Melihat sebuah kadar memang ada yang banyak mengandung dan ada yang sedikit, hal itu wajar sebagai sebuah fenomena yang bercampur pada molekul tertentu.
Yang pasti akan sebuah fenomena. Dapat disematkan ke berbagi bidang termasuk kadar-kadarnya yang memang berubah-ubah termasuk dalam hal berpolitik.
Maka ketika bicara politik, apalagi tentang tahun 2024 yang akan ada pilpres. Kenyataannya masyarakat sedang melihat kadar-kadar politik itu, maupun kandidat-kandidat potensial sebagai capes yang disuguhkan dengan berbagi bentuk dan rupa pada upaya bercitra di media. Â
Disamping koalisi partai yang saat ini terus bergeliat maju, megah, serta dilihat seperti berhingar-bingar. Berbanding luruskah dengan calon-calon presiden yang berpotensi maju untuk di usung oleh parti politik kedepan dengan bagaimana mendapat simpati masyarakat?
Sebab itu, melihat fenomena Gubernur Jakarta Anis Baswedan dan Prabowo Subiano yang digadang-gandang menjadi capres potensial 2024 dengan berbagi dukungan yang datang dari berbagai unsur masyarakat se-indonesia.
Seperti di daerah Jakarta yang sudah memampang poster besar "Anies Baswedan for Presiden 2024", yang dipajang di Jembatan Layang penyebrangan orang kota setempat, yang akhirnya dicopot lagi oleh satpol pp itu dilakukan  tahun 2021 di daerah Pal Merah Jakarta Barat.
Di lain pihak, pendukung Aneis Baswedan juga tidak hanya di Ibu Kota. Provinsi jauh dari Jakarta seperti Nusa Tenggara Barat juga terdapat loyalis pendukung Anis baswedan, yang mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024 bernama Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES) Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dengan geliat akan pencapresan Anis Baswedan yang sudah menggema di antero negri dan juga Prabowo Subianto yang di dalam survey masuk dalam jajaran papan atas lembaga-lembaga survey yang ada.
Apakah Anis Baswedan masih dipesimiskan oleh para pengamat dirinya dapat nyepres di 2024 nanti? Yang mana untuk nyapres tidak semudah itu karena Anis Baswedan belum punya kepastian kendaraan politik yakni partai politik berbeda dengan Prabowo Subianto yang digadang-gadang bakal mengikuti kontestasi politik ke 2024 untuk yang terakhir kalinya?
Prabowo Subianto yang telah banyak bergerak, belum lama ini juga hadir dalam dalam Kongres Fathayat NU di Palembang, Sumatra Selatan pada Jumat (15/7/2022). Mungkinkah di tahun 2024 ini adalah kontestasi pilpres terakhir Prabowo Subianto?
Sejalan dengan hal tersebut, Pakar Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin pada Senin (18/7) dikutip Viva.co.id mengatakan secara politik Prabowo Subinto tetap akan maju di pilpres 2024 nanti meski Prabowo tidak pernah menang dalam kontestasi pilpres yang dilakoninya selam tiga kali terkahir ini.
Saran dan kritik dari Partai Nasdem yang isunya dikatakan Surya Paloh kepada Prabowo Subianto bahwa mereka sudah sama-sama tua, sudah seharusnya tampuk kepemimpinan Indonesia untuk anak-anak muda menyusul Nasdem sendiri mengajukan nama capres seperti Anis, Ganjar dan Jendral Andika Prakasa.
Menurut Ujang hal itu bagian dari dinamika politik meski tidak tahu akan seperti apa kedepan akan tetapi dirinya meyakini bahwa 2024 menjadi pertempuran akhir Prabowo Subianto "The Last Bettle" dalam kontestasi pilpres di Indonesia.
Berbeda dengan Anis Baswedan yang masih dipesimiskan oleh pakar politik mengikuti kontestasi pilpres 2024 sebagai capres. Sebab peluang Anis untuk nyapres 2024 dinilai sangat tipis berdasarkan matematika politik.
Pesimisnya Anis dapat Nyapres 2024 disampaikan pengamat politik sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Cyrus Network Hasan Nasbi bahwa Anies Baswedan enggak bakal maju menjadi capres tetapi masih mungkin menjadi cawapres," kata Hasan dalam diskusi yang digelar Total Politik di Jakarta, Minggu (17/7).
Selaim itu menurunt Hasan, peluang Anies justru lebih besar untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) di Pilpres mendatang. Peluang itu bisa saja datang dari salah satu poros koalisi.
Seperti diketahui Hasan Nasbi memprediksi Anies Baswedan tidak akan mendapatkan tiket capres pada Pilpres 2024 mendatang bukan untuk pertama kalinya.
Sebelumnya pada 23 Juni bulan lalu ia bahkan sampai berani taruhan Alphard jika prediksinya keliru. Namun disisi lain penilaian Hasan Nasbi tak sepenuhnya disepakati politikus Partai NasDem Zulfan Lindan. Menurutnya, politik Pilpres 2024 sangat dinamis. Termasuk peluang Anies untuk mendapat dukungan sebagai capres pun masih terbuka.
Zulfan Lidan pun mencontohkan bahwa politik itu dinamis pada masa pilpres 2004 dan 2009 yang mana sebelumnya tidak dapat memprediksi secara pasti SBY akan Berpasangan dengan JK di 2004 dan di 2009 dengan Budiono.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H