Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tahun Baru dan Ironi Kehidupan Baru

1 Januari 2023   08:29 Diperbarui: 1 Januari 2023   08:34 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itulah mengapa di Indonesia sendiri, ancaman akan resesi seks sangat terbuka. Yang berarti ada keengganan generasi muda untuk menikah dan punya anak yang membutuhkan banyak biaya.

Semua itu menjadi dasar dari perubahan social, kini banyak generasi muda yang menunda menikah berbeda dengan generasi 80-90 an, yang mana pernikahan dini menjadi hal yang tak  bisa di kesampingan di Indonesia.

Namun saat ini justru sebaliknya, generasi muda tak banyak bicara pernikahan dari perspektif usia. 30 tahunan yang dianggap sudah lajang tua dulu, kini stigma semacam itu sudah tak berlaku lagi justru semakin tua seseorang menikah ada ruang untuk mempersiapkan ekonomi menunjang kebutuhan keluarga.

Ukuran mereka generasi muda untuk menikah kini umumnya adalah kesiapan finansial, artinya ekonomi menjadi factor dari pentingnya berumah tangga untuk dapat keluar dari resiko kemiskinan, perceraian dan penelantaran anak dalam rumah tangga yang menghantui kemungkinan terjadi karena factor ekonomi.

Oleh sebab itu resolusi sendiri yang paling mendasar pada setiap masalah dan tantangan hidup manusia yang semakin kompleks pada perubahan social, budaya dan ekonomi bukan pada diri sendiri seperti anggapan tahun baru yang mana orang-orang gagap menilik kembali bahasa resolusi untuk kehidupannya masing-masing.

Dalam ruangan besar resolusi untuk diri, yang perlu disadari adalah bagaimana ruang-ruang untuk diri beresolusi itu mendukung atau tidak. Artinya peran politik dan demokrasi yang mana peran-peran bangunan sosial lain seperti peran agama, filsafat dan ilmu pengetahuan untuk mengangkat drajat masyarakat juga perlu digalakan.

Resolusi diri tanpa adanya perubahan juga di dalam factor pendukung kehidupan seperti system social-politik dan ekonomi pada praktiknya akan membuat resolusi diri manusia di dalam kehidupan bermasyarakt juga akan tersendat.

Setiap manusia perlu stimulus mendukung cita-cita diri sebagai sebuah bahasa resolusi. Dan factor apakah yang mendukung itu adalah keberpihakan pada ekonomi, yang harus dikendalikan secara politik membela semua masyarakat tanpa terkecuali mendukung peran-peran social mereka membangkitkan resolusi diri.

Artinya bahasa resolusi hidup semua harus digerakan tidak hanya diri tetapi juga system penunjang kehidupan seperti ekonomi, social, politik dan demokrasi. Tanpa itu semua, gempat gempita tahun baru dan resolusi tak akan pernah berpengaruh, yang mana resolusi diri juga butuh dukungan factor-faktor di luar diri yaitu system penunjang hidup manusia itu sendiri seperti ekonomi, social, politik dan demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun