Nah apakah pembaca memiliki pengalaman yang sama?
- Miris melihat bagaimana bansos sampai ke tangan mereka yang masih mampu membeli rokok dua bungkus sehari.
- Miris melihat bagaimana kartu pra kerja dimiliki oleh mereka yang masih bekerja.
- Miris melihat bagaimana pendidikan gratis dinikmati oleh mereka yang tidak krisis.
Menarik untuk melihat fenomena ini, apakah memang semua manusia pada dasarnya adalah Free Rider atau memang tidak pernah menolak gratisan.
Atau jangan-jangan lebih parah lagi, merasakan semua hak orang lain adalah hak mereka juga, khususnya hak berbangsa dan bernegara.
Menolak kewajiban sebagai bangsa Indonesia, namun selalu berada di depan untuk menuntut haknya. Keputusan pemerintah dilihat dari sisi kacamata kuda untuk kepentingan kelompok, padahal bangsa yang besar adalah mereka yang menghargai keputusan bersama.
Hidup di NKRI, namun tidak sadar apa arti berNEGARA, tidak mau tahu apa arti KESATUAN, dan memaksakan ideologi yang tidak sesuai dengan REPUBLIK INDONESIA.
Akhirnya, hiduplah dengan membakar bendera dan menghina pemerintah resmi yang dipilih melalui proses kedaulatan bangsa.
Apakah kita semua adalah Free Rider? Yang jelas aku adalah pencinta gratisan, namun zaman sekarang, gratisan itu susah, harus pakai syarat pula.Â
Apa saja syaratnya untuk dapat gratisan? Gampang! cukup dengan memulai untuk:
- Mencintai Bangsa ini!
- Menghargai Pemerintah yang syah dan berdaulat!
- Mengakui UUD 45 dan peraturan bernegara!
- Mencintai Pancasila sebagai dasar negara!
- Menjunjung tinggi jasa para pahlawan dan pendiri bangsa!
Nah jika ke-5 syarat ini sudah terpenuhi, barulah mulai mencari gratisan. Namun sekali lagi gratisan itu susah didapat, sehingga kadang kita harus memilah diantara sekian banyak hak dan kewajiban dan menggalinya dalam-dalam kedalam relung hati nurani yang tak bertepi. Hingga pada akhirnya gratisan yang kita dapatkan tidak akan terbawa ke dalam kubur sebagai sumpah serapah.Â
Bagi yang suka berkoar-koar hanya untuk kepentingan diri atau kelompoknya sendiri, janganlah cari gratisan kayak koruptor! Mending berpikir jernih hingga otak menjadi bersih!
 Â