Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Jiwa bagi Surga dan Neraka

19 Januari 2020   08:17 Diperbarui: 19 Januari 2020   09:00 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Berkaryalah dengan membawa se-ember air di tangan kirimu, dan sebatang obor di tangan kananmu. Padamkan-lah api Neraka-mu dan Bakar-lah Surgamu." ~ Herwiratno. ~

Kutipan ini sangat membekas didalam benak penulis. Sebuah kutipan indah dari Sang Pembawa Misi Jiwa yang berkesempatan berkunjung ke Makassar, pada pertengahan Bulan Juli tahun 2019, atas undangan dari penulis dan para sahabat se-frekuensi.

Bagi penulis, makna dari kutipan tersebut tidak lain, adalah sebuah konsep Keseimbangan, seperti apa yang penulis sampaikan mengenai energi Numerologi tahun 2020.

Tidak mengharapkan Surga, apalagi menginginkan Neraka.

Berkarya apa adanya dan sebagaimana adanya, tanpa mengharapkan pujian ataupun cacian.

Berada ditengah tengah dua kutub yang berbeda, tanpa harus mendengarkan rayuan setan ataupun nasehat malaikat.

Alam memang luar biasa adanya, dan menurut Mas Herwiratno, segala sesuatu yang kita inginkan telah tersedia di alam ini. Yang perlu dilakukan hanyalah menyatu dengan alam, dan menjadi bagian dari satu kekuatan yang akbar.

Kekuatan dari alam adalah keseimbangan alami yang dibutuhkan oleh seluruh kehidupan. Telah banyak contoh yang diberikan, meskipun manusia kadang tidak menyadarinya. Pagi dan Malam adalah dua kekuatan besar yang berkuasa diatas waktunya sendiri, dan merupakan contoh sejati keseimbangan alami.

Menjaga ketidak seimbangan, berarti memunculkan satu kekuatan, dan menghilangkan kekuatan lainnya. Jika hal ini terjadi, maka yang datang adalah malapetaka dan bencana.

Untuk itu, jika kita ingin memaksimalkan sebuah kekuatan, maka keadaan proporsional-lah yang berlaku. Selayaknya suara yang indah adalah suara yang pas dengan porsi gendang telinga. Terlalu kecil tidak terdengar jelas, terlalu besar menimbulkan suara bising.

Mas Herwiratno juga mengatakan bahwa sesungguhnya seluruh jiwa di alam semesta adalah merupakan satu kesatuan solid, yang terikat dalam satu pertatutan dengan nama Misi Jiwa.

Namun sayangnya, kondisi solid ini terputus oleh kotoran kotoran batin dari setiap manusia. Keserakahan, Kebencian, dan Sikap Masa Bodoh membuat jiwa kita menjadi lampas.

Pertautan Misi Jiwa tidak saja melibatkan jiwa dari manusia, namun juga seluruh jiwa yang ada di alam semesta. Bagaikan para kerabat yang sudah lama tidak merapat, begitu pula kerinduan jiwa kita kepada alam semesta dan seluruh isinya.

Menurut Mas Herwiratno, sesungguhnya segala sesuatu di alam ini memiliki jiwa (atau energi). Sikap kehidupan yang bagus adalah selalu berkomunikasi dengan manusia maupun benda dan lingkungan disekitar.

Misalnya, sebelum kita mulai kerja, maka berkesempatan-lah untuk menyapa perlatan kerja, meja, kursi, dan seluruh hal yang akan berinteraksi, sebagaimana kita menyapa teman teman kantor. Juga pada saat kita sedang mengunjungi lingkungan baru, berkesempatan-lah untuk menyapa tanah, bangunan, sebagaimana kita menyapa seluruh penghuninya.

Hal ini berguna untuk menjaga kerukunan, karena keharmonisan bukan hanya menciptakan keadaan yang selaras saja, namun juga tidak menganggu keselarasan yang ternyata sudah ada.

Berbicara dengan lingkungan tidak sebatas hanya menyapa. Alam sebagaimana manusia, mempunyai jiwa yang dapat diajak berinteraksi. Mengutamakan rasa hormat dalam bersikap tidak saja bertujuan mengangkat derajat kehidupan, namun juga menunjukkan harkat dan martabat diri. Berbicara dengan hormat, harus selalu melibatkan 3 kata ajaib yaitu Terima Kasih, Maaf dan Tolong.

Curahkanlah seluruh isi hati anda kepada alam, karena pada hakekatnya, kita adalah bagian dari semesta.

Mulailah dengan ucapan Terima Kasih. Jika kita sedang berbahagia, berterima kasih-lah atas nikmat yang diberikan. Jika sedang dirudung penderitaan, berterima kasih-lah kepada pedih yang mendewasakan. Ucapan Terima Kasih akan memandu jiwa kita kepada Syukur yang berlimpah.

Permohonan maaf adalah kata yang mudah diucapkan, namun tidak semua manusia bisa melakukannya dengan tulus dan ikhlas. Jiwa kita adalah sebuah ke-Aku-an yang menciptakan partisi bagi semesta abadi.

Mendoakan musuh yang sedang kesusahan, sama sulitnya dengan turut bersuka cita bagi kebahagiaan mereka. Ingat-lah bahwa pada dasarnya, jagat raya tidak mengenal musuh, yang ada hanyalah perasaan benci, dengki, iri hati, dan sejenisnya, dengan kehadiran Aku sebagai penyekat.

Istilah Semesta Mendukung sudah tidak asing lagi, namun dukungan semesta tidak hadir begitu saja. Dukungan ini akan datang dengan sendirinya pada saat diri telah membuka jiwa kepada semesta.

Ajak-lah alam semesta untuk bekerja sama dengan jiwa menciptakan karya besar bagi kehidupan. Biasakanlah diri kita untuk selalu mengucapkan kata "Tolong" kepada siapapun dan kapanpun. Jiwa yang telah bersatu dengan semesta akan menjadi jiwa yang dapat mengarungi jagat raya tanpa batas.

Dalam kenyataannya, setiap jiwa telah memiliki misinya sendiri. Namun misi tersebut tidak akan berhasil, jika kita masih menciptakan ruang VVIP bagi ke-Aku-an. Itulah sebabnya, mengapa manusia selalu terperangkap dalam putaran kondisi yang menjebak.

Menurut Mas Herwiratno, Aku adalah delusi, jika Aku membatasi diriku yang hanya sebatas keinginan-ku, harapan-ku, impian-ku, maka kekuatan yang bermain hanyalah sebatas Aku saja. Kekuatan Aku terbatas, dan itulah mengapa selama ini, daya upaya manusia juga terbatas.

Menyebut Aku, hanya menciptakan sebuah sengkeran bagi diri seseorang. Bebaskan dirimu, dan mulailah bersatu dengan alam. Dengan demikian, gelimang lumpur dalam jiwamu akan hilang, seiring dengan tercapainya impian dalam sukma yang gemilang.

Sekali lagi, semesta adalah sumber inspirasi bagi manusia. Alam menyediakan seluruh sarana dan prasarana dalam kehidupan yang kita butuhkan. Penderitaan dan Kebahagiaan adalah dua kekuatan yang tidak pernah bersatu, namun selalu datang bergilir mencumbui batin.

Bahwa sesungguhnya dua kekuatan yang seimbang, tidak pernah akan berada dalam satu dimensi yang sama. Ada dan Tiada hanyalah sebatas delusi dari pengetahuan yang terbatas. Di sinilah perlunya menanam kebijaksanaan untuk melihat arti keseimbangan yang sesungguhnya.

"Berkaryalah dengan membawa se-ember air di tangan kirimu, dan sebatang obor di tangan kananmu. Padamkan-lah api Neraka-mu dan Bakar-lah Surgamu." ~ Herwiratno. ~

Sumber: Dokumen Penulis
Sumber: Dokumen Penulis
SALAM ANGKA

Rudy Gunawan, B.A., CPS
Pythagorean Numerologist
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun