Selain itu beliau juga menegaskan bawasannya; Muhammadiyah-NU adalah benteng utama untuk membendung infiltrasi ideologi yang telah kehilangan perspektif masa depan untuk Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan.
Maka menurutnya, untuk melangkah kepada tujuan besar dan mulia itu, Muhammadiyah dan NU mesti mengembangkan sikap-sikap yang lebih dewasa dan terukur dalam menghadapi isu-isu semasa yang kadang-kadang dapat mengundang salah paham yang tidak perlu.
"Karakteristik hubungan NU-Muhammadiyah pascaproklamasi dapat bercerita banyak kepada kita tentang apa yang saya maksud. Sekalipun ranah khilafiah sudah terkubur dalam mencoraki hubungan Muhammadiyah-NU, di ranah lain dalam masalah keduniaan masih memerlukan perbaikan-perbaikan yang konkret, terbuka, dan jujur" ungkap Buya Syafii
Untuk itu, dalam ranah membangun Negara, Buya Syafii Maarif menyinggung, kedua kubu santri ini antara Muhamadiyah dan NU dalam kaitannya dengan masalah kenegaraan mesti mengubah paradigma berpikirnya untuk tidak lagi terjebak "berebut lahan" dalam kementerian tertentu yang dapat mempersempit langkah besar ke depan. Karena seharusnya Muhammadiyah-NU seharusnya tampil dan berfungsi sebagai tenda besar bangsa dan negara.
Generasi NU-MuhamadiyahÂ
Menjadi catatan penting pertanyaan yang diajukan oleh Buya Syafii Marif, apakah generasi baru Muhammadiyah-NU yang lebih terbuka dan relatif punya radius pergaulan yang lebih luas bersedia keluar dari kotak-kotak sempit selama ini?
Memang benar, sudah semestinya tidak ada alasan lagi untuk terus berkurung dalam lingkaran indentitas menjadi NU atau Muhamadiyah bagi Indonesia. Sebab tepat apa yang disampaiakan oleh Buya Syafii Marif dan menjadi catatan yang harus di ingat baik oleh generasi Muhamadiyah dan NU.
"Apabila benteng Muhammadiyah-NU jebol ditembus infiltrasi ideologi impor dengan teologi kebenaran tunggalnya, integrasi nasional Indonesia akan goyah dan oleng. Karena itu kedua arus besar komunitas santri ini harus tetap awas dan siaga dalam menghadapi segala kemungkinan buruk itu" kata Buya Syafii Marif
Sekali lagi saya sebagai generasi muda NU, Selamat jalan kepada Buya Syafii Marif, semoga apa yang telah diperjuangkan semasa hidup untuk islam dan Indonesia serta muhamadiyah menjadi penerang bagi kami generasi muda NU dan Muhamadiyah untuk tetap bersama membangun dan menjaga Republik Indonesia.
Terimakasih juga kepada Seniman yang juga merupakan salah satu seniman idola saya Djoko Susilo, lewat lukisan wajah Buya Syafii Maarif dan KH Mustofa Bisri menginpirasi Buya Syafii Maarif menulis pemikiran yang sangat inspiratif untuk generasi muda NU dan Muhhamadiyah kedepan sebagai generasi yang harus turut serta membangun bangsa dan Negara indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H