Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Uang dan Kebutuhan, "Mustahil" Kita Bisa Hidup Tenang di Masa Depan

17 Juni 2022   17:39 Diperbarui: 21 Juni 2022   10:29 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak memiliki apa-apa artinya dengan kebutuhan yang tidak dapat terakses seperti hunian dan sebagainya, ada indikasi ke depan orang-orang hanya mampu menyewa, yang mana ini sudah terjadi di dalam akses hunian tidak di kota maupun desa.

Saat ini kebutuhan akan sewa hunian meningkat di balik keluarga muda sangat sulit mengakses kebutuhan hunian yang tidak berimbang dengan upah. Saya kira ini terjadi berbarengan antara di desa bagi keluarga muda maupun kota untuk generasi milenial dan setelahnya.

Dan tentu didesain bahagia meski tak memiliki apa-apa yang mana masyarakat hanya mampu menyewa ke depannya untuk kebutuhan rumah tangga, itu semua dapat terdistorsi dari berbagai macam tren baik gaya hidup maupun kebutuhan-kebutuhan eksistensial lain yang dikaburkan oleh media saat ini.

Bukankah generasi Z saat ini dengan majunya teknologi, media dan juga gaya hidup mengikuti tren mengaburkan kebutuah dasar eksistensialnya sendiri dengan tidak peduli akan kepemilikan properti atau apapun tanda-tanda tersebut sudah terbaca?

Ini tentu menjadi penting bagaimana generasi sebelumnya dapat mewarisi hunian saja ke depan untuk keturunan generasi mereka sangat berarti dan bernilai sangat mahal, di mana yang menyebabkan itu tentu akses harga kebutuhan hunian yang semakin sulit terakses ke depan.

Maka pertanyaan dari semua itu di balik tingginya harga kebutuhan bagi hidup manusia ke depan, dan tidak berimbangnya dengan pendapatan akan upah, yang mana akan ada kesulitan dalam membeli sumber daya di masa depan baik lahan ataupun hunian.

Apakah hidup akan tenang jika tidak ada kepemilikan yang semuanya harus kita sewa termasuk sumber daya seperti lahan dan hunian? Ya tentu tidak bahkan cenderung mustahil.

Upah sedikit standar UMK untuk kebutuhan sewa hunian tentu akan menurunkan kualitas hidup terhadap akses kebutuhan sehari-hari yang mana tetap kemiskinan akan menghantui.

Mungkin kasusnya sama dengan sewa lahan pertanian di desa, mereka harus sewa lahan dengan nominal tertentu tetapi tidak ada kepastian hasil panen akan baik sedangkan harga sewa lahan sawah sudah tinggi, pupuk tinggi, harga jual panen masih rendah dan cenderung stagnan.

Sekali lagi pertanyaan saya, dengan tidak akan teraksesnya kepemilikan sumber daya ke depan oleh banyak manusia, apakah hidup manusia dapat tenang?

Mungkin "bahagia" iya, seperti saat ini generasi yang nyaman-nyaman saja joged bahagia di media sosial, tapi mereka tidak pernah berpikir kebutuhan dasar yang semakin berat diakses, pikirannya terdistorsi lebih dangkal hanya pemenuhan eksistensi gaya hidup sementara tanpa berpikir generasinya ke depan akan jadi seperti apa.

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun