Konsep Reinkarnasi tidak perlu dipandang sebagai sebuah penjelmaan atau titisan dari mahluk yang keberadaannya lebih tinggi dari manusia. Mari kita memandang konsep Reinkarnasi sebagai sebuah hukum sebab akibat yang berlaku secara universal.
Kita menjadi kita sekarang, murni karena pengalaman masa lalu kita yang didorong oleh Kehendak Batin kita. Kita adalah penentu kehidupan kita sendiri.
Ada manusia yang terlahirkan miskin dan akan selalu miskin, ada manusia yang terlahirkan hanya 10 menit saja, dan ada juga manusia yang kelihatannya baik baik saja, namun akhirnya mati terbunuh. Apakah itu semua karena kehendak batin kita?
Iya, tentu...
Manusia yang miskin, memiliki kemungkinan karena malas bekerja, atau suka berfoya foya. Manusia yang meninggal karena penyakit, kemungkinan tidak menjaga pola hidup yang sehat. Manusia yang mati terbunuh, kemungkinan memiliki musuh yang memiliki dendam pribadi.
Jika semua kondisi tersebut tidak pernah kita alami sekarang di dunia ini, maka jika kita bisa melewati dimensi waktu, maka sudah saatnya kita melihat adanya kemungkinan yang berasal dari kehidupan masa lalu.
Jika kita tidak memercayai konsep Reinkarnasi, saran penulis adalah cukup mengambil hikmahnya saja, bahwa kehidupan yang baik adalah melakukan perbuatan yang baik berdasarkan norma norma kehidupan yang berlaku.
Setiap manusia mempunyai daya upaya untuk membuat hidupnya lebih baik lagi, dengan melakukan kebajikan yang lebih banyak.
Artikel penulis lainnya mengenai karma dan reinkarnasi dapat dilihat pada: 1) https://www.kompasiana.com/komjenrg6756/5e06e6bdd541df79de60c772/mengapa-manusia-berbeda dan 2)https://www.kompasiana.com/komjenrg6756/5df5016b097f361670176fc3/jangan-memfitnah-karma
Sumber:
https://www.idntimes.com/travel/destination/ata-vya/fakta-tentang-bhutan-c1c2/full