Normalisasi hati adalah menambah daya tampung, agar kapasitas hati dapat bertambah dan membersihkan endapan agar aliran perasaan akan berjalan dengan lebih baik.
Sifat dari hati yang memproduksi perasaan, bagaikan air yang akan terbentuk sesuai dengan wadahnya.
Perasaan manusia akan terbentuk sesuai dengan kondisi hati yang berlaku pada saat itu. Jika hati sedang berbahagia, maka perasaan akan menjadi sejuk. Jika hati sedang tidak senang, maka perasaan yang sama akan mengikutinya.
Tentu mudah untuk mengatakan bahwa bentuklah hati agar senantiasa berbahagia, namun sifat air adalah cair adanya. Air yang berada dalam suatu wadahpun tidak akan mengikuti bentuk wadahnya jika berada dijalan yang bergelombang.
Untuk itu, maka perasaan tidak dibuat untuk ditentang atau dimanja. Memahami bahwa perasaan adalah sebuah fenomena cair yang akan selalu berubah pada waktunya, adalah hal yang bijaksana.
Perasaan yang menyenangkan maupun tidak, seharusnya akan masuk kedalam hati tanpa diminta. Menambah daya tampung hati agar kita siap menerima seluruh perasaan yang masuk. Kapasitas hati yang besar dapat menjaga agar perasaan tidak meluap, yang dapat mengakibatkan banjir sumpah serapah ke para tetangga.
Namun jangan membiarkan seluruh perasaan terlalu lama dihati, karena air yang jernih adalah air yang mengalir, bukan yang diam didalam lubuk kamar mandi. Aliran perasaan harus dipastikan untuk berjalan tanpa henti.
Perasaan yang sedih tanpa dialirkan akan menimbulkan endapan lumpur baru yang bernama keputusasaan. Perasaan bahagia yang tidak dialirkan akan menimbulkan sedimen baru yang bernama kemelekatan.
Alirkanlah perasaan tanpa hambatan dengan melihat fenomena perasaan sedih dan bahagia sebagai sebuah keadaan dan ketiadaan, layaknya siklus hidrologi yang akan terus berputar tanpa lelah.
Naturalisasi Pikiran.
Naturalisasi pikiran adalah membawa pola berpikir kembali kepada fungsinya yang alamiah, penuh dengan tanaman dan ekosistem yang seharusnya berada disana.Â