Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film Silat Jadul yang Selalu Dirindukan, Haitzzz... Hitsss... Haiyaaa...

5 Februari 2020   19:47 Diperbarui: 5 Februari 2020   21:32 1582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duduk bersama dengan Bunda di atas becak, jalan berlubang mengundang tawa. Jalan beriringan dengan Vespa Ayah, membonceng Kakak yang selalu betah.

Masih terbayang dalam ingatan bagaimana Ayah Bunda membawa kami sekeluarga nonton di Bioskop Istana di bilangan jalan sultan Hasanuddin, kota Makassar. Kegiatan disetiap malam minggu bersama keluarga, tidak pernah terlupakan meskipun 40 tahun terlah berselang.

Tidak pernah bosan menonton film Silat Jadul...

Pedang berbunyi nyaring, tubuh melayang-layang, duel maut diantara pendekar sakti dan musuh sombong yang sulit terkalahkan.

Apalagi film silat tahun 70an, yang alur ceritanya sama, pemerannya sama, settingnya sama, tetapi selalu menimbulkan rasa penasaran,

"Minggu depan, film apa lagi yang akan diputar ya?"

Rasa gembira melihat lukisan poster film besar terpampang pada tembok bioskop, yang memperlihatkan gambar para pemeran film yang sedang berpose laga... Haitzzz... Hitssss... Haiyaaa....

Tidak ada informasi judul film, hanya nama pemeran utama dalam aksara ABC. Film yang diimpor dari Hong Kong pada jaman itu, tidak lazim menggunakan judul dalam Bahasa Inggris. Sementara, aksara China dilarang terpampang didepan umum.

Ayah tidak pernah membeli tiket pada loket. Kami sudah memiliki seorang calo langganan bernama Daeng Kama, yang selalu menyimpan kursi bagus untuk kami berempat.

Ayah sudah dikenal sebagai langganan utama dari Daeng Kama, sehingga jika beliau berhalangan, maka ayah cukup mengambil tiketnya yang dititip pada pegawai bioskop.

Suasana didalam ruang bioskop-pun tidak kalah serunya. Kursi kayu dengan alas rotan berderet dengan bau yang khas, selalu menjadi tempat yang dirindukan. Meskipun Bunda sering ngomel jika yang duduk disampingnya sedang merokok.

Lampu diredupkan, tepuk tangan membahana, tanda pertunjukan sebentar lagi akan dimulai. Iklan iklan jadul yang mempromosikan minyak angin, baju kemeja, atau cologne selalu menjadi menu pembuka yang mendebarkan.

Terbayang bagaimana minyak angin dipromosikan dengan kalimat, "Minyak Angin Cap K...K, bisa juga digunakan sebagai minyak wangi."

Tidak mau kalah dengan sejawatnya, iklan cologne bermerek empat angka menyahut, "... Bisa membantu menyegarkan sakit kepala dan pusing pusing."

Jadi ingat kata kakek, pedagang sejati harus bisa menjual apa saja yang bisa dijual. Minyak angin aroma minyak wangi, dan minyak wangi rasa minyak angin.

Film jaman dulu masih menggunakan tehnologi pemutar pita seluloid, sehingga memerlukan jeda untuk menggantikan. Lima belas menit waktu diberikan oleh pengeras suara dari atas balkon. Waktu untuk buang hajat dan membeli camilan. Horeeeee...

Sambil mengunyah kacang goreng, Ayah dan Bunda bercengkrama dengan para sahabat. Menguping pembicaraan orangtua, ternyata tebak tebakan alur cerita menjadi artikel utama.

Jawabannya tidak terlalu sulit, dan tebakan pada umumnya tepat. Alur cerita film silat tidak pernah susah diterka. Kalau soal tebak tebakan, cerdas cermat di TVRI jauh lebih menegangkan.

Alur cerita bukanlah hal yang penting bagi penonton pada jamannya. Yang terutama adalah siapa pemain filmnya. Nama besar yang belum terlupakan; Ti Lung, Chen Kuan Thai, David Chiang, mungkin akan menimbulkan gelak tawa bagi pembaca yang sudah bercucu.

Penulis sempat berpikir, apakah mungkin persepsi hiburan masyarakat silam terhadap nonton film jadul sama dengan nonton konser pada saat ini?

Menonton konser...

Menurut anak penulis, nonton konser punya rasa tersendiri. Lagu yang dinyanyikan sudah tiap hari didengar, masih belum bosan saja. Bertemu langsung dengan artis pujaan diatas panggung, tentu punya sensasi berbeda.

Penyanyi seperti Bruno Mars, Sean Mendez, Justin Bieber akan selalu asyik dilihat jika tampil di panggung.

Menonton film silat jadul...

Menurut Ayah penulis, nonton film silat jadul, punya rasa tersendiri. Alur cerita yang itu itu saja, jelas tidak pernah membosankan. Melihat langsung aktor idola, didalam Gedung bioskop, sensasinya tidak terlukiskan. 

Nah... Mirip kan?

Jalan cerita yang membingungkan jelas tidak laku disini, apalagi dengan twist plot atau twist ending semacam film The Parasite.

Penulis masih mengingat, bagaimana tepuk tangan bergema, saat Ti Lung muncul menantang musuh utama.

Teriakan Cia You, yang kadang tercampur ungkapan sumpah serapah, saat musuh utama sudah mulai babak belur oleh jurus maut Sang Legenda film silat.

Penonton selalu terkagum kagum dengan seruan nama jurus yang akan digunakan.

"Jurus Bangau Laut.... Haitzzz... Hitssss... Haiyaaa...." Musuh terpental jauh.

"Tendangan Selatan... Haitzzz... Hitssss... Haiyaaa...." Musuh jatuh terguling.

"Golok Pembunuh Naga... Cringgg... Cronggg... Haiyaaa..." Musuh ditebas habis.

Decak kagum, obrolan ringan, senyum Bahagia, selalu mengiringi antrian penonton yang berbaris rapih menuju tempat parkir.  

Abang becak yang sudah menunggu lama, tidak pernah ngomel. Seakan turut berbahagia melihat langganannya yang melompat lompat mengikuti jurus Gingkan Chen Kuan Thai.

Malam yang tidak pernah terlupakan, selalu diakhiri dengan senyuman puas pada wajah yang terbenam dalam bantal guling.

*****

Menonton film silat jadul seminggu sekali terasa lebih menyenangkan, daripada suguhan tontonan dari menu Youtube.

Camilan kacang goreng selalu terasa sedap, daripada pilihan aneka makanan dari menu Go-Food.

Naik becak bersama Bunda selalu dirindukan, ditengah tengah kemudahan memesan tumpangan dari menu Grab.

Ternyata Bahagia itu sederhana... Tidak membutuhkan gadget dan aplikasi.

Cukup... "Haitzzz... Hitssss... Haiyaaa...."

SALAM ANGKA

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Pythagorean Numerologist

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun