Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merindukan Buku Anak PSP dan Harapan Akan Adanya Mesin Waktu

11 Maret 2020   13:44 Diperbarui: 11 Maret 2020   14:15 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ron Mallett, sumber: wikipedia

Masih teringat buku cerita anak edisi "Pilih Sendiri Petualanganmu (PSP)" di era 1980an? Buku terjemahan bahasa asing ini termasuk unik, karena tidak memiliki alur dan akhir cerita yang sama, jika dibaca oleh dua orang berbeda. Sebabnya buku ini memiliki beberapa opsi alur dan akhir cerita yang berbeda.

Bab pertama adalah halaman perkenalan, setelah itu akan ada pilihan yang akan diserahkan kepada pembaca untuk diputuskan. Cerita akan mengalir sesuai dengan alur pilihan, dan akan berakhir dengan keberhasilan, kegagalan, atau kemungkinan lainnya.

Penulis masih mengingat bagaimana buku pertama yang dibaca kemudian memberikan akhir yang kurang menggembirakan. Terjebak dalam sebuah semesta tanpa cahaya untuk waktu yang abadi. Pikiran tersebut sangatlah menganggu dan semalaman tidak bisa tidur. "Andaikan aku memilih opsi yang berbeda, maka tidak akan berahir dengan naas."

Untuk menyembuhkan hati yang terluka, keesokan pagi, penulis kembali membaca dan membaca lagi untuk menyelami setiap kemungkinan dalam cerita.

Kisah tersebut begitu mengesankan sehingga sampai sekarang penulis masih memikirkannya. Bukan detail cerita yang diingat, namun rasa penasaran apakah hidup ini dapat memberikan opsi untuk melakukan hal yang sama atas semua keputusan yang telah diambil?

Rasanya mustahil dilakukan pada zaman sekarang, kecuali kita dapat melakukan perjalanan waktu dengan mesin waktu. Menarik membahas hal yang sudah lama diidam-idamkan oleh penulis sejak masih ingusan.

Setelah membaca beberapa artikel, ternyata jumlah manusia yang percaya akan adanya perjalanan waktu, sama dengan fenomena UFO yang pernah ditulis penulis pada artikel kompasiana "UFO dan Sila Ke-3 Pancasila" (https://www.kompasiana.com/komjenrg6756/5e2ed6ad097f365b8548a492/u-f-o-dan-sila-ke-3-pancasila)

Konsep ini sudah sering dituangkan dalam banyak film dan cerita science fiction, menandakan bahwa harapan manusia terhadap perjalanan waktu tidak pernah lekang dimakan usia.

Adalah seorang pakar astrofisika asal Amerika Serikat, Ron Mallet, Ph.D yang meyakini bahwa mesin waktu dapat diciptakan. Meskipun banyak yang skeptis, namun tidak sedikit juga yang bersimpati atas usaha Ron. Menurut Ron, semua berpusat pada teori relativitas Einsiten, E=Mc2 yang menjelaskan bahwa waktu bisa dipengaruhi oleh kecepatan. Sebagai contoh, astronot yang mengadakan perjalanan mendekati kecepatan cahaya, akan mengalami perbedaan waktu dengan di bumi.

Foto Ron Mallett, sumber: wikipedia
Foto Ron Mallett, sumber: wikipedia

"Mereka bisa kembali dengan usia yang beberapa tahun lebih tua, tapi beberapa dekade sudah berlalu di sini," ujar Ron.

Seperti biasa, dalam sebuah teori, tentu ada pro dan kontra. Paul Sutter, seorang ilmuwan astrofisika mengatakan bahwa secara teori memungkinkan, namun membuat alatnya adalah urusan yang berbeda. Namun ada juga yang menilai positif, seperti Brian Clegg, penulis sains asal Inggris yang mengatakan bahwa "perangkat mesin waktu pantas untuk dicoba."

Bagaimana dengan penulis? Meskipun pesimis, namun tetap saja penasaran jika mesin ini betul dapat diciptakan. Atau jangan-jangan mesin ini sungguh telah ada? Beberapa hal dibawah ini rasanya cukup untuk membuat kita penasaran dengan teori Ron.

Seperti pada foto seorang wanita yang mengenggam telepon selular yang berasal dari tahun 1928. Foto ini berasal dari salah satu film bisu terkenal Charlie Chaplin.

Ilustrasi wanita memegang handphone tahun 1928. Sumber; Idn Times
Ilustrasi wanita memegang handphone tahun 1928. Sumber; Idn Times

Selain itu, ada pula cerita dari Hakan Nordkvist yang mengaku telah bertemu dengan versi tuanya sendiri, setelah terpeleset di dapur rumahnya dan merasakan seperti memasuki sebuah warmhole. Sebagai bukti, Hakan pun mengambil ponsel dan dan mengabadikan peristiwa tersebut.

Cerita lain lagi berasal dari tahun 1932, pada saat reporter koran bernama J.Bernard Hutton dan fotografer Brandt mengabadikan pengeboman Hamburg. Namun sayangngya hasil foto tidak sesuai dengan keadaan kota Hamburg pada saat itu. 11 tahun kemudian, foto penyerangan Hamburg oleh Angkatan Laut Inggris memenuhi koran-koran di Eropa.

Foto Pengeboman Hamburg. Sumber: Bombastis.com
Foto Pengeboman Hamburg. Sumber: Bombastis.com

Konspirasi teori judulnya, meskipun banyak yang memercayai ketiga kisah di atas dan berbagai kisah lainnya mengenai bukti adanya perjalanan waktu, tetap saja ada sanggahan yang berlaku.

Bagaimana wanita di tahun 1938 berbicara melalui telepon seluler, jika tidak ada jaringan seluler? Apakah Hakan Nordkvist tidak menyewa seorang aktor untuk berpura-pura menjadi versi tua dirinya? Apakah foto dari pengeboman Hamburg bukan berasal dari tahun yang sama dengan waktu pengeboman?

Meskipun akhir-akhir ini, ada juga sebuah foto dari tahun 1898 yang memperlihatkan Gretta Thunberg, seorang aktivis remaja asal Swedia. Foto yang dimiliki oleh perpustakaan University of Washington telah dinyatakan keasliannya oleh perpustakaan Amerika Serikat.

Foto yang didapatkan oleh perpustakaan pada tahun 1960 tersebut berjudul "Youths operating gold mines on Dominion. Klondyke, YT". (Anak muda bekerja pada tambang emas di Dominion. Klondyke, YT."

Tidak ada nama atau detail mengenai foto yang menyerupai Greta, bahkan ada juga yang mengatakan bahwa anak tersebut "hanya kebetulan lewat." Hal ini kemudian menjadi obyek hangat dari para pencinta perjalanan waktu.

Foto Greta Thurnberg dari tahun 1898. Sumber: MSN News
Foto Greta Thurnberg dari tahun 1898. Sumber: MSN News

Daripada pusing dengan perjalanan waktu yang rumit, mari kita kembali kepada buku PSP. Kembali kepada perjalanan waktu 35 tahun yang lalu, penulis kemudian memutuskan bahwa buku bacaan PSP pertama adalah juga merupakan buku terakhir.

Sebabnya, ibu marah-marah karena dilaporin kakak, tidak bisa tidur karena telah terperangkap dalam semesta tanpa cahaya untuk waktu yang abadi.

Bagi kita yang hidup diwaktu sekarang, berapa banyak penyesalan yang telah muncul akibat keputusan yang salah dari masa lalu? Orang Makassar bilang "mau-mi dibilang apa?" mungkin itu adalah frasa yang sangat bagus untuk menghadapi kenyataan.

Toh kita masih bisa hidup dengan kesalahan dari masa lalu, tidak ada penyesalan sepanjang tidak mengkhwatirkan masa depan yang belum tentu terjadi. Hidup terjadi sekarang, dan sangat penting untuk menghargai setiap waktu yang kita lalui.

Lagipula, jika perjalanan waktu terjadi, maka tentunya variable-variabel kehidupan juga akan berubah. Penulis tidak berharap bangun keesokan pagi di rumah yang berbeda dengan rambut pirang dan wajah setampan Leonardo De Caprio.

Sumber;

IDNTimes, Detik, MSN

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun