"Tetapi mereka yang berseni; para penyanyi atau pemusik, pelukis bahkan penulis sekalipun. Kekuatannya kebermanfaatannya pada masyarakat bukan ada pada nama besar mereka. Tetapi dilihat dari karya yang mereka hasilkan. Mampu atau tidak karyanya tersebut diterima oleh masyarakat, itulah sejatinya kerja seniman yang mempunyai kekuatan sejati, bertumbuh dengan karya untuk masyarakat".
Sebagai bagian dari masyarakat, meski saya sendiri meruapakan orang yang terkadang tidak setuju dengan konsep bermasyarakat. Namun setidak setujunya saya pada setiap konsep masyarakat itu. Pada akhirnya untuk memper'erat eksistensi diri saya. Dilain tempat saya harus tetap berbaur dengan mereka "masyarakat" yang mungkin banyak dari mereka yang terkadang absurd dipikiran saya.
Benar, bukan saya sok pintar, sok unik, maupun sok berbeda dari elmen masyarakat yang ada tetapi buanglah jauh pemikiran itu dimelekatkan pada diri saya. Adakalanya hidup, tidak hidup saya maupun anda, ada pada saatnya akan juga berbada di titik yang menjenuhkan dan seakan diri itu sensitive sekali dengan keadaan diluar diri.
Saya pun saat ini sedang sensitive, biasa seorang yang lajang, sensititivenya tidak jauh hanya masalah menikah yang sering dikaitkan dengan cinta. Padahal tanpa cinta seblumnya, pernikahan juga tetap bisa jalan. Tidak ada kaitannya masalah penikahan dan cinta.
Hanya saja manusia saat ini menerapkan stadartnya sendiri yang begitu tinggi menikah harus dengan cinta. Padahal cinta adalah perasaan emosi yang bisa hilang dikala hati dan pikiran mereka sedang gedeg.
Tetapi komitmen pernikahan itulah seharusnya hal yang harus dibangun. Sebab dari komitmen jika kita memang berniat melaksanakan komitmen pernikahan itu.Â
Tentu cinta akan datang dengan sendirinya tanpa perlu sebelumnya ada embel-embel cinta yang terdrama, ditambah terprovokasi oleh lagu-lagu mellow nan melumpuhkan akal sehat itu.
Untuk itu dalam bercinta, dikejar sampai matipun buat apa. Mendengarkan lagu mellow dan galau tidak akan merubah itu dalam mengabadikan cinta. Yang ada kata cinta dapat terbenam saat kita sedang gedeg. Tentu pada apa yang dinamakan cinta romatic itu sendiri menurut persepsi kita.
Sekali lagi, cinta itu ilusi. Hanya permainan pikiran yang terbawa emosi dari lagu, novel maupun cerita-cerita film yang terdrama. Â
Saya kira dengan mengawali niat berkomitmen menjalin hubungan romatic, disitulah awal mula sebuah hubungan dilandasi dengan cinta. Sebab konsistensi berkomitmen itu akan melahirkan benih-benih cinta bagi yang melakukannya.
Â