Buku yang ditulis oleh Jan tersebut berisikan kesaksian para gadis dari berbagai kalangan dan profesi yang datang dari seluruh penjuru dunia untuk menjual keperawanannya dengan harga yang fantastis.
Alasan yang dikemukakan pun bermacam-macam, mulai dari mencari biaya pengobatan hingga ingin hidup berfoya-foya.
Jan yang diwawancarai di tahun 2018 menolak dirinya disebut germo. Menurut Jan ia tidak mengeksploitasi wanita. Para wanita menjual kegadisannya secara suka rela.
Jan menyatakan bahwa dirinya menyediakan jalur yang aman dan legal, dan mencegah jebakan pasar gelap atau korban sindikat perdagangan manusia bila mereka ingin "menjualnya" sendiri.
Proses panjang dan ketat mewarnai persyaratan yang diajukan. Membuktikan surat keperawanan resmi dari dokter dan harus bebas penyakit, sebelum proses penyeleksian lebih lanjut bagi mereka yang mengajukan diri.
Mereka yang terpilih akan menjalani tes kesehatan dan keperawanan tahap kedua oleh tim medis Cinderella Escort.
Rangkaian proses ini dapat memakan waktu berbulan-bulan lamanya hingga proses akhir menentukan harga pembuka hingga terjadinya transasksi. Mengingat status para penawar yang bukan dari kalangan biasa, membuat proses panjang dan berliku menjadi sangat esensial. Â
Mengapa sih fenomena ini bisa sangat menghebohkan, hingga para cukong berduit rela membelanjakan segepok uang yang jumlahnya fantastis?
Menurut penulis status keperawanan yang penting dan tidak penting menjadi andil utama disini.
Dari sisi moralitas, tentunya menjaga keperawanan sebelum menikah adalah sebuah tolak ukur.
Sejak jaman dulu, keperawanan dianggap sebagai sebuah hal yang sakral. Bahkan dalam beberapa cerita legenda, konon gadis yang masih perawanlah yang dianggap mampu untuk menjadi penjaga kuil atau mewakili simbol-simbol spiritual.