Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tentang Kita: Hancur dan Terbuang

22 Juli 2022   19:35 Diperbarui: 24 Juli 2022   10:09 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun bukankah kita harus sadari, betapa enaknya menjadi seorang yang terbuang itu? Ia terbang tinggi bebas, menikmati dunia batinya sendiri, tanpa ditanggung jawabi, untuk sepadan dengan yang lain.

Terbuang, tidaklah mengawasi diri sendiri, untuk menyenangkan mereka, yang telah mengakui dirimu sebagai peran panutan yang akan berlalu. Tindak-tanduk terbuang, akan mengikuti bintang dalam bak sampahnya sendiri.

Ia "terbuang" terlepas dari mentalitas krumunan, yang suatu saat menjadi racun dalam hidup. Sudah baikkah kita kepada mereka? Sudah pantaskah sikap kita? Bahkan, kau tidak menjadi dirimu kala itu, menahan sisi emosimu, hanya untuk menyenangkan yang lain.

Bergantung dan merasa adalah bagian dari diri yang lain, tanpa mengenal dirinya, bagai layangan terhempas angin. Hidupnya hanya sebatas komunitas, memandang sebelah mata yang lain, bahkan acuh memagari dirinya, untuk mengenal sesuatu yang lain dari komunitasnya.

Mentalitas krumunan kecil maupun besar, tidak akan pernah berubah, ia dan mereka adalah budak komunitasnya sendiri.

Bertindak dalam krumunan emosinya tidak bebas. Ia tidak akan jernih melihat yang lain. Mereka tidak akan peka terhadap yang lain. Energinya terpengaruh komunitasnya, lalu "ia" sendiri mencoba menjadi bersama, "bangun bersama, hancur bersama".

Mentalitas krumumunan gerak kerja seperti pedoman, suara yang terpengaruh dan mempengaruhi, tanpa merasa, dan mendengar keajaiban yang lain. Mungkin gerak kerja dalam diriku, tidak terlalu peduli dengan diri yang lain.

Bagaimanapun seseorang hidup dengan dirinya sendiri. Ketika mereka akan hidup bersama, seharusnya sudah harus mengenal diri sendiri, agar terbebas dari mentalitas krumunan, yang mengekang satu suara, dan disandra memerdekakan dirinya masing-masing.

Aku tahu, tapi aku tidak akan mencoba untuk bagaimana menjadi diakui itu. Datanglah jika kau ingin datang bersama keaslian dirimu. Aku fokus pada diriku sendiri, untuk menjadi diriku, dan mengikuti apa yang aku rasa dalam diriku sendiri.

Aku tidak ingin peduli, karna aku pun punya tujuan hidup yang harus aku tuju, tanpa melibatkan krumunan dan dilibatkan oleh krumunan. Biarlah hal privat menjadi privat, dan umum, seperti yang umumnya saja, tidak kebanyakan tingkah dalam berkata-kata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun