Menurut Anna Sayce, seorang ahli spiritual dari Amerika Serikat, ada dua jawaban terhadap mimpi prekognisi ini. Pertama, bertindak sebagai suatu peringatan kepada anda. Biasanya hadir dalam bentuk pertolongan untuk menentukan pilihan hidup.
Kedua, mimpi ini menunjukkan bahwa anda sudah berada dalam pilihan yang tepat, mimpi ini memiliki kemiripan dengan fenomena Dj vu yang terjadi jika anda sedang sadar.
Oleh sebab itu, ada sebuah istilah lain bagi mimpi prekognisi ini, yaitu deja reve, yang berasal dari bahasa Prancis yang berarti "sudah bermimpi."
Sigmund Freud telah menyatakan bahwa pikiran kita mengandung informasi yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu pikiran tidak sadar (30-40%), pikiran bawah sadar (50-60%), dan pikiran sadar (10%).
Namun menurut Carl Jung,seorang psikolog Swiss, ada sebuah kategori lagi yang termasuk di dalamnya, yaitu pikiran super sadar. Tingkatan ini kadang juga disebut sebagai ketidaksadaran kolektif, pikiran ilahi, atau bahkan pikiran Tuhan itu sendiri.
Pemikiran ini pada dasarnya mewakili kebijaksanaan tanpa batas, atau alam semesta. Menurut Jung, kita bukanlah bagian dari alam semesta, namun kita adalah semesta itu sendiri.
Jung juga melakukan penelitian mendalam tentang mimpi, memori, refleksi, dan termasuk di dalamnya adalah proses deja reve ini sendiri.
Terkait dengan teori Jung, psikolog asal Amerika Serikat, David Ryback melakukan survei yang berkaitan dengan mimpi prekognisi. Disebutkan bahwa sekitar 8.8% dari total mimpi manusia adalah mimpi prekognisi.
Ia juga menyatakan, jika kita cermat, maka kita dapat mengubah kenyataan dengan mimpi prekognisi yang jelas. Dia bahkan mengemukakan bahwa realitas fisik adalah simulator pelatihan mimpi.
Memang masih banyak perdebatan yang terjadi atas teori realitas fisik ini, bahkan filsuf terkenal Aristoteles, dengan skeptis mengajukan pertanyaan, "jika teori ini benar (mimpi adalah realitas fisik), maka kita perlu bertanya bagaimana bentuk asli dari kenyataan."
Namun teori Ryback, telah mendapatkan dukungan berabad-abad sebelumnya. Suku-suku kuno di Australia, Amerika Selatan, dan Utara, mengenal konsep mimpi sebagai ajang untuk mengubah kenyataan. Mereka mengakui bahwa dunia ini bukanlah "benda" dan karenanya kita dapat mengubahnya dengan kesadaran kita.