Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Wahai Para Lelaki, Sudah Waktunya Anda Memasak

29 Maret 2020   13:19 Diperbarui: 29 Maret 2020   21:19 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ayo siapa yang masak di rumah? Ibu? Mbak Ati? Atau Kakak Nissa? Ha... Ayah?"

Lelaki memasak, emang kayak gimana-gimana gitu ya? Budaya Patriarki yang kuat di Indonesia menimbulkan sebuah stigma bahwa lelaki seharusnya mencari uang, bukan mencuci, mengepel, apalagi memasak.  

Namun jaman telah berubah, coba lihat ke media sosial, nama-nama keren nan beken plus tatoo yang ngetren, membuat lelaki terlihat tambah seksi dihadapan wajan dan panggangan.

Sebagai seorang praktisi bahan kue dan masakan (atau lebih tepatnya pedagang), penulis melihat terjadinya perubahan pola hidup dalam masyarakat.

Saat ini, semakin banyak kaum milenial yang berani mengungkapkan niat untuk melanjutkan kuliah pada akademi atau institusi masak memasak.

Menurut mereka, masak-memasak adalah sebuah ilmu yang berguna di masyarakat. Tingginya permintaan, membuat pasar kuliner menjadi bisnis yang menjanjikan dan sekaligus untuk menyalurkan Hobi... Hobi?

Tidak bisa dipungkiri, bahwa perkembangan media sosial menjadi motor penggerak. Mencari resep, belanja bahan, mengolah masakan, hasilnya... di-pos di akun medsos plus embel-embel penuh cinta kepada yang tersayang... Aduhai mesranya!

Euforia kuliner menjadi life style dimulai dari kegemaran jajanan street food yang dimotori oleh almarhum Bondan Winarno sekitar 15 tahun lalu. Rasa penasaran terhadap jajanan pasar kemudian membentuk sebuah "tantangan" untuk menciptakan resep-resep baru hasil kreasi.

Euforia ini kemudian semakin populer dengan banyaknya acara TV yang mengangkat tema baking dan cooking sebagai menu utama. Acara masak yang dipandu oleh wajah ayu dan tampan, reality show yang sukses memberikan popularitas bagi pesertanya, plus semakin maraknya celebgram dadakan yang rajin memasak.

Seiring waktu berjalan, ketika medsos wajar menjadi tempat untuk buka lapak, maka bisnis kuliner on-line pun menjadi lahan mencari pundi-pundi tambahan. Menurut pengakuan seorang sahabat penulis, "kegiatan kulineran di medsosnya bisa menghasilkan uang yang lebih banyak dari gaji sang suami loh..." Luar Biasa.

Nah mumpun kita disarankan untuk lebih banyak #stayathome, mengapa kaum lelaki tidak mencoba hobi baru yang penuh manfaat ini.

Sebelumnya, penulis akan bercerita sedikit mengenai pengalaman pertama berinteraksi dengan yang namanya Spatula and the Gangs. Jaman dulu, waktu masih SD, ibunda tersayang sering "mengusir" penulis, jika sudah berada disekitar area dapur.

Pasalnya hanya ada dua alasan mendasar, yaitu: Memasak bukan urusan lelaki, dan Makanan tidak boleh berkurang sebelum disajikan di atas meja makan (ini terkait dengan cita-cita penulis yang ingin jadi foodie, kayak si Bondan, namun sayangnya tidak tercapai).

Situasi berubah setelah penulis memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Amerika Serikat secara tiba-tiba pada saat liburan semester bangku SMA kelas tiga.

Sontak ibunda tersayang sadar bahwa untuk memasak airpun penulis tidak bisa. Beberapa kursus kilat memasak dan setumpuk buku resep keluarga yang tersimpan dalam lemari antik pun menjadi sibuk.

Hasilnya... Hmm.. "Memasak bukan urusan lelaki kan? Lagipula... aduh kompornya panas amat, ntar kalau kulit terbakar gimana?"

Singkat kata, kursus tetap harus dilakukan demi menenangkan hati nenek yang tidak mau ditinggal pergi oleh sang cucu termanja.

Tantangan terbesar datang, beberapa minggu setelah memulai kehidupan baru di kota Seattle, Amerika Serikat, tepatnya pada saat uang saku sudah mulai menipis dan burger sudah terasa miris.

Buku resep dibuka, bahan dibeli, perlengkapan masak disiapkan. Masukkan bumbu sana, campur sini, aduk sono, hasilnya... bolehlah, yang penting bisa dimakan.

Bukannya sombong, tapi ternyata memasak tidak sesulit apa yang dibayangkan, apalagi jika kepepet.

Hal yang sama juga dialami oleh Han (anak penulis) pada saat kuliah di Brisbane, Australia. Sebagai expert dalam masak memasak, meskipun terakhir kali dilakukan 24 tahun yang lalu, penulis pun mengajarkan resep sederhana ala warisan lemari antik keluarga.

Hasilnya... Masyallah, macaroni cheese ala champiogne tersaji diatas meja. Hmmm... sepertinya masakan ini tidak ada dalam list buku resep pusaka keluarga. Usut punya usut, ternyata Han yang milenial telah mendapatkan guru yang lebih bagus dari ayahnya, si Channel Youtube.

Intinya, wahai para Lelaki, memasak itu mudah...

Nah, bagi mereka yang masih menganut paham patriarki, sadarilah bahwa ternyata para lelaki yang bisa memasak, memiliki beberapa kelebihan loh...

Menurut pendapat beberapa sumber, lelaki yang bisa masak itu unik, berbeda dan memberikan nilai plus bagi kaum hawa untuk semakin mencintainya. Bayangkan, gimana dinner romantis dengan masakan buatan sang Arjuna? Benar gak sih?

Selain itu, stereotip terhadap cowok yang tidak pandai pakai celemek, membuat para lelaki yang jago masak mendapatkan keuntungan dari publikasi positif, seperti mandiri, lembut, memahami wanita, mudah diajak kerja sama dan ribuan atribut lainnya yang bisa bikin wanita meler-meler.

Namun tetap saja ada kekhwatiran terhadap hobi masak anak lelaki yang dianggap bisa menimbulkan perangai yang menyimpang. Alasan ini sering mendasari para keluarga untuk melarang anak lelakinya masuk dapur. 

Menurut Dra Dina Ramayanti, psikolog anak, adalah hal yang wajar untuk memperkenalkan kegiatan masak-memasak kepada anak lelaki, karena dapat membantu mereka untuk melatih kegiatan motorik halus.

Motorik halus sangat berguna karena dapat mengajarkan anak melakukan ketrampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata tangan.

Selain itu, memasak juga dapat melatih kesabaran anak. Saat memasak anak akan belajar mencari bahan, menyiapkannya, memasak, dan menyajikannya.  

"Itu sebuah proses yang sebenarnya anak perlu diajarkan baik lelaki maupun perempuan, keterampilan sabar itu yang kadang susah, tapi bisa dilatih lewat memasak," Ungkap Dina.

Nah, bagi pembaca yang sudah jago masak, bersyukurlah bahwa anda berada dalam deretan lelaki idaman. Bagi yang belum pernah memasak, ada bagusnya mencoba untuk memasak ditengah saran untuk "stayathome dan "socialdistancing.

Memasaklah buat istri tersayang, hiburlah hatinya, tenangkanlah pikirannya, mana tahu kebiasaan belanja di online shop akan berkurang setelah menyantap hasil masakan anda.

Sumber: Suara, Brilio, Femina

SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun