan beberapa detik saja.
Mengapa bisa? Karena pada halaman kedua, ada pesan yang bertuliskan "Berhenti menghitung, ada 43 foto di koran ini."
Pada percobaan lain, Wiseman juga melakukan penelitian mengenai pola berpikir dari mereka yang hoki dan sial. Ia memberikan skenario:
"Bayangkan jika kamu sedang berada di sebuah bank, dan ada perampok bersenjata yang masuk dan menembakkan satu peluru yang melukai lengan anda. Apakah kamu menganggap peristiwa itu hoki atau sial?"
Dapat diduga, mereka yang menganggap diri mereka sial tentu mengatakan hal tersebut adalah sial, sebaliknya yang selalu hoki mengatakan "untung aku tidak mati."
Secara ilmiah, Richard Wiseman kemudian menyimpulkan, bahwa ada 4 karakteristik yang membuat seseorang lebih hoki dibandingkan yang lainnya.
Pertama, Selalu Melihat Peluang.
Sebagaimana mereka yang menemukan tulisan "Berhenti menghitung, ada 43 foto di koran ini,"Â karena mereka lebih santai dalam menanggapi suatu masalah, selalu memaksimalkan peluang yang ada, dan membuka diri terhadap berbagai kemungkinan.
Kedua, Memercayai Firasat yang Baik.
Bagi mereka, setiap kejadian adalah keberuntungan, termasuk "peluru yang menembus lengan." Intuisi yang ditimbulkan, selalu dihubungkan dengan kondisi yang lebih baik. Sebagai akibatnya, mereka lebih mampu berpikir jernih.
Ketiga, Selalu Menumbuhkan Harapan.
Hal ini penulis dapatkan dari hampir setiap tulisan Pak Tjip dan Bu Rose. Semua hal dianggap "baik-baik saja." Serumit apapun itu, setiap kegagalan hanya akan berakhir dengan harapan. Hal ini kemudian membantu mereka mencapai apa yang dimiliki saat ini.