Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Barang yang Dijual di Toko Ini, Bukti New Normal pun Terjadi di Alam Baka

11 Juni 2020   06:13 Diperbarui: 11 Juni 2020   06:52 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini, masker sangat menganggu. Bukan hanya sulit bernafas, namun ekspresi wajah pun tidak kelihatan dengan jelas. Sejak menggunakan masker, banyak hal yang penulis rasakan berubah.

Penulis yang murah tersenyum, kini sepertinya menjadi jutek, akibat gigi yang indah telah tertutupi oleh balutan masker. Tahu gak sih, gimana perasaanya jika senyuman tidak dibalas? Sebal kan rasanya.

Pun masker juga membatasi jarak kenal diantara kita. Beberapa kali sudah penulis yang bermuka pasaran, disapa oleh orang-orang yang tidak dikenal.

"Rud..."

"Siapa ya?" 

"Ini aku, Anton", sambil membuka maskernya.

Wajah bening yang selalu dinikmati, kini harus hilang tertelan kain. Bagaimanapun, sebagai lelaki normal, kecantikan wajah adalah anugrah pencipta yang harus dikagumi kan?

Namun kegunaan masker memang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan selama masa pandemi. Secara medis, penggunaan masker ini telah terbuktikan dapat mengurangi potensi penularan melalui cairan droplet yang berasal dari aurat berbasah.

Penggunaan masker akan menjadi hal yang sangat umum, layaknya penggunaan daleman dalam keseharian. Pun dengan segala keterbatasan, kebiasaan baru telah terjadi.

Meskipun hanya disarankan selama masa pandemi, namun dengan kenyataan bahwa virus ini akan selalu ada, maka seharusnya masker akan menjadi hal yang selalu mendamping diri kita dalam keseharian hingga mati.

Adalah sebuah kepercayaan leluhur yang berasal dari filsafat Taoisme. Konon para mendiang juga memiliki kebutuhan yang sama dengan apa yang mereka butuhkan selama masih hidup di dunia.

Oleh sebab itu, sampai sekarang kita masih sering melihat ritual pembakaran rumah-rumahan kertas beserta seluruh perlengkapan duniawi yang dimaksudkan untuk diberikan kepada arwah keluarga yang baru saja meninggal.

Gambar rumah-rumahan yang dibakar untuk persembahan. Sumber: solopos.com
Gambar rumah-rumahan yang dibakar untuk persembahan. Sumber: solopos.com
Sebelum ritual dimulai, persembahan-persembahan tersebut biasanya dipajang di samping foto almarhum untuk dipamerkan kepada para keluarga dan tamu yang datang berkunjung.

Acara ini biasanya merupakan ajang pamer kekaguman dan pamer ketawaan (tentunya dalam hati). Bermacam-macam jenis barang yang diperlihatkan, menunjukkan betapa status sosial di alam baka juga memiliki makna yang membara.

Rumah mewah dengan antena parabola, mobil sport keluaran terbaru, mebel mewah beserta dayang-dayang yang membersihkan. Begitu pula dengan kebiasaan mendiang yang sering dilakukan selama masih hidup, seperti laptop bagi penulis artikel di Kompasiana (upss, maaf), atau rokok dan pemantik api bagi yang meninggal akibat terlalu banyak merokok.

Intinya, apa yang menjadi trend di jaman now, itu pula yang akan 'dibakar' kepada para almarhum yang dihormati.

Nah, pertanyaannya, jika kita meninggal nanti, apakah kita masih membutuhkan masker? Apakah di alam baka, virus Corona ini juga dikenal? Atau jangan-jangan masker memang juga sudah menjadi trend, sehingga jika para arwah tidak mendapatkannya, maka mereka akan "mengamuk?"

Sebuah foto yang mendebarkan dikirim oleh kakak ke grup Whatsapp keluarga. Captionnya adalah, "ternyata di alam baka juga sudah ada virus Corona."

Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi
Foto tersebut diambil dari sebuah toko yang menjual peralatan sembahyang yang menyediakan aneka kerajinan tangan yang dipersembahkan untuk para mendiang leluhur.

Nah, terlepas dari trend atau kebutuhan, yang jelas masker telah masuk ke dalam daftar persembahan arwah mendiang. Kita tidak pernah tahu apa yang akan dibutuhkan di sana nanti, hingga tiba saatnya.

Namun makna persembahan adalah sebuah bentuk penghormatan yang pasti dari manusia yang masih hidup. Tradisi untuk menjaga konsistensi perkembangan jaman agar alam baka tidak hanya dipenuhi dengan radio transistor yang sudah ketinggalan jaman, harus dilakukan oleh para cucu.

Entah masker adalah ide dari penjual atau memang ada permintaan dari pembeli, namun yang pasti, hal ini menandakan bahwa New Normal tidak saja terjadi di dunia, namun juga di alam baka.

Semoga virus corona tidak ada di Surga, maupun Neraka, sebab jika para Malaikat dan Syaitan terinfeksi virus Corona, entah kapan lagi rumah ibadah dan casino akan kembali ramai.

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun