Dibalik kisah lucu, ada juga makna pengorbanan.
Naga, sang hewan perkasa tidak hadir sebagai yang pertama. Menempati urutan ke-5, membuat Raja Langit terheran heran. Dengan seluruh kesaktian yang dimiliki, sang Naga seharusnya bisa dengan mudah mendapatkan tempat kehormatan.
Namun ternyata alasan Naga tidak hadir sebagai yang pertama, karena sedang sibuk membantu manusia di bumi mendatangkan hujan untuk menghalau kemarau yang panjang. Wahhhh... Betapa mulianya sang Naga ya...
Selain Naga, ada juga cerita dari Kuda yang seharusnya menempati urutan ke enam, namun karena melihat kemunculan Ular dari dalam semak, sang Kuda-pun kaget terpeleset. Akhirnya Ular-lah yang menempati posisi ke-6, didepan sang Kuda yang menempati urutan ke-7.
Bagaimana dengan Macan yang gagah perkasa? Hmmm... Ternyata menurut cerita, keberuntungan tidak menyertainya. Pada saat menyeberangi sungai menuju Istana, arus deras datang melibasnya. Dirinya terhempas diantara batu sungai yang tajam, namun dengan tenaganya yang kuat, akhirnya dia berhasil selamat dari sungai dan menempati urutan ke-3. Apakah mungkin belang pada kulit macan sebenarnya adalah bekas luka sayatan batu sungai?
Lain lagi halnya dengan Kambing, Monyet, dan Ayam. Ternyata ketiga hewan ini sudah memahami istilah Gotong Royong jauh sebelumnya. Dalam perjalanan menuju ke Istana Langit, ketiga hewan ini bekerja sama untuk mengarungi sungai dengan menggunakan rakit yang ditemukan oleh Ayam. Kambing dan Monyet kemudian membantu membersihkan alang alang dan mengayuh rakit. Atas usaha yang bagus ini, mereka mendapatkan posisi ke 8,9, dan 10 untuk si Kambing, Monyet, dan Ayam.
Anjing bergerak gesit, berlari kuat, bergelut lincah, dan ternyata hanya menempati urutan ke-11. Si Anjing memberikan penjelasan, bahwa dalam perjalanan mengarungi sungai menuju ke Istana Langit, dia tergoda untuk bermain-main air di pinggiran sungai. Menjadi hewan yang sangat gemar bermain air, ternyata tidak memberikan keuntingan buat si Anjing.
Bagaimana dengan Shio terakhir? ternyata dia adalah si Babi yang terkenal malas dan lamban. Wajarlah jika akhirnya dia menjadi juru kunci dari ke-12 Shio.
*****
Bagaimanapun juga, filsafat ke-12 shio yang menjadi latar belakang terpilihnya ke-12 hewan berhubungan erat dengan kebudayaan Tiongkok Kuno. Terpilihnya ke-12 hewan tentu berasal dari pandangan kuno yang menempatkan hewan hewan tersebut pada tempat terhormat.
Bagaimana bentuk pandangan kuno tersebut? Saya tidak tahu, tapi sumber yang saya dapatkan mengatakan bahwa kucing tidak terpilih, karena konon kabarnya kucing tidak ada di Tiongkok pada jaman jaman dahulu kala.Â