Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ayo Belajar Bahasa Isyarat, Siapa Tahu Suatu Waktu Dibutuhkan

31 Maret 2020   13:18 Diperbarui: 31 Maret 2020   13:54 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ajibgaan.wordpress.com

Pandemi Covid-19 membuat gaya hidup berubah dengan sangat cepat. Jabatan tangan sudah mulai terasa asing apalagi cipika-cipiki, "ngeri" dilihatnya! Bukan karena perilaku yang menyimpang, namun itu loh... yang namanya Corona!

Begitu pula dengan berbicara, harus pakai masker, khususnya yang sering berbusa-busa kalau bercuap-cuap, Jarak... Ingat, 2 meter... begitu anjuran pemerintah.

Mati gaya namanya, karena ekpresi wajah yang termasuk penting dalam ilmu public speaking sekarang sudah tidak berguna lagi. Penulis yang ramah dan murah senyum baru menyadari hal ini, setelah ber"hijrah" sebagai pegguna masker dalam beberapa minggu terakhir ini.

Sedih rasanya, senyuman tidak lagi dibalas dengan senyuman dan ketawapun tidak lagi pernah bisa terlepas bebas. Bagaimana tidak? Wong wajah saja sudah hampir tidak dikenal lagi. Hiikkss...

Intinya pandemi ini mengubah seluruh perilaku berkomunikasi secara drastis. Hubungan manusia tidak lagi seperti apa yang biasa dilakukan.

Bagaimana kalau kita mulai belajar jenis bahasa baru? Namanya Bahasa Isyarat, yang tidak pernah "mati gaya."

Bukan hanya untuk tunarunggu dan tunawicara saja, sebagian orang "normal" juga belajar dan berkarya dengan Bahasa Isyarat untuk membantu para disabilitas tuli dan bisu.

Dan tidak hanya itu saja, mereka yang tunarunggu dan tunawicara juga dapat menggunakan Bahasa Isyarat kepada manusia "normal" dan ternyata... Dipahami!!!

Bahasa Isyarat itu mudah loh, tidak susah...

Contoh sederhana saja dulu ya... Jika melihat seorang menaruh telunjuknya didepan hidung, artinya apa? Kalau mengacungkan jempol, artinya apa? Kalau mengancungkan jari tengah dan mata melotot? Hmmm...

Intinya adalah Bahasa Isyarat sudah menjadi bagian dari komunikasi harian, sisa bagaima dikembangkan.

Penulis menceritakan pengalaman bertemu dengan salah satu pelanggan yang bernama H. Ramlah. Wanita sederhana, anggun, dan baik hati ini ternyata adalah pemilik Caf Mella, House of Donuts di jalan Sunu, kota Makassar, yang lebih dikenal dengan nama Donat Bisu.

Pada awalnya, penulis tidak menyadari keterbatasan beliau dalam berkomunikasi, hingga Bahasa Isyarat "dilempar" ke hadapan penulis. Gelagapan dan tidak mau mengecewakan, penulispun mencoba berpikir keras bagaimana mengucapkan "harga sudah murah" dengan Bahasa Isyarat.

Apa yang penulis lakukan? Gampang... "Menggesek-gesekan jempol dan telunjuk, jari telunjuk menunjuk ke arah bawah, dan jari jempol menandakan, OKE!!!

Oh ya, tidak lupa mulut komat kamit dengan perlahan, "H A R G A - M U R A H" Aman!!!, H. Ramlah tersenyum manis dan menganggukkan kepala.

Hasilnya... Oke... Transaski Deal... Omzetnya Besar... Syukur Alhamdulilah.

Sumber: ajibgaan.wordpress.com
Sumber: ajibgaan.wordpress.com

Usut punya usut, ternyata Ibu H. Ramlah ini adalah selebritis loh. Sejak mendirikan usahanya pada tahun 2010, entah sudah berapa kali awak media meliputi diri dan usahanya.

Uniknya, usaha ini dirintis bersama suaminya yang juga penyandang disabilitas, dan seluruh pegawai yang berjumlah 12 orang juga memiliki keterbatasan yang sama.

Bukannya sepi, cafe ini malah ramai dikunjungi pengunjung. Keterbatasan komunikasi dengan para tunarunggu dan tunawicara tidak menghambat para pelanggan untuk datang membeli.

Para karyawan juga tidak pernah merasa kesusahan dengan penggunaan Bahasa Isyarat kepada para pelanggan yang pada umumnya sudah memaklumi keterbatasan yang mereka miliki.

Lagipula jika sulit dipahami, apalagi gagal fokus, maka pulpen dan kertas menjadi solusi paling pas. Mudah kan?

Seluruh karyawan bekerja dengan penuh semangat. Bukan saja karena rasa kebersamaan sebagai sesama penyandang disabilitas, namun perasaan dibutuhkan bagi keluarga dan masyarakat membuat para pegawai selalu berada dalam spirit kekeluargaan yang erat.  

Apa yang dilakukan oleh Ibu H. Ramlah ini ternyata membawa inspirasi bagi penyandang keterbatasan, bahwa disabilitas bukanlah halangan untuk berkarya, sekaligus memberikan motivasi kepada mereka yang masih "normal."

Bukan hanya H. Ramlah saja yang mendapatkan keuntungan dari Bahasa isyarat ini, namun juga seluruh penyandang disabilitas tunarunggu dan tunawicara di seluruh dunia.

Namun uniknya, meskipun umum dipakai, tidak ada Bahasa Isyarat yang sama di seluruh dunia. Bahkan negara Inggris dan Amerika Serikat yang menggunakan bahasa percakapan yang sama saja, memiliki standar Bahasa Isyarat yang berbeda.

Di Indonesia sendiri, Bahasa Isyarat memiliki standar yang disebut dengan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) yang dikembangkan oleh Universitas Indonesia dan Chinese University of Hong Kong.

Bahasa isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan gerak bibir.

Bagi pembaca yang tertarik mempelajari Bahasa Isyarat, menurut sumber, ada beberapa tempat di Indonesia yang layak dikunjungi (Baca: https://mommiesdaily.com/2018/11/17/tempat-belajar-bahasa-isyarat-di-jakarta-jawa-tengah-jawa-barat-jawa-timur/).

Belajar Bahasa Isyarat layaknya mempelajari bahasa pada umumnya. Hal pertama yang harus dikuasai adalah alfabet dalam Bahasa Isyarat.

Sumber: Hipwee.com
Sumber: Hipwee.com
Selanjutnya, pelajar hanya memerlukan tiga level tahapan untuk belajar.

Level 1 adalah dasar Bahasa isyarat yang ditempuh dalam waktu tiga bulan intensif.

Level 2 adalah belajar mengelompokkan konsep isyaratnya linguistiknya, dan

Level 3 adalah praktek untuk memperdalam kemampuan.

Selain itu, ada juga beberapa aturan main diluar dari teori dan praktik, yaitu standar etika dan tata cara berbicara dengan penyandang disabilitas ini, seperti jarak pandang, posisi pandang, dan cara pandang.

Hal ini penting, karena Bahasa Isyarat bukan hanya gerakan tangan, namun juga melibatkan ekspresi mulut dan wajah.

Jadi sekali lagi, belajar Bahasa Isyarat bukan hanya karena memiliki disabilitas. Ilmu ini sangat mulia karena dapat membantu para tunarunggu dan tunawicara dalam berkomunikasi dengan lebih jelas.

Selain itu, disaat-saat penting, Bahasa isyarat juga bisa kita pergunakan dengan baik, misalnya pada saat berada di ruangan yang memerlukan keheningan, seperti di Rumah Sakit.

Suatu waktu, ilmu ini akan terasa lebih berguna dibandingkan apa yang terjadi sekarang. Entah kapan atau untuk alasan apa, intinya, pasti akan berguna. AYO BELAJAR BAHASA ISYARAT.

Sumber:
celebesmedia.id
talkactive.id
suara.com

SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun