Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Indonesia Positif Corona, Waspadai Fenomena Sinophobia

2 Maret 2020   21:55 Diperbarui: 3 Maret 2020   05:32 5920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi virus corona| Sumber: Shutterstock

Indonesia mengkonfirmasi kasus pertama virus Corona pada hari Senin, 2 Maret, 2020. Tidak main-main, kabar ini diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo yang menandakan betapa pentingnya bagi Indonesia maupun Dunia.

Pasien yang terinfeksi adalah dua orang wanita yang berusia 64 dan 31 tahun, setelah melakukan kontak dengan seorang warga negara Jepang yang datang ke Indonesia. Saat ini ibu dan anak yang berasal dari Depok tersebut dirawat di Rumah Sakit Sulianti Saroso, Jakarta.

Sontak kabar ini menjadi headline di seluruh media cetak, media elektronik, dan media sosial.

Babak baru kepanikan terjadi di seluruh Indonesia, meskipun ancaman virus corona sudah bukan merupakan hal yang baru. Berada di tengah-tengah negara yang sudah terinfeksi virus, membuat Indonesia seharusnya sadar bahwa corona hanya masalah waktu saja.

Namun tetap saja, masker yang sudah mahal menjadi lebih mahal. Bandara udara Internasional yang sudah siaga, menjadi lebih siaga.

Seolah-olah tidak mau kalah, DPR mendesak pembentukan Panja ketahanan negara soal corona, untuk melihat antisipasi pemerintah dalam menghadapi krisis pandemi di Tanah Air. Kekuatan militer juga diusulkan untuk penanganan virus ini.

Sebanyak 100 rumah sakit menjadi rujukan bagi para pasien penderita virus corona. Pemerintah menyiapkan Crisis Centre untuk mengantisipasi kepanikan nasional. SOP setara Internasional menjadi panduan kerja koalisi TNI, POLRI, dan sipil untuk menenangkan hati yang galau.

Di tengah carut marut dengan munculnya pasien pertama virus Corona, setiap orang Indonesia akhirnya sadar bahwa mereka bisa saja menjadi korban berikutnya.

Pertanyaannya, apakah ancaman virus corona ini memang sangat berbahaya, seperti apa yang diketahui? Atau jangan-jangan kekhawatiran kita lebih besar daripada bahaya yang terpapar?

Marilah kita jujur, seberapa banyak warga negara Indonesia yang benar-benar mengetahui ancaman virus corona ini dengan jelas?

Apakah kita tahu, bahwa virus corona hanya menular melalui droplet (tetesan) dan bukan udara (air borne), sehingga mungkin penggunaan masker kurang efektif untuk mencegah penularan?

Apakah kita tahu, bahwa pasien yang terkena virus corona bisa sembuh, sehingga Widya sang tetangga tidak perlu menangis setelah mendengar kabar Indonesia diserang corona?

Apakah kita tahu bahwa siapapun bisa menjadi sumber penularan, sehingga tidak perlu bersikap aneh terhadap orang China?

Masih banyak hal yang belum kita ketahui secara benar, namun apa daya negara kita telah terinfeksi virus corona. Untuk itu, maka melalui artikel ini, penulis memberikan beberapa saran untuk selalu waspada tanpa harus bersikap parno.

Sumber: Suara Surabaya
Sumber: Suara Surabaya
Tak Kenal Maka Tak Sayang
Untuk mengetahui seberapa besar ancaman yang akan dihadapi, maka disarankan untuk membaca artikel-artikel dari media terpercaya mengenai informasi virus corona.

Hal terpenting yang perlu diketahui adalah virus corona tidak menular melalui udara, seperti cacar air. Satu-satunya cara penularan adalah melalui tetesan (bersin, batuk, ludah) dari penderita, dan masuk melalui lubang mata, hidung, atau mulut.

Cara yang terbaik agar tidak terinfeksi adalah dengan menghindari tempat ramai, sering mencuci tangan, tidak menggunakan alat pribadi bersama-sama, kurangi bermain di tempat yang tidak higienis, atau berinteraksi dengan hewan.

Selain itu, menutup mulut pada saat bersin dan batuk juga menjaga kemungkinan terburuk bagi orang lain. Jika merasa sakit, segera menggunakan masker, mencari layanan kesehatan, atau mengisolasi diri didalam rumah.

Tidak Perlu menjadi Parno
Virus corona bukanlah penyakit mematikan yang tidak bisa disembuhkan. Harus dipahami bahwa jumlah kesembuhan dari penderita masih lebih besar dibandingkan penyakit sejenis SARS, MERS, atau penyakit lainnya. (Lihat pada artikel lain penulis di Kompasiana) 

Virus corona bukan virus yang dapat menulari semua orang. Perlu diketahui bahwa virus ini mempunyai masa kedaluwarsa (sekitar 9 jam) diluar tubuh manusia dan tidak tahan lama pada suhu yang rendah.

Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa kemungkinan terbesar penyebaran virus hanya melalui kontak dekat dengan sang penderita.

Bagi mereka yang fit dan segar, jika terpapar dengan virus ini, maka hanya akan menderita gejala ringan yang mudah disembuhkan dalam waktu satu minggu. Menjaga kesehatan dengan menjaga pola makanan, asupan gizi, dan olahraga teratur akan membuat diri kita lebih aman.

Wabah Sosial
Meskipun tidak seganas virus SARS yang sejenis, virus corona memiliki daya penularan yang jauh lebih cepat daripada virus-virus sebelumnya. Hal ini yang kemudian menimbulkan kepanikan global, karena jumlah penderita meningkat sangat drastis ke seluruh pelosok dunia.

Sebagai akibatnya, wabah corona ini kemudian memunculkan sebuah fenomena baru yang bernama Sinophobia. Berasal dari gabungan dua kata "sinae" (bahasa Latin Kuno) yang berarti China dan "phobos" (bahasa Yunani) yang berarti takut.

Fenomena sinophobia ini merupakan ketakutan dan kepanikan yang memicu tindakan diskriminasi terhadap warga keturunan China. Bahkan dengan semakin menyebarnya wabah corona di Korea Selatan dan negara Asia lainnya, sikap diskriminasi juga meluas kepada warga Asia secara umum.

"Salah satunya marak terjadi di Italia. Mengutip Aljazeera, sebagaimana dilaporkan koran Bologna Today, seorang anak laki-laki berdarah China-Italia dipukul dan ditendang pada Minggu (2/2) lalu. Sebagai keturunan China, dia dituduh membawa penyakit untuk warga Italia." Begitu berita yang dikutip dari CNN Indonesia.

Fenomena sinophobia adalah sebuah wabah sosial yang timbul akibat penyebaran virus corona, namun bukan menjadi yang satu-satunya.

Sempat terdengar, bahwa ada beberapa warga yang mulai menyerbu tempat belanja dan menimbun barang kebutuhan pokok. Belum dapat dikonfirmasikan, apakah fenomena ini terjadi secara masif.

Dalam menghadapi bencana alam, adalah sifat manusia untuk menimbun bahan makanan untuk menghadapi hal terburuk yang mungkin terjadi.

Namun harus diingat bahwa wabah corona adalah sebuah situasi gawat darurat yang membutuhkan hubungan dan sentuhan kemanusiaan dalam menyikapinya.

Jika Anda tidak termasuk masyarakat yang terekspos dengan wabah sosial, maka segeralah menyembuhkan diri dengan menjadi lebih peduli terhadap sesama.

Saling mendukung dan berpegangan tangan dengan erat atas nama kemanusiaan adalah cara yang terbaik untuk menghadapi wabah yang sudah mendunia ini.

Sumber; 1, 2, 3, 4

Salam Angka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun