Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepeda Kumbang Si Engkong

26 Juni 2020   14:16 Diperbarui: 26 Juni 2020   14:15 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Katanya sih sepeda bikin naik gengsi, mengurangi emisi sambil menghirup udara bergizi." Bukannya sekarang jaman pandemi? Mending aja belum mati akibat nyocol sana-sini.

"Eh, merek sepeda kagak penting tahu", berjubel bagai bahasa kolonial yang suka ngomel, aku hanya sepeda kumbang yang tidak suka membual.

"Katanya disayang sama bossmu, sontoloyo!" Kamu itu pengantin baru yang terjebak nafsu syahwat di tengah musim sendu.

Kalau bukan si Rudy bangsat ini yang menempatkanku, aku tidak pantas berada di tengah mobil dan motor yang menderu. Meskipun aku sudah terlalu usang untuk dijadikan kendaraan, namun kelapukanku tidak bisa menghapusku sebagai saksi sejarah.

*

Rasanya si Engkong akan setuju kalau aku itu adalah warisan penting yang selalu berada di saat genting. Saat sekarang pun ruh si Engkong sedang berada di pundakku menapaki perubahan dengan suasana hati yang senang.

Sebuah warisan layaknya dijaga dalam nurani yang terdalam, bukan hanya untuk dimanfaatkan pada saat lagi memiliki peluang.

Demikian pula pada saat Indonesia Raya berkumandang. Tahun 1945 aku mendampingi si Engkong yang menangis terharu, atas sebuah pengakuan yang tak pernah ia impikan terhadap negeri ini.

Kata si Engkong, "sepeda kumbang macam diriku saja pantas dijaga, apalagi Sang Merah Putih yang perkasa." Sepedaku adalah kendaraanku, namun negeri ini adalah tumpah darahku.

Waktu berlalu dan gowes sudah tak lagi terasa gres, aku kembali dengan tampilan baruku ke samping sepeda kelabu yang masih saja syahdu. Menunggu hingga datangnya waktu yang entah kapan berlalu.

Semoga perasaan ini tidak akan berlalu, agar asa si Engkong selalu terasa perlu. Bersepeda bukanlah ajang untuk pamer, karena jika tiba saatnya, maka semuanya akan terasa ceter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun