Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menyayangkan FS, Sang Kalap, Hidup itu Masa Jendral!

13 Agustus 2022   08:11 Diperbarui: 15 Agustus 2022   06:54 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diksi jabatan tidak dibawa mati. Tetapi dengan jabatan itu yang dapat membuat kaya. Secara menjadi kaya adalah mulia.

Apakah Ferdy Sambo tak sayang pada kerja kerasnya sendiri berkarir di polri dengan jabatan sebagai jendral bintang dua, yang mana itu juga merupakan mimpi banyak orang? 

Karena kalapnya, ia menjadi otak dari pembunuhan Brigadir J hingga akhirnya dipenjara dan kehilangan jabatannya seumur hidup?

Tentang Jabatan

Memang jabatan itu tidak dibawa mati setidaknya itu kata orang bijak disana, yang tidak mengukur sebuah pencapaian di dunia. Tetapi mungkinkah seorang manusia hidup di dunia tanpa mengukur akan seperti apa hidupnya?

Jabatan itu tidak akan langgeng selamanya itu benar. Karena hidup itu ada masa. Betul saya pun setuju akan hal itu. Namun mengukur bagaimana kualitas hidup sangat penting.

Tidak lain supaya hidup itu tidak terjerembab pada kesulitan, kesengsaraan, dan pasti merugikan pada kehidupan kita itu sendiri dan orang lain disekitar kita.

Bayangkan ketika kita berpasrah tanpa adanya visi dalam hidup. Disis lain nilai-nilai seperti membangun keluarga, membangun pertemanan, dan membangun segala akomodasi hidup. Kenyataannya  kita membutuhkan materi.

Maka dari itu segala apa yang diusahakan dari hidup itu. Hanya cara, bersaing hidup dengan yang lain, pencapaian itu penting untuk bahan dasar kita membentuk bagaimana kehidupan kita di dunia.

Di tambah saat ini untuk mencapai titik mulia, titik kemakmuran, dan titik-titik posisi dalam strata social bagi manusia begitu sulit.

Banyaknya manusia lain, setidaknya itu yang membawa kita terjun didalam kompetisi. Kita dituntut cepat, punya nalar yang baik dan punya control diri yang baik bagaiamana memenangkan kompetisi itu.

Atau setidaknya mengamankan posisi jangan sampai kita dikalahkan oleh kehidupan yang pada akhirnya akan menyengsarakan hidup kita. Tidak ada manusia hidup yang mau sengsara, itu adalah kuncinya.

Mungkinkah tanpa berpikir panjang jika kita sedang berada di posisi elit atau mulia, tanpa nalar, akhirnya dapat lepas segala bentuk kemuliaan kita termasuk jabatan sendiri yang memuliakan kita?

Ferdy Sambo (FS) yang mungkin dianggap sebagai mulia. Posisinya telah menjacapi elite, bintang dua jendral yang diusahakan dengan keras mencapai itu. Apakah hal-ha yang diluar nalar, menghancurkan, bukankah cukup disayangkan?

Penting Memiliki Nalar Baik  

Tetapi dengan masa-masa, seharusnya memang disadari. Jangan sampai "masa" kita berlalu begitu saja, yang akhirinya merugikan diri sendiri, keluarga dan orang-orang disekitar kita.

Maka dari itu menjadi diri dengan nalar yang baik, memperhitungkan, yang akhirnya menjadi control diri itu penting. Sebab hidup, ini perjalanan, dan membutuhkan banyak waktu, tenaga, uang dan segalanya. Mencapai titik tertentu itu tidak mudah.

Bercermin kasus FS menjadi otak pembunuh Brigadir J. Dia tahu bagaiamana konsekwesi hukum, taruhan akan jabatannya yang dia sudah capai, jika dirinya menjadi tersangka. Untuk itu dia membaut scenario mengamankan segala bentuk kasus itu.

Namun segala bentuk kejahatan, borok, atau keganjalan lain. Dengan berjalannya waktu memang dapat terendus. Itu sesuatu yang pasti.

Dengan sudah terjadinya pembunuhan terhadap Brigadir J. Dan serta FS mengakui itu sebagai otak dibalik pembunuhan itu. Menyangkakan bahwa Brigadir J telah melecehkan martabat keluarganya.

Sehingga dirinya kalap dan merencanakan pembunuhan. Dengan konsekwesi apakah FS tidak berpikir akan itu? Sebagai jendral apakah dia tidak tahu segala yang akan menimpanya termasuk merugikan diri sendiri, oran dekat dan keluarganya?

Tak semua Bisa seperti FS

Jelas FS itu tahu, FS itu paham, akan tetapi kalapnya tidak menyadarkan pra tindakanya. Merasa bahwa punya senjata, bisa memerintah bawahannya membuat kalap dari egonya tidak terbendung.

Maka melihat FS, kini ditetapkan sebagai tersangka melakukan pemunuhan berencana pada anak buahnya sendiri. Sangat disayangkan, tidak semua orang bisa seperti FS dan banyak orang juga ingin posisi seperti FS.

Tetapi dengan kecerobohannya ia FS akan kehilangan segalanya, kemuliaan, jabatan dan karir cemerlang dimasa depan.  

Bercermian dari kalapnya FS, sehingga menjadikan segala bentuk karir yang dibangunnya hancur. Diluar sana banyak karir orang madeg karena tak ada kesempatan.

Orang-orang miskin, karena tak mampu memanfaatkan kesempatan, yang bila mana kesempatan keluar dari kemiskinan pertama-tama harus terdidik dan punya keahlian, serta segala akses tetek bengeknya yang harus diperjuangkan tidak hanya dengan materi atau uang.

Ketika strukture sosial dari pendapatan rendah, skil yang bisa mereka jual sebagai daya tawar kerja dan di bayar itu pas-pasan, apakah mereka dapat dengan mudah mengubah hidup mereka dengan kemuliyaan akan sebuah posisi dari jabatan?

Jelas diluar sana, yang tak punya kesempatan banyak. Yang hidup dengan kemiskinan juga seabrag tanpa mereka tahu bagaimana mengeluarkannya dari posisi itu. Mereka kerja keras, bukan pemalas. Tetapi ruang-ruang hidup memang tak berpihak pada mereka.

Sudah sepantasnya kasus FS, dengan kalapnya. Yang tak harus semua masalah diselsaikan dengan kekerasan berkahir pembunuhan. Tanpa berpikir panjang nasib akan dirinya bisa terjadi berubah 180 derajat. Sehingga mengancurkan dirinya sendiri, keluarga dan orang-orang disekitarnya.

Jangan sampai kekalapan menguasai ego kita, yang menganggap apa yang diraih termasuk jabatan sebagai kekuatan untuk merendahkan orang lain.

Sebab bisa jadi ego dari sebuah jabatan itu, yang mana tanpa adanya nalar menggunakan baiknya jabatan itu, yang justru akan mengahacurkan kita dengan tindakan-tindakan jauh dari nalar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun