Hilangnya kepercayaan kepada sistim aktivitas ekonomi dan keuangan.
Lebih lanjut, aktivitas ekonomi dan finansial seperti menabung, membeli saham, atau berdagang sudah tidak dilirik lagi. Hal ini disebabkan oleh dua hal yaiyu; tidak memiliki uang yang tersisa atau rasa pesimis terhadap hasil investasi.
Pengaruh Media Sosial.
Korea Selatan termasuk negara yang memiliki angka tertinggi dari kepemilikan smartphone dan penetrasi internet. Sulit dipungkiri bahwa media sosial menjadi penyebab munculnya Gerakan #shibalbiyong.
Setiap kegiatan konsumtif yang dipamerkan di medsos selalu menyertai #shibalbiyong yang kemudian berubah menjadi sebuah pembenaran terhadap gaya hidup yang menyenangkan demi ketenaran dadakan.
Kemudahan akses untuk tingkat konsumsi yang tinggi.
Suatu hal yang berubah dari aktivitas sosial akibat munculnya internet adalah kemudahan untuk mendapatkan informasi sekaligus layanan. Tidak periu membeli mobil, karena sudah ada layanan Uber. Memesan makanan sudah tidak dengan cara konvensional lagi. Demikian pula dengan aplikasi lainnya untuk travelling, menyewa rumah, pemesanan hotel, dan juga belanja on-line.
Kemudahan ini kemudian menimbulkan sebuah kebiasaan berbelanja yang "hanya sebatas jari", sehingga para milenial menjadi tidak sadar berapa banyak uang yang telah terpotong dari kartu debit dan kredit.
*****
Sebenarnya fenomena ini tidak saja terjadi di Korea. Di Amerika Serikat ada sebuah jargon "You Only Live Once (YOLO)", yang cukup populer. Awalnya positif untuk membangkitkan semangat hidup dari kawula muda, namun entah mengapa akhirnya berubah menjadi pembenaran untuk hidup berfoya-foya.
Fenomena Shibal Biyong ini kedengaran cukup familiar ya? Apakah hal ini sudah terjadi pada milenial Indonesia?