Energi angka 4 mengandung energi yang sangat stabil, sebagaimana yang bisa kita lihat pada bentuk bangunan persegi empat. Energi ini kemudian menimbulkan energi-energi turunan lainnya, seperti disiplin, konkrit, dan teratur.
Oleh sebab itu, manusia dibawah pengaruh energi 4 biasanya memiliki sifat yang disiplin, pekerja keras, sangat praktis, dan juga memiliki gerakan kinetik yang bagus. Beberapa olahragawan seperti; Susi Susanti, Chris John, Alex Ferguson, Mike Tyson, dan Rudy Hartono memiliki angka 4 yang cukup dominan.
Namun demikian, angka 4 juga memiliki energi negatif, yaitu keterbatasan. Energi yang sangat stabil dan teratur, membuat angka 4 menjadi tidak fleksibel dan sangat kaku. Sebagai akibatnya, maka perubahan yang dinamis akan sangat susah terpenuhi.
Entah kebetulan atau tidak, bangsa Asia Timur pada umumnya tidak menyukai angka 4, meskipun sebenarnya ketidaksukaan ini berasal dari fonetik angka 4 (shi') yang juga mirip dengan kata "kematian."
Bangsa barat sangat alergi dengan angka 13 (yang bila dijumlahkan juga mendapatkan angka 4). Dalam numerologi, angka 13/4 termasuk salah satu angka Hutang Karma (Karmic Debt Number) yang dijuluki The Most Unstructure Number atau Angka yang paling tidak terstruktur. Julukan ini merupakan antitesis dari sifat teratur dari angka 4.
Tahun 2020 memiliki dua angka 2 yang jika dijumlahkan akan menghasilkan angka 4. (2+2=4). Kemunculan dua angka yang sama disebut dengan The Strong Number, yang diyakini menimbulkan energi yang berlebihan.
Energi dari Angka 2 adalah komunikasi, kerja sama, dan perasaan. Jika energi negatif muncul, maka akan ada dua kemungkinan, yaitu "Hilang sama sekali" atau "berlebihan". Dengan demikian maka tahun 2020 ini memiliki energi angka 2 yang berlebihan (The Strong 2)
Pengaruh angka 22/4 yang sudah penulis jelaskan secara singkat ini memberikan sedikit banyak gambaran mengenai kondisi yang sedang kita hadapi saat ini.
Terjadinya wabah virus Corona yang mendunia, jelas merupakan sebuah keterbatasan bagi semua orang. Stay at home, social distancing, dan lain sebagainya adalah bentuk keterbatasan yang dialami oleh siapapun pada saat ini.
Setiap negara menjalankan sistem lock down, karantina wilayah, penghentian gerakan massa, atau apapun namanya, memunculkan tembok-tembok pemisah semu dalam masyarakat.
Tidak ada komunikasi atau banyaknya miskomunikasi yang beredar di masyarakat.