Tetapi sebagai daya ukur kemanusiaan. Bentuk-bentuk masyarakat kota yang cenderung individualitsis dan majemuk. Menjadi sulit ketika kita akan melihat bagaiamana masyarakat kota menjadi daya ukur yang akurat menggambarkan bagaimana realitas social kita di masa lalu, saat ini, dan nanti.
Sebab masyarakat desa sendiri diasosiasikan tak seperti masyarakat kota. Masyarakat desa dilihat selalu mengakomodasi sisi primordial, sisi keguyuban, dan kegotong-royongan yang sudah mentradisi sesama masyarakatnya.
Yang artinya ada penyelsaian masalah bersama bagi masyarakat desa. Secara sadar mampu hidup mengakomodasi kelompok masyarakatnya, yang cenderung serupa tradisinya dengan ciri memanusiakan "manusia" dalam kemanusiaan.Â
Namun dengan itu, apakah budaya kemanusiaan bahkan di desa sendiri seperti gotong-royong, keguyuban, dan adanya upaya bersama menyelsaikan masalah itu masih berjalan sebagaimana masa lalu dan saat ini tidak bergeser?
Jelas pergeseran bentuk-bentuk kemanusiaan di dalam masyarakat desa sendiri telah berbeda. Yang mana saat ini dengan ekonomi kapitalis di abad ke-21. Mencorok mengubah bentuk kemanusiaan itu di dalam masayrakat desa. Semua itu sesuatu yang tidak dapat disangkal keberadaanya.
Kita dapat lihat bagaimana masa lalu yang masih terjalin budaya "kesambat". Artinya memberikan bantuan kemanusiaan melaui tenaga mereka yang ada di dalam masyarakat tertentu.
Umumnya kesambat sendiri, kata ini dugunakan untuk membantu membongkar rumah atau mendirikan rumah jaman dahulu. Mungkin bahasa kesambat sendiri masih populer di tahun 1980-1990 --an dan dipakai sebagai bagian yang tak terukur dengan nilai keuangan melainkan hanya tenaga atas dasar bantuan kemanusiaan.
Namun pergeseran sosio-ekonomi kini. Bukankah sekarang sangat jarang dijumpai istilah kesambat itu di millennium  ketiga ini abad ke-21? Meskipun ada istilah "sambat" kini, bukankah secara kemanusiaan yang telah berubah kapitalistik mengubah paradigma atas pandangan "sambat" tersebut?
Akar Kehidupan Berganti
Berubahnya pandangan masyarakat serta kebutuhan akan material yang mengikat diera kapitalistik. Dimana saat ini banyak berpandangan bahwa waktu, apa lagi tenaga harus diukur dengan uang di dalam pergerakan aktivisme masyarakat.
Perlu dan harus diakui. Kita sendiri cenderung mengikari budaya kesambat itu sebagai bagian dari urun tenaga saja. Adanya pandangan akan berharganya waktu dan tenaga bagi pandangan masyarakat kita.