Sampai saat ini Surabaya dikenal sebagai kota Pahlawan dan identitas bentuk perlawanan terhadap penjajah tidak lepas dari perjuangan santri-santri NU dibawah kepemimpinan KH. Hasyim Ashari.
Untuk itu pandangan tentang filosofi yang terkandung dalam Mars Ya Lal Waton, bagaiamana melihat sejarah antara NU dan Tanah Air (Indonesia), Mars Ya Lal Wathon merupakan identitas yang tergambar jelas sebagai garis besar perjuangan NU sebagai penjaga marwah tanah air.
K.H. Abdul Wahab Hasbullah: Pemikir Moderisme Islam
NU keberadaannya masih ada sampai saat ini dan organisasi NU sendiri disisi lain terus menciptakan perkembangan yang positif. Tidak bisa dilepaskan mereka para tokoh pendiri NU yang membangun bersama K.H. Hasjim Asy'ari.
Salah satu tokoh yang menonjol di NU selain K.H. Hasjim Asy'ari yakni pencipta Mars Ya Lal, K.H. Abdul Wahab Hasbullah yang juga lahir di Jombang, 31 Maret 1888 sebagai perujudan dari pemikiran moderisme islam yang berpadu dengan semangat nasionalisme Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda .
KH Abdul Wahab Hasbullah dalam dakwahnya dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum "Soeara Nahdlatul Oelama" atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama. Sedangkan, Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 7 November 2014 yang lalu.
Dengan latar belakang seorang pendakwah, dan pandangannya-pandannganya yang modern tentang islam dan nasionalisme. KH Abdul Wahab Hasbullah dan mars ciptaannya yaitu "Mars Ya Lal Waton" menjadi bukti relevansi berpandunya agama dan bangunan nasionalisme.
Untuk itu, menyelami berbagai lirik ataupun dasar-dasar dari apa yang terkandung dalam Mars "Ya Lal Wathon" itu sendiri sebagai sebuah pengetahuan dan nilai filosofis gerak perjuangan. Mungkin dapat dijadikan khasanah dari sudut pandang mars yang luar biasa mengobarkan semangat perjuangan mencintai tanah air.
Tidak dikesampingkan juga keindahan sastra "Mars Ya Lal Waton" yang sederhana namun mengetarkan hati. Bahkan sampai saat ini didalam acara-acara besar NU, Mars Ya Lal Wathon selalu dikumandangan sebagai identitas garis perjuangan NU.
Pada kesimpulannya Filosofi Mars Ya Lal Waton bermakana; bawasannya tidak dapat dikesampingkan antara agama dan nasionalisme seperti halnya agama dan budaya masyarakat setempat harus terjalin sinkretisme. Karena pada dasarnya siapapun yang berjuang didalam agama pada akhirnya yang diperjuangkan adalah hak masyarakat dan bermuara pada sisi kemanusiaan.
Nasionalisme yang dibangun atas kecintaan pada Negara, disitu juga ada hak-hak masyarakat dan kemanusiaan yang juga menjadi tujuan dari adanya agama membuat masyarakat semakin beradab.