Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Ngarep! Dosa Besar Seorang Pria?

7 Februari 2021   22:29 Diperbarui: 7 Februari 2021   23:15 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Pixabay.com

Lagi dan lagi perkara cinta memang membosankan segenap hati dan pikiran saya, entah mengapa jika berbicara tentang cinta, tubuh dan pikiran saya selalu lumpuh.

"Namun bagimanapun, saya percaya bahwa disetiap kehancuran, pasti akan ada cahaya pengetahun yang masuk dibalik setiap kehancuran itu".

Maka siapapun yang mungkin cintanya bertepuk sebelah tangan, sudah pasti akan melahirkan sebuah kutukan pada adanya penolakan atas cintanya tersebut bagi orang lain.

Mungkinkah kutukan itu dilakukan itu pantas? Apakah berguna kutukan yang kita lontarkan pada seseorang yang mungkin telah mengecewakan kita, yang mungkin saja mencampakan cinta kita?

Nyatanya dibalik kutukan itu, ada nada-nada pengharapan atau bahasa keren "cinta" masih "ngarep" pada orang yang disayang meski tidak disadari itu masih ada.

Saya adalah salah satu orang yang dibilang masih ngarep pada gebetan yang mungkin tidak memperhitungkan cinta saya dalam hidupnya.

Tetapi mungkin benar, cinta adalah proses bio kimia yang kita hasilkan sendiri. Sebenarnya jika dirasionalisasi, "cinta", bukankah bahasa diri kita dimana kita sedang bermain pada gairah yang sebenarnya kita diciptakan sendiri?

Oleh karena itu, bukankah pikiran kita yang memfokuskan pada satu orang, yang katanya kita cintai? Entah mengapa, saya juga seperti menelan racun ngarep itu, masih berharap pada cinta yang sebenarnya saya produksi sendiri cinta itu pada orang lain "gebetan" saya.

Karena pada kenyataannya orang yang saya cintai sendiri sama sekali tidak memandang diri saya, bahkan mungkin saya tidak pernah ada didalam pikirannya, berbeda dengan dirinya yang selalu ada di pikiran saya.

Untuk itu, mungkikah penyakit ngarep pada cinta sendiri dosa besar bagi sorang pria? Dimana dari sikap ngarep itu menjadikan hidup ini kacau, yang justru merendahkan nilai kita sendiri dihadapan orang yang kita cintai?

Karena pada saat ngarep itu terjadi, bukankah kita selalu mengejar-ngejar, memberi hadiah, dan memohon-mohon orang yang kita cintai untuk bisa cinta dengan kita?

Inilah mungkin kebodohan saya yang masih ada sikap ngarep pada gebetan saya, yang masih saya cintai, padahal saya menyadari rasa ngarep ini terus terang telah mengahancurkan sendi-sendi pikiran dan produktifitas saya sebagai manusia, yang waktu dan pikiran saya terfokus padanya menggangu aktivitas saya sehari-hari.

Seperti dikutip kompas.com Menurut salah satu instruktur solusi romansa pria Jet Veetlev, ngarep adalah dosa paling besar yang pernah dilakukan pria. Mengapa? "Karena ketika kita sedang ngarep, kita itu sedang merasa tidak mampu atau tidak layak. Posisi kita ada di bawah.

Ketika pria sedang ngarep, Jet menuturkan pria menunjukkan bahwa dirinya tak memiliki kekuatan apa-apa dan seperti tidak laku. Pada saat kondisi ngarep itu, pria biasanya melakukan hal-hal yang merugikan dirinya, menjadi lebih melankolis bahkan dapat menangis tersedu-sedu. Akibat ekstremnya, wanita malah menganggap si pria tak berkualitas.

Sementara itu, menurut instruktur lainnya, Lex dePraxis, ngarep lebih disebabkan akibat pria mengalami worship of woman. Wanita menjadi sesuatu yang amat dipuja. Lex mengatakan hal ini adalah kesalahan pria. "Karena kita kekurangan stok teman perempuan yang ideal. Jadi ketika melihat seorang wanita yang bagaimana, langsung deh. Makanya tambah sebanyak-banyaknya sahabat atau teman wanita dalam kehidupan kita," ujar Lex.

Untuk alasan tersebut dimana saya memang kekurangan stok wanita, karena kesalahan pergaulan yang kurang luas, mungkin itu sebab paling rasional mengapa saya masih ngarep dengan gebetan saya yang jelas menolak saya.

Memang benar rasa ngarep dan cinta sendiri sebenarnya diri kitalah yang memproduksinya sendiri, dan sebenarnya kita sendiri yang mendramatisir itu, namun lagi-lagi ini adalah pengetahuan bagi saya bawasannya bermain cinta memang berbahaya.

Tidak lain adalah membuat kecewa, dimana kekecewaan tersebut bukanlah lahir dari orang yang kita cintai ataupun orang lain, melainkan perasaan bio kimia kita yang justru menimbulkan kekecewaan yang dihasilkan sebenarnya dari diri dan untuk diri kita sendiri.

Dengan berbagai penjelasan tentang ngarep itu pada cinta seseorang, inilah yang perlu saya sadari bawasannya kekecewaan saya terhadap cinta itu sendiri sebenarnya diakibatkan oleh diri saya.

Tentu tidak lain yang sedang terjangkit virus ngarep cinta, dan pekerjaan bagi diri saya sendiri adalah menghilangkan virus ngarep tersebut menenangkan diri, yang beban itu sebenarnya berasal dari dalam diri saya sendiri atas masih mengarapnya cinta dari seseorang yang saya cintai.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun