Kita dapat melihat serba-serbi penggunaan masker di sekitar kita. Ada yang menggunakan masker medis, ada masker kain warna-warni, juga ada yang hanya menggunakan kain pengikat seadanya, yang penting bagian hidung dan mulut tertutup.
Yang lebih kesal lagi, ada juga manusia yang menggunakan masker yang hanya "digantung" pada lehernya. Nah lho, untuk apa itu? Emangnya masker dapat dijadikan jimat penolak corona?
Dapat dimaklumi, terlepas dari fungsinya untuk mencegah penularan corona, penggunaan masker juga banyak dikeluhkan. Mulai dari sesak nafas hingga wajah tak lagi dikenal. Apapun itu, yang pasti masker telah mengubah cara pandang kita terhadap wajah seseorang. Â
Dalam ilmu Metafisika Tiongkok Kuno, ada sebuah ilmu analisis wajah yang bernama Mian Xiang. Ilmu yang sudah mulai dikenal sejak abad ke-6 sebelum masehi ini, digunakan oleh para praktisi untuk menganalisis karakter, perjalanan hidup, dan juga kondisi kesehatan.
Ilmu ini memiliki prinsip bahwa wajah adalah cerminan kehidupan. Setiap manusia pasti memiliki penilaian tertentu terhadap seseorang hanya dengan melihat wajah mereka. Secara umum, wajah yang "bagus", tentunya akan terasa nyaman untuk dilihat.
Contoh sederhana, orang yang ramah akan menampakkan ekspresi wajah yang menyenangkan, sebaliknya orang yang pemarah akan selalu susah untuk disambut.
Meskipun wajah berubah setiap hari, namun hampir semua manusia dapat menebak kondisi dan situasi yang sedang dihadapi melalui berbagai macam ekspresi yang ditunjukkan.
Oleh sebab itu, beberapa praktisi menyarankan konsep "manipulasi" wajah untuk "mengelabui" aura wajah. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki mata yang kurang "bagus", maka ia disarankan untuk menggunakan kacamata.
Pun dengan penggunaan make-up, menghilangkan tahi lalat, hingga operasi plastik, juga diyakini dapat mengubah kehidupan. Disebut dengan konsep "manipulasi", karena pada dasarnya perubahan yang terjadi hanya bersifat temporer atau sebagian saja.
Artikel ini tidak menjelaskan terlalu dalam mengenai ilmu Mian Xiang secara komprehensif, namun penulis membuat beberapa pembahasan yang paling dasar dari keseluruhan ilmu yang luas ini.
Yang pertama adalah Konsep Keseimbangan Wajah Secara Vertikal.
Seseorang dapat dikatakan "baik-baik saja" jika memiliki wajah yang simetris secara vertikal (bagian kiri dan kanan wajah seimbang).
Sebagai contoh, jika seseorang memiliki mata yang ukurannya tidak sama, atau mulut yang miring sebelah, maka ada suatu karakter atau kondisi kesehatan yang harus diwaspadai.Â
Yang kedua adalah Konsep Keseimbangan Wajah Secara Horizontal.
Dalam hal ini, ada tiga bagian wajah yang harus seimbang, yaitu; area dari ujung kepala paling atas ke pelipis, area pelipis ke ujung bawah hidung, dan area ujung bawah hidung ke ujung dagu (lihat gambar).
Disebutkan jika bagian bawah wajah tidak memberikan bentuk yang telalu bagus, maka biasanya berhubungan dengan lingkungan yang tidak terlalu mendukung, demikian pula dengan arti dari "usaha manusia" yang diwakili bagian tengah dan "keinginan surga" yang digambarkan oleh bagian atas wajah.
Yang ketiga adalah Konsep 12 Istana Pada Wajah
Ada 12 area pada wajah yang melambangkan 12 area kehidupan, sebagai berikut (lihat gambar):
Istana Kehidupan (Life House), merupakan sektor diantara alis dan melambangkan ambisi kehidupan.
Istana Kekayaan (Wealth House), yang terletak pada sektor hidung, mewakili kekayaan yang dimiliki.
Istana Saudara (Sibling House), berada pada sektor di alis, dan menceritakan mengenai hubungan dengan saudara kandung.
Istana Perkawinan (Marriage House), dapat dilihat pada sektor di ujung alis / pelipis. Area ini menjelaskan mengenai kehidupan perkawinan seseorang.
