Kenyataannya saya sebagai generasi milenial yang rentan pada masalah ekonomi. Saya sendiri tidak dapat memprediksikan ekonomi saya di usia tua dengan pendapatan saya hanya UMR Jawa Tengah sekitar 2 juta-an saat ini mampu keluar dari kemiskinan di masa tua.
Yang mana angka dari nilai tukar kebutuhan hidup akan terus melonjak nilainya. Artinya dengan pendapatan yang minim uang dua juta.
Saya harus super-duper putar otak supaya penghasilan tidak hanya mampu menghidupi saat ini tetapi juga di masa tua nanti. Â
Maka dari itu saya terus berpikir. Berumah tangga, punya anak, punya rumah, bagi generasi milenial saat ini menjadi masalah yang pelik.
Bagaimana berumah tangga jika penghasilan hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari saja? Dengan kebutuhan hunian dan pendidikan anak bagimana? Atau menaikan level hidup keluarga juga bagaimana dengan minim penghasilan?
Tentu semua itu diperlukan control diri dalam mengatur keuangan secara sadar hidup tidak hanya saat ini tetapi juga nanti bagi kita semua.
"Sebab kebutuhan hidup adalah kepastian. Tidak ada yang menjamin hidup kita, bahkan sepenuhnya Negara sekalipun. Tidak mungkin dapat menjamin hidup kita terkecuali diri kita sendiri".
Kesulitan Anak Muda
Kata Sri Mulayani tentang anak muda akan sulit membeli rumah. Tentu itu juga bukan kata-kata kosong melainkan fakta yang berdasar dan saya sendiri merasakan itu. Artinya banyak orang tua miskin di tahun 2045 itu mendekati nyata berkaca milenial saat ini.
Sebagai contoh kini, rumah yang harganya mencapai 300 juta, sedangkan penghasilan hanya kisaran 2 jutaan. Bagaiamana secara gampang anak muda akan punya rumah kalau tidak di subsidi oleh orang tuanya yang masih punya harta lebih?
Memang mustahil mampu beli rumah. Karena itu banyak tetangga sekitar saya, bahkan keluarga saya sendiri seperti kakak saya. Kebanyakan mereka mampu beli rumah, buat rumah, atau mencicil rumah dapat subsidi dari orang tua mereka.