Literasi awal mengenai ramalan garis tangan diungkapkan oleh John Lydgate (1370 -- 1451), seorang biarawan dan penyair pada karyanya yang berjudul Assembly of Gods Document dan Michael Scotts pada bukunya yang berjudul  De Physiogonomy (1470).
Namun Palmistry menjadi terkenal di kalangan warga Eropa, setelah Marie Anne Le Nomand, seorang wanita paranormal Prancis yang terkenal sebagai pencipta Kartu Tarot jenis Le Nomand, sukses membacakan garis tangan Napoleon Bonaparte dan Josephine dan membawa dirinya menjadi sosok yang berpengaruh di Perancis kala itu.
Akan tetapi meskipun sudah lama dikenal, namun nasib Palmistry dan berbagai jenis metode divinasi lainnya tidak bertumbuh dengan subur pada abad pertengahan di Eropa, karena dianggap sesat.
Barulah pada abad 19, dimana masyarakat Eropa mulai menaruh minat terhadap okultisme, yang dipengaruhi oleh pendatang dari Persia. Hal ini kemudian membuat Dr. Carl Carus, seorang fisiologis dan pelukis asal Jerman yang kemudian pertama kali menyatukan ilmu Palmistry dengan ilmu kepribadian dari sisi psikologi.
Hingga saat ini masih banyak yang meyakini bahwa garis tangan adalah penentu nasib. Pada tahun 2011, ada sebuah fenomena di Jepang, yang meyakini bahwa melakukan operasi merubah garis tangan ternyata dapat mengubah nasib.
Meskipun banyak pengakuan orang Jepang yang merasa nasibnya telah berubah secara misterius, setelah melakukan operasi garis telapak tangan, namun ada juga yang bersikap skeptis terhadap hal ini.
dr. Takaaki Matsuoka, seorang ahli bedah plastik mengatakan bahwa meskipun ia tetap melayani permintaan pasien, namun dirinya tidak terlalu yakin dengan teori tersebut. Ia mengatakan bahwa nasib justru sangat bergantung dari bagaimana seseorang berpikir dan bersikap.
Terlepas apakah mengubah garis tangan dapat mengubah nasib, ada dua fakta menarik yang dapat mendukung teori ini, yaitu: 1) Garis tangan adalah merupakan identitas pribadi dari setiap orang yang berbeda, dan 2) Garis tangan ternyata mengalami perubahan, sebagaimana kehidupan manusia yang selalu berubah.
Pada tahun 2004, penulis pernah menemani kakak memeriksakan anaknya yang bernama Emily, ke dokter anak. Pada saat itu, kakak hendak memastikan kesehatan si Emily sebagai anak Down Syndrome.
Pernyataan mengejutkan datang dari sang dokter, "Kamu tahu gak, kalau orang Down Syndrome hanya memilki satu lipatan tangan saja. Istilah kedokterannya adalah Simian Crease, Â pada ilmu Palmistry, Love Line dan Wisdom Line tergabung menjadi satu" Menarik bukan?