Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Idul Fitri dan Manifestasi Sebuah Nasib

23 April 2023   17:53 Diperbarui: 24 April 2023   07:00 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemudik memadati terminal bus. Sumber: Antara Foto/Galih Pradipta via kompas.com

Bukan, aku bukan tidak tegas dengan apa yang aku mau. Bukan pula aku seorang pengekor macam domba-domba itu. Akan tetapi segala kuasa, aku sesekali memang hanya bisa merasa dengan sedikit keheningan di hari yang fitri ini dengan pernak-pernik kesuksesan yang dilihat banyak perantau yang mudik.

Alangkah indahnya dunia orang lain. Dunia orang-orang yang dihasilkan dari ramainya ilusi diriku terhadap persepsi diriku sendiri.

Apakah jika aku di posisi mereka, akan sama indahnya dengan apa yang aku ilusikan itu? Ataukah benar, apa-apa yang di ucapkan oleh Pramudya Ananta Toer bahwa "yang indah-indah itu hanya tafsirannya" menjadi seuatu yang dapat dibenarkan?

Orang-orang mudik membawa mobil bersama keluarga kecil mereka berasa itu adalah pengalaman yang paling bahagia. Pencapaian hidup setelah keluar dari kampung halaman, merantau lalu, berubahnya derajat kehidupan seperti menggoayahkan keinginanku untuk merasakan hal yang sama dengan mereka.

Disisi lain, aku juga melihat bagaimana menentramkannya hati ini ketika ada sesuatu yang baru di dalam kehidupaku. Aku melihat bagaimana orang-orang itu, beribadah di temani istri-istrinya, anak-anaknya di tempat yang disepaki sebelumnya menurut keyakinan mereka.

Meski ibadah dalam penafsiranku adalah prodak kebudayaan yang berlaku di dunia sebagaimana orang-orang menyepakati dan melakukan itu. Dalam tataran spiritualitas sendiri beribadah seperti tak tergambar jelas efeknya untuk pengembangaan karakter batin manusia.

Ada saja orang yang ibadahnya sangat baik. Namun yang terjadi sisi-sisi egoism terhadap persepsi ibadahnya itu seperti bias. Justru kadangkala menganggap dirinya itu lebih baik dari orang lain yang sama-sama beribadah menurut cara meraka.

Tentang ibadah sendiri, aku punya persepsi yang lain. Efek "srwaung" dalam Bahasa jawa jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia yaitu "berbaur". Itulah yang justru memberi nilai pada kehidupan peribadahan kita.

Beribadah dengan tujuan-tujuan yang baik. Tak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Saling sepakat satu sama lain untuk bahu membahu membawa efek perubahan social dan diri pribadi. Tetapi bagaimana penafsiran itu diletakan pada peribadahan tidak semua orang akan sama.

Seperti apa yang aku lihat dari bagaimana jika aku membangun sebuah keluarga. Layak bagi orang lain yang pengahsilannya lebih, bukan berarti itu layak bagiku yang masih berpenghasilan standart, meski terkadang sebuah bangunan keluarga rasa cukupnya memang tidak ada ukuran.

Banyak orang-orang yang berpengahsilan rendah mau berkeluarga. Akan tetapi efek dari setiap apa yang bisa di kontribusikan dari bangunan keluarga itu selalu saja tertakar. Kualitas keluarga selalu diukur dari kemampuan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun