Pernah dimarahi atau memarahi seseorang atas nama sayang?
Marah adalah ungkapan kekesalan, bernada keras yang bertujuan agar sang pendengar merasa terintimidasi. Atau bisa juga untuk menunjukkan bahwa sang pemarah lebih superior, sehingga yang dimarahi harus tunduk padanya.
Mau ada pendapat lain atau tidak, Kurang lebih seperti itulah...
Namun waktu kecil, aku sering melihat bunda yang konon memang terkenal tukang ngomel sering memarahi ayah. Marahnya gak tanggung-tanggung lagi, pake jewerlah, pake cubitlah, dan ehhhh... pake ngambek lagi.
Namun entah ayah memang sangat penyabar, atau takut sama bunda. Kalau aku sih, takutnya ama bunda sudah gak usah dibilang lagi.
Waktu berputar demikian cepatnya, dan sejarah berulang kembali. Namun kali ini, bukanlah bunda pelakunya, namun sang istri. Bukannya jago ngomel seperti bunda yang melegenda, namun yaaa, atas alasan klasik, sang istri tersayang pun mengikuti jejak bunda :)Â Siapa sih yang gak sayang suami?
Nah survei membuktikan bahwa kaum hawa lebih sering marah-marah dibandingkan dengan para pria. Susunan hormonal yang berbeda menjadi salah satu penyebab utama. Dan juga wanita lebih banyak melibatkan emosi dalam setiap aktivitasnya.
Bagi para pria yang tekenal cuek, jangan mudah terpancing emosi yaaa, marilah kita melihat apakah arti marah dalam khazanahnya yang berselimutkan sayang.
Kekhwatiran
Salah satu jurus terampuh wanita dalam menunjukkan kekhwatirannya adalah dengan sering bertanya tidak jelas. "kamu dari mana?, dengan siapa?, bikin apa?"Â Kita mungkin terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting, namun bagi mereka itu adalah bentuk sayang.
Tidak Mau Dikibuli
Wanita adalah mahluk yang sering dikibuli, bukannya sok suci, namun pemberitaan di media massa mengenai kelakuan lelaki, membuat wanita semakin berhati-hati. Kita dibesarkan dengan era patriarki, lelaki merasa memiliki hak untuk menguasai sang istri, termasuk dengan mengibuli.
Posesif
Dalam kebudayaan barat, wanita umum mengganti nama ke marga suaminya. Pandangan umum ini mengisyaratkan bahwa sang wanita telah dimiliki oleh suaminya. Stigma ini kemudian membuat wanita merasa tidak bebas lagi, sehingga rasa memilikinya menjadi kuat dan membuat mereka semakin berhati-hati.
Cemburu
Dalam keseharian, lelaki dianggap sebagai mahluk bebas yang memiliki kekuasaan, menyandang status, dan menguasai uang. Wanita senang akan hal tersebut, karena dengan sendirinya status dan kekayaanya pun mengikuti. Sayangnya istri bukan satu-satunya wanita yang berpikiran demikian, wajar saja jika dia suka cemburu.
Mencari Perhatian
Keempat hal di awal yang sudah disebutkan membuat wanita sering mencari perhatian lebih, berbagai macam ekspresi kemudian ditunjukkan untuk mencari "kelemahan" pasangannya.
Tidak jarang marah menjadi bentuk pelampiasan agar lelaki "tunduk"Â padanya. Sebabnya, mereka sadar bahwa marah akan menghentikan dunia bagi sang lelaki yang super sibuk.
Apapun modelnya, sikap yang sering marah ini membuat sang lelaki pasti terganggu, demikian pula dengan aku. Namun jujur dari hati terdalam, jika selama ini aku diam, sebenarnya, karena ada perasaan takut yang meliputi. (terlepas dari rasa sayang dong,- takut kuwalat)
Nah, mari kita melihat apa sih yang menyebabkan lelaki takut jika istrinya sedang marah-marah.
Merasa Sibuk
Lelaki selalu sibuk, karena konon kabarnya lelaki yang sibuk adalah lelaki sukses. Padahal jika ingin jujur ditelaah, apakah benar lelaki itu sibuk atau hanya menyibukkan diri saja agar dibilang "keren". Sibuk chatting tidak jelas, sibuk mondar mandir, sibuk berpikir. Nah diomelin istri, membuat mereka merasa "kesibukannya" terganggu, daripada terus diomelin istri, mending ikuti aja deh apa maunya. Â
Malas Berdebat
Lelaki tidak memiliki ketahanan jiwa yang sama dengan para wanita yang mampu mengomel 10 jam tanpa henti. Lelaki pragmatis, sederhana, dan tidak suka repot. Jelas diomelin 10 jam bukan hal yang dapat membuat lelaki menjadi pria sejati.
Gengsi
Salah satu ukuran kesuksesan lelaki adalah dapat memuaskan istri secara lahir dan batin. Jika sang istri marah, maka itu adalah pertanda ada yang tidak beres. Takut mendapatkan label sebagai "suami yang tidak memuaskan", mereka kemudian memilih jalan damai.
Takut Diperas
Umum jika lelaki sebagai kepala keluarga memiliki tanggung jawab untuk mencari uang. Namun uang tidak pernah cukup. Kalau wanita marah, maka meminta uang lebih atau belanja tanpa izin sering menjadi aksi. Hal ini tentunya akan menyinggung iman dan imron lelaki yang dianggap tidak becus menjalankan kodratnya. Buntut-buntutnya nguras tabungan atau ngutang sana-sini.
*****
Saran bagi para istri:
Sering kali para istri sulit membedakan antara sayang dan benci, namun bagaimanapun juga sang suami adalah orang yang harus dihargai. Dua insan yang berbeda memiliki perangai yang berbeda pula.
Menempatkan perasaan wanita diatas segala-galanya sering kali menimbulkan salah kaprah, karena lelaki sebenarnya memiliki perasaan juga. Sebuah survei menarik dari Boldsky (18.08.2017), "pria juga bisa merasa teraniaya dan takut. Namun mereka tidak mengakuinya, karena takut dijadikan bahan ejekan".
Hal ini kemudian membuat para suami stress dan panik. Tubuh akan memproduksi hormon kortisol dan adrenalin yang kemudian dapat berefek buruk terhadap berbagai jenis penyakit generatif.
Bukannya bersolidaritas terhadap sesama kaum Adam, namun banyak hal terjadi akibat tingkah laku para istri yang keliwatan. Melanjutkan pernyataan Boldsky "Dalam survei yang dilakukan terhadap 1.000 pria yang pernikahannya gagal, para pria diam-diam mengakui, kadang mereka merasa takut sampai-sampai tak berani pulang."
Saran bagi para suami:
Bagaimanapun juga istri adalah pasangan yang telah anda pilih untuk menemani hidup. Anak adalah hasil produksi buah kasih sayang berdua. Bahwa istri sering mengomel itu adalah kodratnya. Jika tidak bisa menerima, silahkan mencoba untuk menjalani pernikahan sesama jenis.
Bahwa wanita adalah mahluk yang teraniaya adalah betul adanya, diskriminasi gender tidak menempatkan wanita sebagai yang utama. Ditambah lagi dengan stereotip wanita sebagai obyek seksual yang mumpuni, dan pada akhirnya sering beralih ke perdagangan wanita sebagai prostitusi.
Makna Kartini mencoba untuk memperjuangkan hal ini. Tidak akan diperingati jika tidak memberi arti. Bagi wanita, menjadi kodratnya adalah kebanggaan tersendiri, meskipun harus menjalani kebebasan yang terbui.
Selamat Hari Kartini 21.04.2020, dari para suami yang takut istri. Eh, salah... dari para suami yang sayang istri.
Sumber:
https://www.liputan6.com/health/read/3062036/cari-tahu-kenapa-suami-bisa-takut-istri
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H