Apa sih yang bikin kita merasa nyaman dalam penerbangan? Tentunya banyak hal, mulai dari posisi kursi, makanan yang disajikan, inflight entertainment, dan juga pelayanan para awak kabin kan?
Nah pelayanan akan sangat bergantung kepada siapa yang melayani, dalam hal ini tentunya sang pramugari andalan. Jujur saja, sebagai lelaki normal, adalah sebuah keindahan melihat para pramugari cantik berseliweran mengerjakan tugasnya dengan penuh keramahan.
Belum lagi sikap nan tulus melayani, suara nan merdu menjangkiti, serta senyuman yang menawan hati. Oleh sebab itu, tidak jarang banyak kisah romansa yang terciptakan di atas pesawat, dan beberapa kawan penulis yang beristrikan pramugari, telah membuktikannya.
Namun menjadi seorang pramugari, tentunya tidaklah mudah. Menghadapi 1001 jenis manusia yang menuntut pelayanan berbeda adalah hal yang susah untuk tetap menjaga emosi.
Pramugari dituntut untuk senantiasa melayani, terutama dalam situasi yang tidak menyenangkan. Sebuah kisah yang penulis alami membuktikan hal ini.
Dalam sebuah penerbangan domestik dari Jakarta ke Makassar, dengan menggunakan sebuah maskapai penerbangan yang terkenal dengan kisah seramnya, sekitar 20 tahun yang lalu.
Pada saat itu, maskapai kita memang sarat dengan protes atas penggunaan pesawat dengan tipe belasan hingga puluhan tahun. Siap-siap merenggang nyawa, rasanya harus menjadi salah satu syarat untuk menjadi penumpang di saat itu.
Alkisah menjelang petang hari, sekitar setengah jam sebelum pendaratan di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Sekelumit bau gosong menyengat tiba-tiba tercium. Sontak para penumpang yang terlelap mulai panik dan memanggil pramugari.
Usut punya usut, ternyata bau tersebut berasal dari pendingin udara. Kabar buruk! Penumpang panik! dan mulai berbisik-bisik. Namun apa yang dilakukan oleh sang pramugari adalah sesuatu yang patut diacungkan jempol.
Ia mengambil parfum wanitanya dari dalam tas, dan menyemprot ke arah sumber bau hangus. "Beres kan, sambil tersenyum indah, ia pun mengucapkan terima kasih."
Rasa panik kemudian berubah menjadi gelak tawa, dan para penumpang kembali tenang hingga pesawat mendarat dengan selamat. Keren Mba! Â Â
Nah, pantas saja maskapai Garuda Indonesia baru-baru ini mengalami protes ketika mewajibkan para pramugarinya untuk menggunakan masker.
Sejak penerbangan kembali dibuka pada tanggal 7 Mei 2020, pihak Garuda Indonesia telah mewajibkan awak kabin menggunakan masker. Namun kondisi tersebut justru diprotes oleh banyak penumpang. Alasannya, senyum pramugari yang indah, tidak tampak lagi.
Namun sepertinya, para penumpang maskapai penerbangan ini, harus membiasakan diri untuk tidak dapat lagi memenuhi hasrat nuraninya melihat senyum menawan.
Menanggapi keluhan tersebut, Garuda justru memutuskan untuk menambahkan face shield dengan masker yang telah digunakan oleh para awak kabin sebagai bagian dari pelaksanaan protokol kesehatan Covid-19.
Tak hanya itu, menurut Irfan Setiaputra, Dirut Garuda Indonesia, pihaknya akan terus melakukan evaluasi terhadap penggunaan kelengkapan APD yang paling sesuai dan aman digunakan selama penerbangan. Penggunaan kaos tangan dan apron sekali pakai, akan masuk dalam daftar APD lengkap.
"Tetap memberikan kenyamanan dan keleluasaan berinteraksi dengan pengguna jasa yang tentunya tetap mengacu pada aspek regulasi dan safety yang berlaku," tambah Irfan.
Namun demikian, Irfan juga menolak jika para awak kabin harus menggunakan seragam APD lengkap layaknya para petugas medis. Menurutnya, jika hal ini dilakukan, tentunya bukanlah kenyamanan yang didapat, namun suasana di pesawat bakal terasa seperti ICU.
Dilansir dari sumber (kompas), maskapai AirAsia membuat seragam khusus untuk melindungi awak kabin dari virus corona. Seragam karya desainer Filipina, Puey Quinones ini sekilas mirip APD, tetapi dengan desain yang lebih trendi.
Warnanya merah sesuai dengan logo maskapai dan dilengkapi kerudung. Para awak kabin akan memakainya dengan masker, face shield, dan sarung tangan. Dilaporkan dari sumber, Quinones mengatakan bahwa seragam baru ini terbuat dari bahan yang bernafas namun tetap kokoh.
Seragam tersebut diperkenalkan dalam penerbangan pemulihan dari Bangkok ke Manila pada hari Jumat (24.04.2020) yang lalu. Seragam ini telah dilaporkan dan disetujui oleh Departemen Kesehatan Filipina, dan diharapkan dapat membuat para awak dan penumpang sama-sama aman.
Namun bagaimanapun, jelas masker adalah sesuatu hal yang sudah menjadi standar prosedur kesehatan Covid-19. Apakah pantas untuk memrotes pramugari yang wajib menggunakan masker?
Iya sih, senyuman itu penting, seperti kata pepatah,Â
"senyuman adalah bahasa terindah yang dipahami setiap mahluk (sumber)."Â
Namun penulis sendiri, lebih memilih,
"Kalau kamu pernah merasakan hujan saat langit tidak mendung, berarti kamu tau rasanya air mata turun pada saat bibir tersenyum (sumber)"
Hubungannya apa ya? Gak ada, penulis hanya suka kata-katanya doang!
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H