Istana Anak (Children House), terletak pada sektor di bawah kelopak mata dan menggambarkan hubungan dengan anak atau keturunan langsung.
Istana Kesehatan (Health), mendeskripsikan kondisi kesehatan, terletak pada sektor di batang hidung.
Istana Perjalanan (Travelling House), area yang dapat dilihat pada sektor di ujung dahi ini mewakili bagaimana nasib seseorang ditentukan oleh banyaknya perjalanan atau banyaknya pertemuan yang dilakukan, atau dengan kata lain mewakili wawasan.
Istana Pendukung (Assistant House). Apakah seseorang memiliki banyak bawahan yang dapat membantu atau bisa mendapatkan banyak bantuan dari orang di sekitarnya dapat dilihat pada sektor di ujung bibir luar.
Istana Karir (Career House), yang berada pada sektor di tengah dahi bagian atas, mewakili perjalanan karir seorang manusia.
Istana Properti (Property House), menggambarkan seberapa banyak properti yang dimiliki atau tingkat kesuksesan seseorang dalam mengelola propertinya. Area ini dapat dilihat pada sektor diantara di bawah alis dan di atas mata.
Istana Keberuntungan (Fortune House). Penasaran dengan hoki? Area yang dianalisis adalah sektor di atas alis.
Istana Orangtua (Parents House). Hubungan dengan orangtua digambarkan pada sektor diantara alis dan dan di atas mata.
Yang keempat adalah Konsep Penanda Usia.
Setiap bentuk bagian dari wajah, seperti mata, hidung, alis, dan lain lain mewakili karakter-karakter tertentu dari manusia. Demikian juga dengan posisi wajah mulai dari dahi sampai ke dagu mewakili kondisi pada usia-usia tertentu. (lihat gambar).
Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan masker adalah salah satu konsep "manipulasi" dalam seni pembacaan wajah.
Meskipun "manipulasi" ini tidaklah disengaja, namun penggunaan masker yang terasa wajib selama masa pandemi telah mampu merubah milyaran penampilan pada wajah manusia di dunia.
Adakah hubungan masa pandemi dan ilmu membaca wajah? Yang jelas bahwa ada 3 makna filosofis yang dapat dijadikan pedoman, yaitu;
Pertama, dari sisi Konsep Keseimbangan Wajah Secara Horizontal:
Disebutkan bahwa Bagian paling atas [area pelipis ke ujung bawah hidung] mewakili takdir (atau keinginan Surga), bagian tengah [ujung kepala paling atas ke pelipis] mewakili usaha manusia, dan bagian bawah [area ujung bawah hidung ke ujung dagu] mewakili lingkungan (atau dukungan bumi).
Dengan penggunaan masker, maka yang area yang tertutup adalah bagian 'dukungan bumi'Â dan 'usaha manusia'
Makna Filosofis:Â Pandemi melambangkan tidak adanya dukungan bumi, dan sebagian usaha manusia. Namun bagian teratas yang tidak tertutupi menandakan bahwa jika manusia berusaha, maka sesungguhnya masih terdapat dukungan dari langit.
Kedua, dari sisi Konsep 12 Istana Pada Wajah:
Istana Kekayaan, Istana Pendukung, Istana Kesehatan dan sebagian dari Istana Anak merupakan bagian yang tertutupi masker.
Makna Filosofis: Keharusan penggunaan masker selama masa pandemi telah "memanipulasi":
Kemampuan seseorang untuk mencari kekayaan (krisis ekonomi), Kesehatan (akibat dari penyebaran penyakit), Pendukung (hubungan sosial yang terhalang akibat WFH dan Social Distancing), serta Anak (yang menandakan saran untuk tidak hamil dan resiko kehamilan selama masa pandemi).
Ketiga, dari sisi Konsep Penanda Usia:
Jika anda perhatikan area penanda usia yang tertutupi oleh masker berada pada jarak usia 44 hingga 100 tahun. Apakah penggunaan masker juga berkorelasi langsung dengan anjuran WHO bahwa usia 45 tahun keatas adalah usia yang rentan terhadap infeksi virus Corona?
Entahlah, yang pasti ilmu ini telah ada jauh sejak WHO terbentuk, dan bahkan lebih jauh sebelum ilmu kedokteran modern ditemukan.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H