Indonesia memang unik, menjadi langganan penyakit DBD, membuat negara kita tidak manja terhadap penyakit. Berbagai informasi dan literasi mengenai bermacam-macam ramuan alternatif bangsa melawan DBD, beredar bebas di dunia maya.
Jus jambu, daun pepaya, beras angkak, sari buah kurma, hanya sedikit contoh diantara klaim yang dapat menyembuhkan DBD.
Ini belum termasuk cara tradisional dari para dukun terkenal di kampung penari. Jika obat sudah bukan solusi, maka "jampi-jampi"Â diharapkan sebagai opsi.
Sebenarnya bukan hanya DBD, jika kita telaah lebih jauh, "hampir" seluruh penyakit memiliki cara dan riwayat penyembuhan yang berasal dari Bumi Nusantara.
Sebagai contoh, penyakit "panas dalam" tidak memiliki literasi sejenis dalam dunia medis. Kalaupun ada, maka kategorinya adalah infeksi tenggorokan, sementara berbagai obat tradisional sampai merek terkenal sudah menjadi label sebagai resep "inner heat"Â ini.
Kembali kepada DBD, mungkin karena frustasi atas belum ditemukan penawarnya, beberapa penelitian yang unik pun dilakukan.
Membersihkan genangan air dan hidup bersih adalah cara pencegahan agar manusia terbebas dari wabah DBD. Selain itu berbagai tanaman seperti Lavender, Lidah Buaya, dan Kulit Jeruk juga terbukti dapat memproduksi bau yang dapat mengusir nyamuk.
Namun bagaimana dengan musik dan bakteri yang dapat mencegah penularan nyamuk aedes aegypti ini? Nyatanya, sebuah penelitian dalam jurnal Acta Tropica, disebutkan bahwa lagu dengan genre dubstep karya Skrillex dengan judul Scary Monster dapat mengurangi pola berkembang biaknya nyamuk DBD.
Penelitian ini dilakukan secara ilmiah dengan menggunakan nyamuk kelaparan dan juga seekor hamster. Hasilnya cukup mengejutkan. Nyamuk yang mendengarkan lagu Skrillex, ternyata mengurangi aktifitas mereka mengerubungi sang hamster percobaan.
Hipotesa yang dibuat adalah dentuman lagu yang agresif membuat nyamuk bingung dengan sinkronisasi kepakan sayap yang mereka perlukan untuk menghisap darah dan kawin.
"Selain memberikan wawasan tentang sensitivitas pendengaran (nyamuk) Aedes Aegypti terhadap suara. Penelitian ini juga menunjukkan betapa rentan sifat-sifat kemampuan nyamuk menularkan penyakit setelah dipengaruhi musik elektronik."Â tulis mereka.