Apakah yang dinamakan Prioritas? Betulkah setiap manusia memiliki Prioritas? Jika ada, apakah Prioritas kita saat sekarang?
Penulis yakin bahwa prioritas, meskipun memiliki arti yang nyata, namun memiliki makna yang taksa. Hal ini disebabkan karena prioritas sangat bergantung kepada kebutuhan hati yang berlaku pada saat ini. Masalahnya, hati adalah sesuatu yang sangat labil dan dapat berubah dalam jentikan jari.
Andaikan pada hari ini, sebuah lampu Aladin hadir dihadapan, dan ada kesempatan untuk membuat satu permintaan yang akan dipenuhi secara langsung. Apakah yang akan anda minta?
Nah... Bingung kan?
Permintaan tersebut sebenarnya mewakili prioritas kita. Secara logika, prioritas permintaan yang muncul adalah merupakan kebutuhan yang paling mendesak pada saat ini.
Katakanlah, salah satu pembaca meminta kesembuhan dari orang tuanya. Jika besok pagi orang tuanya sudah sembuh, maka tentunya kesembuhan orang tua bukan lagi menjadi prioritas. Jika Jin Aladin, muncul pada keesokan harinya, maka permintaan pasti akan berubah sesuai dengan prioritas pada hari berikutnya.
Sebuah kisah yang inspiratif.
Adalah seorang dosen yang membawa 3 buah kantong dan sebuah toples kaca kehadapan kelas pada saat jam kuliah berlangsung.
Sang Dosen membuka kantung pertama yang berisikan batu batu sungai. Isi kantung tersebut kemudian ditumpahkan kedalam toples sampai tidak bersisa.
Sang Dosen pun kemudian bertanya kepada mahasiswanya;
"Apakah Toples ini sudah penuh?"
Sontak seluruh kelas menjawab "Sudah..."
Berikutnya, Sang Dosen kembali membuka kantong kedua yang ternyata berisikan batu batu kerikil. Pertanyaan yang sama kembali digaungkan dihadapan kelas.
"Apakah Toples ini sudah penuh?"
Sontak seluruh kelas menjawab "Sudah..."
Tidak sampai disitu, kantung ketiga pun dibuka, dan isinya ternyata adalah pasir, yang ternyata masih muat kedalam toples yang sudah berisikan batu sungai dan kerikil.
Makna dari cerita ini adalah, batu sungai (atau batu dengan ukuran besar) adalah sesuatu yang kita sebut dengan prioritas.
Dalam hal ini, bukanlah keinginan hati dari Sang Dosen yang ingin mengutamakan batu batu sungai tersebut. Secara logika, jika pasir yang diisikan terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan batu kerikil, maka batu batu sungai tidak akan mendapatkan tempatnya didalam toples lagi.
Ini sedikit gambaran mengenai prioritas dalam kehidupan. Sekarang pembaca mungkin telah mempunyai defenisi mengenai batu sungai, pada benak masing masing.
Batu sungai besar seharusnya mewakili hal hal besar dalam kehidupan. Bagi penulis, hal besar layak mewakili seluruh manusia yang mencintai kita, atau lebih khususnya adalah keluarga.